BAB 5
SYIRIK BESAR.
SOAL: 5
HUKUM
BERDOA
س ٥ - هَلِ الدُّعَاءُ
عِبَادَةٌ.
Soal
5: Apakah doa itu termasuk ibadah?
ج ٥ –
نَعَمْ, الدُّعَاءُ عِبَادَةٌ.
Jawab
: Ya, doa adalah ibadah.
قَالَ اللهُ تَعَالَى:
Allah ta’ala telah
berfirman :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِيٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ
دَاخِرِينَ . سورة غافر: ٦٠ أي: ذَلِيْلِينَ.
"Dan
Rabbmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku, akan masuk Neraka
Jahannam dalam keadaan hina-dina." (QS. Ghafir ayat 60). Yaitu
dalam kondisi terhina atau rendah."
وَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ ,رَوَاهُ
أَحْمَد وَقَالَ التِّرْمِذِيُّ: حَسَنٌ صَحِيحٌ.
"Doa
itu adalah ibadah." (Hadits riwayat Ahmad, dan imam Tirmidzi mengatakan, "Hadits hasan shahih")
-----000-----
Penjelasan:
1. Doa adalah ibadah
yang agung, maka tidak boleh berdoa atau memohon kepada selain Allah.
Allah memerintahkan agar berdoa dan
memohon kepada-Nya, Allah ta’ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ.
"Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya
akan Aku perkenankan bagimu…" (QS. Al-Mu'min [40]: 60).
Dari an-Nu‘man bin Basyir, dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
إِنَّ
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ.
“Sesungguhnya
doa itu adalah ibadah.” kemudian membacakan firman Allah ta‘ala:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي
أَسْتَجِبْ لَكُمْ.
Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan
mengabulkan kalian"
(QS. Ghafir[40]: 60). (HR. Bukhari di dalam
al-Adab al-Mufrad 714, Tirmidzi 2969, Ahmad 18432, Ibnu Majah 3828, dishahihkan
Syaikh al-Albani di dalam shahih Abu Dawud 1329).
2.
Larangan keras berdoa
kepada selain Allah.
Allah ta’ala
berfirman:
وَلَا
تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ
فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ.
“Dan janganlah kamu menyembah
apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu
selain Allah. Sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya
kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Yunus [10]: 106)
إِنَّ الَّذِينَ
يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِين.
"Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina." (QS.
Al-Mu'min [40]: 60).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدْعُ اللَّهَ عَزَّ
وَجَلَّ غَضِبَ عَلَيْهِ.
“Barang siapa yang tidak mau berdoa kepada Allah ‘azza wa jalla (Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mulia), Allah murka terhadapnya.” (HR. Ahmad
9719, Ibnu Majah 3827, dihasankan Syaikh al-Albani di dalam Shahih
Ibnu Majah 3085).
Orang yang memohon kepada selain Allah maka di telah berbuat syirik kepada
Allah ta’ala.
3.
Makhluk tidak dapat
mengabulkan doa.
Makhluk tidak akan mampu mengabulkan doa dalam perkara-perkara
yang mampu hanya Allah saja, seperti mendatangkan rezeki, memberikan anak,
meninggikan derajat, memanjangkan umur, keselamatan, kesembuhan dari penyakit
dan lain-lain.
Allah
ta’ala berfirman:
إِنْ
تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ.
“Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu dan
kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkankan permintaanmu.” (QS.
Fatir[35]:14)
4.
Allah mengabulkan
setiap doa yang tidak ada penghalangnya.
Allah
ta’ala berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ
عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang
Aku, jawablah bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi segala
perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah[2]: 186).
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, Allah ta’ala berfirman:
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي
أَهْدِكُمْ.
“Wahai
hamba-hamba-Ku! Kalian semua sesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka
mintalah petunjuk kepada-Ku.” (HR. Muslim 2577, Tirmidzi 2495).
5.
Bentuk-bentuk pengabulan doa Allah kepada hamba-Nya.
Ada
beberapa bentuk pengabulan Allah terhadap hambanya.
1) Allah mengabulkan secara langsung.
Allah
ta’ala berfirman mengkisahkan doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
doa
Allah mengabulkan doa hambanya dengan tiga keadaan, sebagaimana Rasulullah
sallallahu ‘alaihih wa sallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو
بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ
بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ
يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ
مِثْلَهَا " قَالُوا: إِذًا نُكْثِرُ قَالَ: اللَّهُ أَكْثَرُ.
“Tidaklah
seorang muslim berdoa yang tidak mengandung dosa dan tidak bertujuan
memutuskan silaturahmi, melainkan Allah ta’ala akan mengabulkannya dengan tiga
cara; (1). Allah akan mengabulkan doanya segera, (2). Allah akan menyimpan
(menjadikannya pahala) baginya di akhirat kelak, (3). Allah akan hindarkan
darinya kejelekan yang semisal. Mereka (para sahabat) berkata: “Kalau begitu,
kami akan memperbanyak berdoa.” Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
berkata: “Allah akan banyak mengabulkan doa-doa kalian.” (HR. Ahmad 11133, Baihaqi Syu’abu
al-iman 1090, di hasankan
syaikh al-Albani di dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib 1633).
6. Adab-adab berdoa.
Adapun adab-adab berdoa diantaranya:
1) Jika
memungkinkan hendaknya bersuci.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam suka jika menyebut nama Allah dalam keadaan bersuci.
Dari Abu Juhaim al-Anshari
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
أَقْبَلَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ نَحْوِ بِئْرِ جَمَلٍ فَلَقِيَهُ
رَجُلٌ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أَقْبَلَ عَلَى الجِدَارِ فَمَسَحَ بِوَجْهِهِ
وَيَدَيْهِ ثُمَّ رَدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ.
"Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
datang dari arah Sumur Jamal. Kemudian beliau bertemu dengan seorang laki-laki
yang mengucapkan salam kepadanya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
langsung menjawab salam itu, hingga beliau mendekati sebuah dinding, lalu
mengusap wajah dan kedua tangannya(bertayamum), kemudian barulah beliau
menjawab salam tersebut." (HR. Bukhari 337, Ahmad 21959).
2) Menghadap
kiblat jika memungkinkan.
Dari ‘Umar
Ibnul Khatab Radhiyallahu ‘anhu menceritakan:
لَمَّا كَانَ يَوْمُ بَدْرٍ نَظَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمُشْرِكِينَ وَهُمْ أَلْفٌ وَأَصْحَابُهُ
ثَلَاثُ مِائَةٍ وَتِسْعَةَ عَشَرَ رَجُلًا فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقِبْلَةَ.
“Tatkala hari
terjadinya Perang Badar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat
kepada kaum musyrikin, sedangkan jumlah mereka seribu orang, dan para
sahabatnya berjumlah tiga ratus sembilan belas orang.
Lalu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menghadap ke arah kiblat..” (HR. Muslim 1763, Ahmad 221).
Dari ‘Abbad bin Tamim, dari pamannya, ia
berkata:
خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَسْتَسْقِي فَتَوَجَّهَ إِلَى القِبْلَةِ يَدْعُو وَحَوَّلَ رِدَاءَهُ ثُمَّ
صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَهَرَ فِيهِمَا بِالقِرَاءَةِ.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar
untuk memohon hujan, lalu beliau menghadap ke arah kiblat dan berdoa. Beliau
membalikkan selendangnya, lalu shalat dua rakaat dan membaca (al-Fatihah dan
surat) dengan suara keras pada keduanya. (HR. Bukhari 1024, Ahmad 16468).
3) Mengangkat kedua tangan
saat-saat tertentu jika memungkinkan.
Rasulullah
mengangkat kedua tangannya ketika berdoa shalat istisqa dan ketika Perang
Badar, demikian pula ketika menceritakan orang yang sedang safar kemudidan
berdoa.
فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْقِبْلَةَ ثُمَّ مَدَّ يَدَيْهِ...
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menghadap kiblat kemudian mengangkat kedua tangannya...” (HR. Muslim 1763, Ahmad 221).
4) Membaca
pujian, Istighfar dan Shalawat.
Allah ta’ala berfirman:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ
إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا.
"Maka aku berkata kepada
mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sungguh Dia Maha Pengampun.” (QS.
Nuh[71]: 10).
Dari Fadhalah bin ‘Ubaid radhiyallahu ‘anhu
berkata:
بَيْنَا
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ إِذْ دَخَلَ رَجُلٌ
فَصَلَّى فَقَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي فَقَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَجِلْتَ أَيُّهَا الْمُصَلِّي إِذَا صَلَّيْتَ
فَقَعَدْتَ فَاحْمَدِ اللهَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ وَصَلِّ عَلَيَّ ثُمَّ ادْعُهُ.
“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sedang duduk, datanglah seorang lelaki, lalu dia shalat dan berdoa: ‘Ya
Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku.’ Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Wahai orang yang sedang
shalat, engkau terlalu tergesa-gesa. Jika engkau telah selesai shalat, duduklah
dulu, lalu pujilah Allah
sesuai dengan kelayakan-Nya, kemudian bacalah
shalawat kepadaku,
lalu berdoalah kepada-Nya.” (HR. Tirmidzi 3476, Nasai 1284, dishahihkan Syaikh
al-Albani di dalam Shahih Tirmidzi 3724).
Dari Fadhalah bin
‘Ubaid, ia berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seseorang berdoa dalam shalatnya, namun
ia tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَجِلَ هَذَا ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ
فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ رَبِّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ.
“Orang
ini tergesa-gesa.” Lalu beliau memanggilnya dan bersabda:
“Jika
salah seorang dari kalian berdoa, maka hendaklah ia mulai dengan memuji Allah
dan menyanjung-Nya, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, lalu berdoa dengan doa yang ia kehendaki.” (HR. Tirmidzi 3477, Abu
Dawud 1481, Ibnu Hibban 1960, Ahmad 23937, dishahihkan Syaikh al-Albani di
dalam Shahih Abu Dawud 1331).
5) Dengan
suara lembut dan rasa takut.
Allah Ta’ala berfirman:
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا
وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ.
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan
merendahkan diri dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf [7]: 55).
Dan
juga firman Allah tentang doa Zakaria.
اِذْ نَادٰى رَبَّهٗ نِدَاۤءً خَفِيًّا.
“Yaitu tatkala ia berdoa kepada
Tuhannya dengan suara yang lembut” (QS. Maryam[19]:3).
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata, Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika
kami berada di atas suatu lembah, kami bertakbir dan bertahlil dengan suara
keras, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ
غَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ
“Wahai
manusia, kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak sedang menyeru Dzat
yang tuli dan tidak pula yang jauh. Sesungguhnya Dia bersama kalian,
sesungguhnya Dia Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat.” (HR. Bukhari 2992).
6) Hendaknya
yakin akan dikabulkan doanya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
أُجِيبُ دَعْوَةَ
الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ
يَرْشُدُونَ.
“Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia
memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintah-Ku dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
(QS Al-Baqarah[2]: 186).
Dari Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
اُدْعُوا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِاْلإِجَابَةِ.
“Berdo’alah kepada Allah dalam keadaan engkau merasa yakin
akan dikabulkannya do’a. (HR.
Tirmidzi 3479, Tabrani di dalam al-Mu’jam al-Ausath 5109, dihasankan Syaikh
al-Albani di dalam as-Shahihah 564).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, bahwasanya ia berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا دَعَا
أَحَدُكُمْ فَلْيَعْزِمِ المَسْأَلَةَ وَلاَ يَقُولَنَّ: اللَّهُمَّ إِنْ شِئْتَ
فَأَعْطِنِي فَإِنَّهُ لاَ مُسْتَكْرِهَ لَهُ.
“Apabila
salah seorang di antara kalian berdo’a maka hendaklah ia bersungguh-sungguh
dalam permohonannya kepada Allah dan janganlah ia berkata, ‘Ya Allah, apabila
Engkau mau maka kabulkanlah do’aku ini’,
karena sesungguhnya tidak ada yang memaksa Allah.” (HR. Bukhari 6338, Nasai 10345).
7) Mengulang-ulang tiga kali.
Agar mengulang-ngulang setiap kali berdoa tiga kali.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا دَعَا دَعَا ثَلَاثًا وَإِذَا سَأَلَ سَأَلَ ثَلَاثًا.
"Nabi
shallallāhu ‘alaihi wa sallam apabila berdoa, beliau mengulang doanya tiga
kali. Dan apabila meminta, beliau mengulang permintaannya tiga kali .” (HR. Muslim 1794).
8) Memohon kepada Allah dengan mengawali dari
diri sendiri.
Allah ta’ala berfirman:
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ
سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ.
“…Ya Rabb kami,
beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu
dari kami...” (QS. Al-Hasyr[59]: 10).
Firman-Nya yang lain:
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ
وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ.
“Ya Rabb-ku, berikanlah ampun kepadaku
dan kedua ayah ibuku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab
(hari Kiamat).” (QS. Ibrahim[14]: 41).
Dari Ibnu ‘Abbas dari Ubay bin Ka’ab, ia
berkata:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا ذَكَرَ
أَحَدًا فَدَعَا لَهُ بَدَأَ بِنَفْسِهِ.
“Apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingat
kepada seseorang, maka beliau mendo’akannya dan sebelumnya beliau mendahulukan
berdo’a untuk dirinya sendiri. (HR.
Tirmidzi 3385 dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam al-Misykah 2258).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar