Selasa, 05 Agustus 2025

HUD AQIDATAKA, BAB 5 SOAL 5, BERDOA

 

BAB 5



SYIRIK BESAR.

SOAL: 5

HUKUM BERDOA

 

س ٥ - هَلِ الدُّعَاءُ عِبَادَةٌ.

Soal 5: Apakah doa itu termasuk ibadah?

ج ٥ نَعَمْ, الدُّعَاءُ عِبَادَةٌ.

Jawab : Ya, doa adalah ibadah.

قَالَ اللهُ تَعَالَى:

Allah ta’ala telah berfirman :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِيٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ . سورة غافر: ٦٠ أي: ذَلِيْلِينَ.

"Dan Rabbmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku, akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina-dina." (QS. Ghafir ayat 60). Yaitu dalam kondisi terhina atau rendah."

وَقَالَ رَسُولُ اللهِ :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ ,رَوَاهُ أَحْمَد وَقَالَ التِّرْمِذِيُّ: حَسَنٌ صَحِيحٌ.

"Doa itu adalah ibadah." (Hadits riwayat Ahmad, dan imam Tirmidzi  mengatakan, "Hadits hasan shahih")

 

 

-----000-----

Penjelasan:

 

1.   Doa adalah ibadah yang agung, maka tidak boleh berdoa atau memohon kepada selain Allah.

Allah memerintahkan agar berdoa dan memohon kepada-Nya, Allah ta’ala berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ.

"Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu…" (QS. Al-Mu'min [40]: 60).

Dari an-Nu‘man bin Basyir, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:

إِنَّ الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ.

“Sesungguhnya doa itu adalah ibadah.” kemudian membacakan  firman Allah ta‘ala:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ.

Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan kalian" (QS. Ghafir[40]: 60). (HR. Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrad 714, Tirmidzi 2969, Ahmad 18432, Ibnu Majah 3828, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam shahih Abu Dawud 1329).

2.   Larangan keras berdoa kepada selain Allah.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ.

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah. Sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Yunus [10]: 106)

إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِين.

"Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina." (QS. Al-Mu'min [40]: 60).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَدْعُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ غَضِبَ عَلَيْهِ.

“Barang siapa yang tidak mau berdoa kepada Allah ‘azza wa jalla (Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia), Allah murka terhadapnya.” (HR. Ahmad 9719, Ibnu Majah 3827, dihasankan Syaikh al-Albani di dalam Shahih Ibnu Majah 3085).

Orang yang memohon kepada selain Allah maka di telah berbuat syirik kepada Allah ta’ala.

3.   Makhluk tidak dapat mengabulkan doa.

Makhluk tidak akan mampu mengabulkan doa dalam perkara-perkara yang mampu hanya Allah saja, seperti mendatangkan rezeki, memberikan anak, meninggikan derajat, memanjangkan umur, keselamatan, kesembuhan dari penyakit dan lain-lain.

Allah ta’ala berfirman:

إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ.

“Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkankan permintaanmu.” (QS. Fatir[35]:14)

4.   Allah mengabulkan setiap doa yang tidak ada penghalangnya.

Allah ta’ala berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, jawablah bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah[2]: 186).

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah ta’ala berfirman:

يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ.

“Wahai hamba-hamba-Ku! Kalian semua sesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku.” (HR. Muslim 2577, Tirmidzi 2495).

5.   Bentuk-bentuk pengabulan doa Allah kepada hamba-Nya.

Ada beberapa bentuk pengabulan Allah terhadap hambanya.

1)   Allah mengabulkan secara langsung.

Allah ta’ala berfirman mengkisahkan doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

doa Allah mengabulkan doa hambanya dengan tiga keadaan, sebagaimana Rasulullah sallallahu ‘alaihih wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا " قَالُوا: إِذًا نُكْثِرُ قَالَ: اللَّهُ أَكْثَرُ.

“Tidaklah seorang muslim berdoa yang tidak mengandung dosa dan tidak bertujuan memutuskan silaturahmi, melainkan Allah ta’ala akan mengabulkannya dengan tiga cara; (1). Allah akan mengabulkan doanya segera, (2). Allah akan menyimpan (menjadikannya pahala) baginya di akhirat kelak, (3). Allah akan hindarkan darinya kejelekan yang semisal. Mereka (para sahabat) berkata: “Kalau begitu, kami akan memperbanyak berdoa.” Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata: “Allah akan banyak mengabulkan doa-doa kalian.” (HR. Ahmad 11133, Baihaqi Syu’abu al-iman 1090,  di hasankan syaikh al-Albani di dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib 1633).

6.   Adab-adab berdoa.

Adapun adab-adab berdoa diantaranya:

1)  Jika memungkinkan hendaknya bersuci.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam suka jika menyebut nama Allah dalam keadaan bersuci.

Dari Abu Juhaim al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

أَقْبَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ نَحْوِ بِئْرِ جَمَلٍ فَلَقِيَهُ رَجُلٌ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أَقْبَلَ عَلَى الجِدَارِ فَمَسَحَ بِوَجْهِهِ وَيَدَيْهِ ثُمَّ رَدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ.

"Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dari arah Sumur Jamal. Kemudian beliau bertemu dengan seorang laki-laki yang mengucapkan salam kepadanya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak langsung menjawab salam itu, hingga beliau mendekati sebuah dinding, lalu mengusap wajah dan kedua tangannya(bertayamum), kemudian barulah beliau menjawab salam tersebut." (HR. Bukhari 337, Ahmad 21959).

2)  Menghadap kiblat jika memungkinkan.

Dari ‘Umar Ibnul Khatab Radhiyallahu ‘anhu menceritakan:

لَمَّا كَانَ يَوْمُ بَدْرٍ نَظَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمُشْرِكِينَ وَهُمْ أَلْفٌ وَأَصْحَابُهُ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَتِسْعَةَ عَشَرَ رَجُلًا فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقِبْلَةَ.

“Tatkala hari terjadinya Perang Badar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kepada kaum musyrikin, sedangkan jumlah mereka seribu orang, dan para sahabatnya berjumlah tiga ratus sembilan belas orang.
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap ke arah kiblat..” (HR. Muslim 1763, Ahmad 221).

Dari ‘Abbad bin Tamim, dari pamannya, ia berkata:

خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَسْقِي فَتَوَجَّهَ إِلَى القِبْلَةِ يَدْعُو وَحَوَّلَ رِدَاءَهُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَهَرَ فِيهِمَا بِالقِرَاءَةِ.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar untuk memohon hujan, lalu beliau menghadap ke arah kiblat dan berdoa. Beliau membalikkan selendangnya, lalu shalat dua rakaat dan membaca (al-Fatihah dan surat) dengan suara keras pada keduanya. (HR. Bukhari 1024, Ahmad 16468).

3)  Mengangkat kedua tangan saat-saat tertentu jika memungkinkan.

Rasulullah mengangkat kedua tangannya ketika berdoa shalat istisqa dan ketika Perang Badar, demikian pula ketika menceritakan orang yang sedang safar kemudidan berdoa.

فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقِبْلَةَ ثُمَّ مَدَّ يَدَيْهِ...

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap kiblat kemudian mengangkat kedua tangannya...” (HR. Muslim 1763, Ahmad 221).

4)  Membaca pujian, Istighfar dan Shalawat.

Allah ta’ala berfirman:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا.

"Maka aku berkata kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sungguh Dia Maha Pengampun.(QS. Nuh[71]: 10).

Dari Fadhalah bin ‘Ubaid radhiyallahu ‘anhu berkata:

بَيْنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ إِذْ دَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَقَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَجِلْتَ أَيُّهَا الْمُصَلِّي إِذَا صَلَّيْتَ فَقَعَدْتَ فَاحْمَدِ اللهَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ وَصَلِّ عَلَيَّ ثُمَّ ادْعُهُ.

“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk, datanglah seorang lelaki, lalu dia shalat dan berdoa: ‘Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Wahai orang yang sedang shalat, engkau terlalu tergesa-gesa. Jika engkau telah selesai shalat, duduklah dulu, lalu pujilah Allah sesuai dengan kelayakan-Nya, kemudian bacalah shalawat kepadaku, lalu berdoalah kepada-Nya.” (HR. Tirmidzi 3476, Nasai 1284, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahih Tirmidzi 3724).

Dari Fadhalah bin ‘Ubaid, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seseorang berdoa dalam shalatnya, namun ia tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَجِلَ هَذَا ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ  أَوْ لِغَيْرِهِ إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ رَبِّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ.

“Orang ini tergesa-gesa.” Lalu beliau memanggilnya dan bersabda:

“Jika salah seorang dari kalian berdoa, maka hendaklah ia mulai dengan memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berdoa dengan doa yang ia kehendaki.” (HR. Tirmidzi 3477, Abu Dawud 1481, Ibnu Hibban 1960, Ahmad 23937, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahih Abu Dawud 1331).

5)  Dengan suara lembut dan rasa takut.

Allah Ta’ala berfirman:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ.

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf [7]: 55).

Dan juga firman Allah tentang doa Zakaria.

اِذْ نَادٰى رَبَّهٗ نِدَاۤءً خَفِيًّا.

“Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut” (QS. Maryam[19]:3).

Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika kami berada di atas suatu lembah, kami bertakbir dan bertahlil dengan suara keras, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ

Wahai manusia, kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak sedang menyeru Dzat yang tuli dan tidak pula yang jauh. Sesungguhnya Dia bersama kalian, sesungguhnya Dia Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat.” (HR. Bukhari 2992).

6)  Hendaknya yakin akan dikabulkan doanya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ.

“Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah[2]: 186).

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اُدْعُوا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِاْلإِجَابَةِ.

“Berdo’alah kepada Allah dalam keadaan engkau merasa yakin akan dikabulkannya do’a. (HR. Tirmidzi 3479, Tabrani di dalam al-Mu’jam al-Ausath 5109, dihasankan Syaikh al-Albani di dalam as-Shahihah 564).

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, bahwasanya ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلْيَعْزِمِ المَسْأَلَةَ وَلاَ يَقُولَنَّ: اللَّهُمَّ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِي فَإِنَّهُ لاَ مُسْتَكْرِهَ لَهُ.

“Apabila salah seorang di antara kalian berdo’a maka hendaklah ia bersungguh-sungguh dalam permohonannya kepada Allah dan janganlah ia berkata, ‘Ya Allah, apabila Engkau  mau maka kabulkanlah do’aku ini’, karena sesungguhnya tidak ada yang memaksa Allah.” (HR. Bukhari 6338, Nasai 10345).

7)  Mengulang-ulang tiga kali.

Agar mengulang-ngulang setiap kali berdoa tiga kali.

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَعَا دَعَا ثَلَاثًا وَإِذَا سَأَلَ سَأَلَ ثَلَاثًا.

"Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam apabila berdoa, beliau mengulang doanya tiga kali. Dan apabila meminta, beliau mengulang permintaannya tiga kali .” (HR. Muslim 1794).

8)  Memohon kepada Allah dengan mengawali dari diri sendiri.

Allah ta’ala berfirman:

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ.

“…Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami...” (QS. Al-Hasyr[59]: 10).

Firman-Nya yang lain:

رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ.

“Ya Rabb-ku, berikanlah ampun kepadaku dan kedua ayah ibuku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari Kiamat).” (QS. Ibrahim[14]: 41).

Dari Ibnu ‘Abbas dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا ذَكَرَ أَحَدًا فَدَعَا لَهُ بَدَأَ بِنَفْسِهِ.

“Apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingat kepada seseorang, maka beliau mendo’akannya dan sebelumnya beliau mendahulukan berdo’a untuk dirinya sendiri. (HR. Tirmidzi 3385 dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam al-Misykah 2258).

Bersambung in syaa Allah....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ADAB DAN WAKTU MUSTAJAB DI DALAM BERDOA.

  1.    Doa adalah ibadah yang agung, maka tidak boleh berdoa atau memohon kepada selain Allah. Allah memerintahkan agar berdoa dan memoho...