1. Doa adalah ibadah yang agung, maka tidak boleh berdoa atau memohon kepada selain Allah.
Allah memerintahkan agar berdoa dan
memohon kepada-Nya, Allah ta’ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ.
"Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya
akan Aku perkenankan bagimu…" (QS. Al-Mu'min [40]: 60).
Dari an-Nu‘man bin Basyir, dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
إِنَّ
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ.
“Sesungguhnya
doa itu adalah ibadah.” kemudian membacakan firman Allah ta‘ala:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي
أَسْتَجِبْ لَكُمْ.
Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan
mengabulkan kalian"
(QS. Ghafir[40]: 60). (HR. Bukhari di dalam
al-Adab al-Mufrad 714, Tirmidzi 2969, Ahmad 18432, Ibnu Majah 3828, dishahihkan
Syaikh al-Albani di dalam shahih Abu Dawud 1329).
2.
Larangan keras berdoa
kepada selain Allah.
Allah ta’ala
berfirman:
وَلَا
تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ
فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ.
“Dan janganlah kamu menyembah
apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu
selain Allah. Sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya
kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Yunus [10]: 106)
إِنَّ الَّذِينَ
يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِين.
"Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina." (QS.
Al-Mu'min [40]: 60).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدْعُ اللَّهَ عَزَّ
وَجَلَّ غَضِبَ عَلَيْهِ.
“Barang siapa yang tidak mau berdoa kepada Allah ‘azza wa jalla (Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mulia), Allah murka terhadapnya.” (HR. Ahmad
9719, Ibnu Majah 3827, dihasankan Syaikh al-Albani di dalam Shahih
Ibnu Majah 3085).
3.
Makhluk tidak dapat
mengabulkan doa.
Makhluk tidak akan mampu mengabulkan doa dalam perkara-perkara
yang mampu hanya Allah saja, seperti mendatangkan rezeki, memberikan anak,
meninggikan derajat, memanjangkan umur, keselamatan, kesembuhan dari penyakit
dan lain-lain.
Allah
ta’ala berfirman:
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ.
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang
menyembuhkanku.” (QS. Asy-Syu‘ara’ [26]: 80)
إِنْ
تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ.
“Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu dan
kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkankan permintaanmu.” (QS.
Fatir[35]:14)
4.
Allah mengabulkan
setiap doa yang tidak ada penghalangnya.
Allah
ta’ala berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ
عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang
Aku, jawablah bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi segala
perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah[2]: 186).
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, Allah ta’ala berfirman:
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي
أَهْدِكُمْ.
“Wahai
hamba-hamba-Ku! Kalian semua sesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka
mintalah petunjuk kepada-Ku.” (HR. Muslim 2577, Tirmidzi 2495).
5.
Bentuk-bentuk pengabulan doa Allah kepada hamba-Nya.
Ada
beberapa bentuk pengabulan Allah terhadap hambanya.
1) Allah mengabulkan secara langsung.
Allah
ta’ala berfirman mengkisahkan doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُم
بِأَلْفٍ مِّنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ.
“(Ingatlah)
ketika kalian memohon pertolongan kepada Tuhan kalian, lalu Dia mengabulkan
permohonan kalian: 'Sesungguhnya Aku akan membantu kalian dengan seribu
malaikat yang datang berturut-turut.’” (QS. Al-Anfal[8]: 9)
2)
Allah
menyimpannya diakhirat.
3)
Allah menghindarkan
dari kejelekan yang serupa.
Hal
ini sebagaimana Rasulullah sallallahu ‘alaihih wa sallam sabdakan:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو
بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ
بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ
يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ
مِثْلَهَا " قَالُوا: إِذًا نُكْثِرُ قَالَ: اللَّهُ أَكْثَرُ.
“Tidaklah
seorang muslim berdoa yang tidak mengandung dosa dan tidak bertujuan
memutuskan silaturahmi, melainkan Allah ta’ala akan mengabulkannya dengan tiga
cara; Allah akan mengabulkan doanya segera, Allah akan menyimpan (menjadikannya
pahala) baginya di akhirat kelak, Allah akan hindarkan darinya kejelekan yang
semisal. Mereka (para sahabat) berkata: “Kalau begitu, kami akan memperbanyak
berdoa.” Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata: “Allah akan banyak
mengabulkan doa-doa kalian.” (HR. Ahmad 11133, Baihaqi Syu’abu al-iman 1090, di hasankan syaikh al-Albani di dalam Shahih
At-Targhib wa At-Tarhib 1633).
6. Adab-adab berdoa.
Adapun adab-adab berdoa diantaranya:
1) Apabila
memungkinkan hendaknya bersuci.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam suka jika menyebut nama Allah dalam keadaan bersuci.
Dari Abu
Juhaim al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
أَقْبَلَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ نَحْوِ بِئْرِ جَمَلٍ فَلَقِيَهُ
رَجُلٌ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أَقْبَلَ عَلَى الجِدَارِ فَمَسَحَ بِوَجْهِهِ
وَيَدَيْهِ ثُمَّ رَدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ.
"Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
datang dari arah Sumur Jamal. Kemudian beliau bertemu dengan seorang laki-laki
yang mengucapkan salam kepadanya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
langsung menjawab salam itu, hingga beliau mendekati sebuah dinding, lalu
mengusap wajah dan kedua tangannya(bertayamum), kemudian barulah beliau
menjawab salam tersebut." (HR. Bukhari 337, Ahmad 21959).
2) Apabila
memungkinkan hendaknya menghadap kiblat.
Dari ‘Umar
Ibnul Khatab Radhiyallahu ‘anhu menceritakan:
لَمَّا كَانَ يَوْمُ بَدْرٍ نَظَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمُشْرِكِينَ وَهُمْ أَلْفٌ وَأَصْحَابُهُ
ثَلَاثُ مِائَةٍ وَتِسْعَةَ عَشَرَ رَجُلًا فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقِبْلَةَ.
“Tatkala hari
terjadinya Perang Badar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat
kepada kaum musyrikin, sedangkan jumlah mereka seribu orang, dan para
sahabatnya berjumlah tiga ratus sembilan belas orang.
Lalu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menghadap ke arah kiblat..” (HR. Muslim 1763, Ahmad 221).
Dari ‘Abbad bin Tamim, dari pamannya, ia
berkata:
خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَسْتَسْقِي فَتَوَجَّهَ إِلَى القِبْلَةِ يَدْعُو وَحَوَّلَ رِدَاءَهُ ثُمَّ
صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَهَرَ فِيهِمَا بِالقِرَاءَةِ.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar
untuk memohon hujan, lalu beliau menghadap ke arah kiblat dan berdoa. Beliau
membalikkan selendangnya, lalu shalat dua rakaat dan membaca (al-Fatihah dan
surat) dengan suara keras pada keduanya. (HR. Bukhari 1024, Ahmad 16468).
3) Mengangkat kedua tangan
saat-saat tertentu jika memungkinkan.
Rasulullah
mengangkat kedua tangannya ketika berdoa shalat istisqa dan ketika Perang
Badar, demikian pula ketika menceritakan orang yang sedang safar kemudidan
berdoa.
فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْقِبْلَةَ ثُمَّ مَدَّ يَدَيْهِ...
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menghadap kiblat kemudian mengangkat kedua tangannya...” (HR. Muslim 1763, Ahmad 221).
Dari Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ
يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ ...
“Kemudian Rasulullah menyebutkan seorang
lelaki yang menempuh perjalanan jauh, rambutnya kusut masai dan berdebu. Ia
menengadahkan tangannya ke langit seraya berkata: ‘Ya Rabb, ya Rabb!...” (HR. Muslim 1015,
Ad-Darimi 2759, Ahmad 8330).
Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي
مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا .
Dari Salman dia berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Rabb kalian tabaraka wa ta‘ala adalah Dzat Yang
Maha Pemalu lagi Maha Mulia. Dia merasa malu kepada hamba-Nya, jika sang hamba
mengangkat kedua tangannya kepada-Nya, lalu Dia menolaknya dalam keadaan kosong
(tidak dikabulkan).”(HR. Abu Dawud 1488, shahih Ibnu Hibban 876, dishahihkan
Syaikh al-Albani di dalam Shahih Abu Dawud 1337).
4) Membaca
pujian, Istighfar dan Shalawat.
Allah ta’ala berfirman:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ
إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا.
"Maka aku berkata kepada
mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sungguh Dia Maha Pengampun.” (QS.
Nuh[71]: 10).
Dari Fadhalah bin ‘Ubaid radhiyallahu ‘anhu berkata:
بَيْنَا
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ إِذْ دَخَلَ رَجُلٌ
فَصَلَّى فَقَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي فَقَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَجِلْتَ أَيُّهَا الْمُصَلِّي إِذَا صَلَّيْتَ
فَقَعَدْتَ فَاحْمَدِ اللهَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ وَصَلِّ عَلَيَّ ثُمَّ ادْعُهُ.
“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sedang duduk, datanglah seorang lelaki, lalu dia shalat dan berdoa: ‘Ya
Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku.’ Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Wahai orang yang sedang
shalat, engkau terlalu tergesa-gesa. Jika engkau telah selesai shalat, duduklah
dulu, lalu pujilah Allah
sesuai dengan kelayakan-Nya, kemudian bacalah
shalawat kepadaku,
lalu berdoalah kepada-Nya.” (HR. Tirmidzi 3476, Nasai 1284, dishahihkan Syaikh
al-Albani di dalam Shahih Tirmidzi 3724).
Dari Fadhalah bin
‘Ubaid, ia berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seseorang berdoa dalam shalatnya, namun
ia tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَجِلَ هَذَا ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ
فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ رَبِّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ.
“Orang
ini tergesa-gesa.” Lalu beliau memanggilnya dan bersabda: “Jika salah seorang
dari kalian berdoa, maka hendaklah ia mulai dengan memuji Allah dan
menyanjung-Nya, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
lalu berdoa dengan doa yang ia kehendaki.” (HR. Tirmidzi 3477, Abu Dawud 1481,
Ibnu Hibban 1960, Ahmad 23937, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahih Abu
Dawud 1331).
5) Dengan
suara lembut dan rasa takut.
Allah Ta’ala berfirman:
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا
وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ.
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan
merendahkan diri dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf [7]: 55).
Dan
juga firman Allah tentang doa Zakaria.
اِذْ نَادٰى رَبَّهٗ نِدَاۤءً خَفِيًّا.
“Yaitu tatkala ia berdoa kepada
Tuhannya dengan suara yang lembut” (QS. Maryam[19]:3).
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata, Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika
kami berada di atas suatu lembah, kami bertakbir dan bertahlil dengan suara
keras, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ
غَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ
“Wahai
manusia, kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak sedang menyeru Dzat
yang tuli dan tidak pula yang jauh. Sesungguhnya Dia bersama kalian,
sesungguhnya Dia Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat.” (HR. Bukhari 2992).
6) Hendaknya
merasa yakin akan dikabulkan doanya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
أُجِيبُ دَعْوَةَ
الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ
يَرْشُدُونَ.
“Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia
memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintah-Ku dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
(QS Al-Baqarah[2]: 186).
Dari Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
اُدْعُوا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِاْلإِجَابَةِ.
“Berdo’alah kepada Allah dalam keadaan engkau merasa yakin
akan dikabulkannya do’a.
(HR. Tirmidzi 3479, Tabrani di dalam al-Mu’jam al-Ausath 5109, dihasankan Syaikh
al-Albani di dalam as-Shahihah 564).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, bahwasanya ia berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا دَعَا
أَحَدُكُمْ فَلْيَعْزِمِ المَسْأَلَةَ وَلاَ يَقُولَنَّ: اللَّهُمَّ إِنْ شِئْتَ
فَأَعْطِنِي فَإِنَّهُ لاَ مُسْتَكْرِهَ لَهُ.
“Apabila
salah seorang di antara kalian berdo’a maka hendaklah ia bersungguh-sungguh
dalam permohonannya kepada Allah dan janganlah ia berkata, ‘Ya Allah, apabila
Engkau mau maka kabulkanlah do’aku ini’,
karena sesungguhnya tidak ada yang memaksa Allah.” (HR. Bukhari 6338, Nasai 10345).
7)
Mengulang-ulang tiga kali.
Agar mengulang-ngulang setiap kali berdoa tiga kali.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا دَعَا دَعَا ثَلَاثًا وَإِذَا سَأَلَ سَأَلَ ثَلَاثًا.
"Nabi shallallāhu ‘alaihi wa
sallam apabila berdoa, beliau mengulang doanya tiga kali. Dan apabila meminta,
beliau mengulang permintaannya tiga kali .” (HR. Muslim 1794).
8) Memohon kebaikan kepada Allah diawali
dari diri sendiri.
Allah ta’ala berfirman:
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ
سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ.
“…Ya Rabb kami,
beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu
dari kami...” (QS. Al-Hasyr[59]: 10).
Firman-Nya yang lain:
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ
وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ.
“Ya Rabb-ku, berikanlah ampun kepadaku
dan kedua ayah ibuku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab
(hari Kiamat).” (QS. Ibrahim[14]: 41).
Dari Ibnu ‘Abbas dari Ubay bin Ka’ab, ia
berkata:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا ذَكَرَ
أَحَدًا فَدَعَا لَهُ بَدَأَ بِنَفْسِهِ.
“Apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingat
kepada seseorang, maka beliau mendo’akannya dan sebelumnya beliau mendahulukan
berdo’a untuk dirinya sendiri. (HR.
Tirmidzi 3385 dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam al-Misykah 2258).
7.
Waktu-waktu mustajab dalam berdo’a.
Diantara waktu yang mustajab yaitu:
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الدُّعَاءُ لَا يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ
وَالإِقَامَةِ.
“Doa
itu tidak tertolak antara adzan dan iqamah.” (HR. Ahamad 12584, Tirmidzi
212 dan 3595, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahihu Al-Jami’ 3408).
Sedangkan
dalam riwayat Abu Dawud dengan lafadz:
لَا يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ الْأَذَانِ
وَالْإِقَامَةِ.
“Doa itu tidak tertolak (jika dipanjatkan di antara) adzan dan
iqamah.” (HR. Abu Dawud 521, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam al-Misykah
al-Mashabih 18).
2)
Malam lailatul Qadar.
Dari
Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah,
bagaimana pendapatmu jika aku mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang harus
aku ucapkan di dalamnya?” Maka beliau bersabda, “Ucapkanlah:
اللَّهُمَّ
إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي.
Ya
Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan mencintai pemaafan. Maka maafkanlah
aku. (HR. Ahmad 25384, Tirmidzi 3513, Nasai 10647. dishahih Syaikh al-Albani di dalam
At-Targhib 3391).
3)
Waktu sepertiga malam yang terakhir.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ
لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ
فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ
وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
”Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga
malam terakhir. Allah berfirman, ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya
Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa
yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.” (HR. Bukhari 1145,
7494, Muslim 758).
4) Salah satu malam di
waktu malam
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
إِنَّ فِي اللَّيْلِ سَاعَةً لَا
يُوَافِقُهَا مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ.
“Sesungguhnya
di malam hari terdapat satu waktu, yang tidaklah seorang muslim menepatinya
dalam keadaan meminta kepada Allah suatu kebaikan dari urusan dunia maupun
akhirat, melainkan Allah pasti memberikannya. Dan waktu itu ada pada setiap
malam.” (HR. Muslim757).
5) Ketika bersujud.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَقْرَبُ مَا
يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ.
“Tempat
(keadaan) yang paling dekat seorang hamba kepada Rabb-nya adalah ketika ia
sujud, maka perbanyaklah berdoa.” (HR. Muslim 482,
Abu Dawud 875, Ahmad 9461).
6) Di
akhir shalat.
Dalam
sebuah hadits dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa ada yang
bertanya kepada Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah,
doa apakah yang paling didengar (oleh Allah)?” Beliau menjawab:
جَوْفُ اللَّيْلِ الآخِرِ وَدُبُرُ
الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ.
“Pada
pertengahan malam yang terakhir, dan di akhir shalat-shalat wajib.”
(HR. Tirmidzi 3499, Nasai 9856, dan hadits ini dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahih at-Targhib
wa Tarhib 1648).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah dan muridnya, Ibnu Qayyim rahimahullah, berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan "dubur as-shalah" dalam konteks doa adalah sebelum
salam. Ibnu Taimiyah mengatakan:
الدُّبُرُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مِثْلُ
دُبُرِ الدَّابَّةِ.
“Dubur
dari segala sesuatu itu seperti duburnya hewan.”
(Zad al-Ma‘ad, 1/305)
7) Setelah
Ashar Pada hari jum’at.
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyebutkan tentang hari Jumat, lalu beliau bersabda:
فِيهِ سَاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ
ٱللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ.
وَأَشَارَ
بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا.
“Di
dalamnya terdapat suatu waktu. Tidaklah seorang hamba muslim yang sedang
berdiri melaksanakan shalat, lalu memohon sesuatu kepada Allah ta‘ala, kecuali
Allah akan memberikannya.” Dan beliau memberikan isyarat dengan tangannya,
menunjukkan bahwa waktunya sangat singkat. (HR. al-Bukhari 935, Muslim 852).
Diantara pendapat yang kuat disebutkan ulama yaitu waktu setelah
Ashar hingga matahari terbenam.
8) Ketika
bersafar.
Dari Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثُمَّ ذَكَرَ
الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ
يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ
حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ.
“Kemudian
Rasulullah menyebutkan seorang lelaki yang menempuh perjalanan jauh, rambutnya
kusut dan berdebu. Ia menengadahkan tangannya ke langit seraya berkata: ‘Ya Rabb, ya Rabb!’ tapi makanan
yang dimakan dari yang haram, minumannya dari yang haram, bajunya dari yang haram,
dicukupi dari yang haram, bagaimana bisa dikabulkan doanya.” (HR. Muslim 1015, Ad-Darimi 2759, Ahmad 8330).
9) Ketika
Turun hujan.
Dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثِنْتَانِ
مَا تُرَدَّانِ: الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ وَتَحْتَ الْمَطَرِ.
“Dua
(doa) yang tidak akan ditolak: doa ketika azan dikumandangkan, dan doa di bawah
turunnya hujan.” (HR. Abu Dawud 2540, dan dihasankan Syaikh al-Albani di dalam ash-Shahihah 1469).
10)
Ketika menghadapi musuh dimedan
perang.
Dari
Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثِنْتَانِ لَا تُرَدَّانِ أَوْ
قَلَّمَا تُرَدَّانِ: الدُّعَاءُ عِندَ النِّدَاءِ وَعِندَ الْبَأْسِ حِينَ
يُلْحِمُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا.
“Dua
hal yang tidak akan ditolak, atau jarang ditolak: doa ketika azan
dikumandangkan, dan doa saat peperangan sedang berkecamuk, ketika sebagian dari
mereka saling menyerang satu sama lain.”
(HR. Abu Dawud 2540, Ad-Darimi 1236, Baihaqi 6459, Thabrani
al-Mu’jam 5756, dishahihkan
oleh Syaikh al-Albani
di dalam Shahih at-Targhib wa Tarhib 262).
11)
Ketika mendengar kokok ayam.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيَكَةِ
فَاسْأَلُوا اللهَ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنَّهَا رَأَتْ مَلَكًا.
"Jika
kalian mendengar kokokan ayam jantan, maka mintalah kepada Allah karunia
dari-Nya, karena sesungguhnya ia telah melihat malaikat." (HR. Bukhari 2304,
Muslim 2729).
12)
Ketika hari Arafah.
13)
Ketika 10 hari terakhir bulan
Ramadhan. (lihat pula Lihat ad-Du’a, karya ‘Abdullah al-Khudhari).
8.
Kisah Diantara
doa-doa yang diijabahi
1) Dr. Ikhsan seorang ahli bedah dan pesawat yang
rusak.
Seorang dokter Ahli Bedah
terkenal bernama Dr. Ishan tergesa-gesa menuju airport. Beliau berencana akan
menghadiri seminar dunia dalam bidang kedokteran, yang akan membahas penemuan
terbesarnya di bidang kedokteran.
Setelah perjalanan pesawat sekitar 1 jam, tiba-tiba diumumkan bahwa pesawat
mengalami gangguan dan harus mendarat di airport terdekat. Beliau mendatangi
ruangan penerangan dan berkata: “Saya ini dokter spesial, tiap menit nyawa
manusia bergantung pada saya, dan sekarang kalian meminta saya menunggu pesawat
diperbaiki dalam 16 jam?”
Pegawai menjawab: “Wahai dokter, jika Anda terburu-buru Anda bisa menyewa
mobil, tujuan Anda tidak jauh lagi dari sini, kira-kira dengan mobil 3 jam
tiba.”
Dr. Ishan setuju dengan usul pegawai tersebut dan menyewa mobil. Baru berjalan
5 menit, tiba-tiba cuaca mendung, disusul dengan hujan besar disertai petir
yang mengakibatkan jarak pandang sangat pendek.
Setelah berlalu hampir 2 jam, mereka tersadar mereka tersesat dan terasa
kelelahan. Terlihat sebuah rumah kecil tidak jauh dari hadapannya, dihampirilah
rumah tersebut dan mengetuk pintunya. Terdengar suara seorang wanita tua:
“Silahkan masuk, siapa ya?” Terbukalah pintunya.
Dia masuk dan meminta kepada ibu tersebut untuk istirahat duduk dan mau
meminjam teleponnya. Ibu itu tersenyum dan berkata: “Telepon apa Nak? Apa Anda
tidak sadar ada di mana? Di sini tidak ada listrik, apalagi telepon. Namun
demikian, masuklah silahkan duduk saja dulu istirahat, sebentar saya buatkan
teh dan sedikit makanan untuk menyegarkan dan mengembalikan kekuatan Anda.”
Dr. Ishan mengucapkan terima kasih kepada ibu itu, lalu memakan hidangan.
Sementara ibu itu sholat dan berdoa serta perlahan-lahan mendekati seorang anak
kecil yang terbaring tak bergerak di atas kasur di sisi ibu tersebut, dan dia
terlihat gelisah diantara tiap sholat. Ibu tersebut melanjutkan sholatnya
dengan do’a yang panjang.
Dokter mendatanginya dan
berkata: “Demi Allah, Anda telah membuat saya kagum dengan keramahan Anda dan
kemuliaan akhlak Anda, semoga Allah menjawab do’a-do’a Anda.”
Berkata ibu itu: “Nak, Anda ini
adalah ibnu sabil yang sudah diwasiatkan Allah untuk dibantu. Sedangkan
do’a-do’a saya sudah dijawab Allah semuanya, kecuali satu.”
Bertanya Dr. Ishan: “Apa itu
do’anya?” Ibu itu berkata: “Anak ini adalah cucu saya, dia yatim piatu. Dia
menderita sakit yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter dokter yang ada di
sini. Mereka berkata kepada saya ada seorang dokter ahli bedah yang akan mampu
menyembuhkannya; katanya namanya Dr. Ishan, akan tetapi dia tinggal jauh dari
sini, yang tidak memungkinkan saya membawa anak ini ke sana, dan saya khawatir
terjadi apa-apa di jalan. Makanya saya berdo’a kepada Allah agar
memudahkannya.”
Menangislah Dr. Ishan dan berkata
sambil terisak: “Allahu Akbar, laa haula wala quwwata illa billah. Demi Allah,
sungguh do’a ibu telah membuat pesawat rusak dan harus diperbaiki lama serta
membuat hujan petir dan menyesatkan kami, hanya untuk mengantarkan saya ke ibu
secara cepat dan tepat. Saya-lah Dr. Ishan Bu, sungguh Allah subhanahu wa
ta'ala telah menciptakan sebab seperti ini kepada hamba-Nya yang mu'min dengan
do’a. Ini adalah perintah Allah kepada saya untuk mengobati anak ini.”
Jangan pernah berhenti berdo’a sampai Allah menjawabnya. (Dikutip dari group Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia)
Demikianlah semoga bermanfaat.
-----000-----
Sragen 06-08-2025
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar