SEBAB-SEBAB DATANGNYA MUSIBAH
Dunia makin tua, isi penghuninya
beraneka warna, semakin jauh dari bimbingan agama sehingga banyak yang memperturutkan
nafsu belaka.
Akibatnya datanglah berbagai macam
musibah dan bencana sebagai peringatan kepada manusia.
Namun yang menyedihkan musibah dan bencana
tersebut dianggap fenomena alam biasa, seperti gempa bumi karena lempengan
kerak bumi yang retak atau bergeser, banjir karena cuaca extrem dan lainnya.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا
أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ.
“Dan apa saja musibah yang
menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Asy Syura
[62]: 30).
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ
عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ.
“Telah tampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).” (QS.Ar-Rum[30]:41)
قَالَتْ زَيْنَبُ بِنْتُ جَحْشٍ
فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ: أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ قَالَ: نَعَمْ
إِذَا كَثُرَ الخَبَثُ.
“Apakah kami akan binasa sementara orang-orang
shalih masih ada di antara kami?” Beliau menjawab, “Betul, ketika kemaksiatan merajalela.”
(HR Bukhari 3346, Muslim 2880)
Adapun dosa-dosa yang menyebabkan datangnya
musibah yaitu:
1. Dosa
kesyirikan.
Dosa kesyirikan merajalela di bumi pertiwi ini,
saat mereka punya hajat, tasyakuran bersama ketika mendapatkan nikmat seperti
melarung saji kelaut, melempar saji ke gunung, upacara sajen di tempat yang
dianggap keramat, membuat sesaji rumah masing-masing, mencari pesugihan, dan
keyakinan-keyakinan tatayyur lainnya.
Padahal Allah ta’ala melarang keras kesyirikan
tersebut.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا
يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ.
“Dan janganlah kamu
menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat
kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka
Sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim." (QS
Yunus[10]:106).
وَلَقَدْ أُوحِيَ
إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ
عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
“Dan Sesungguhnya telah
diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Az Zumar[39]:65).
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا
كَانُوا يَعْمَلُونَ.
“Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang Telah mereka
kerjakan.” (QS Al An’am[6]:88).
وَلَا
تَدْعُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۚفَاِنْ فَعَلْتَ فَاِنَّكَ
اِذًا مِّنَ الظّٰلِمِيْنَ.
“Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi
manfaat dan tidak (pula) memberi bencana kepadamu selain Allah, sebab jika
engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk orang-orang
zalim.”(QS. Yunus[10]106)
Dari Abu Hurairah
radiallahu ‘anhu Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ المُوبِقَاتِ قَالُوا:
يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ: الشِّرْكُ بِاللَّهِ, وَالسِّحْرُ, وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالحَقِّ, وَأَكْلُ الرِّبَا, وَأَكْلُ مَالِ اليَتِيمِ, وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ, وَقَذْفُ المُحْصَنَاتِ المُؤْمِنَاتِ الغَافِلاَتِ.
“Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan.
Mereka (sahabat) berkata: “Wahai Rasulullah apakah tujuh perkara yang
membinasakan itu?” Beliau bersabda: “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa
yang diharamkan Allah kecuali dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan
riba’, lari dari medan perang (jihad), menuduh berzina wanita baik-baik lagi
beriman serta tidak tahu menahu (dengan zina tersebut).” (HR. Bukhari 2766
Muslim 86).
Banyak yang masih meyakini tiyarah(anggapan
sial)
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata;
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَ هَامَةَ
وَلاَ صَفَرَ.
"Tidak dibenarkan
menganggap penyakit menular dengan sendirinya (tanpa ketentuan Allah), tidak
dibenarkan beranggapan sial, tidak dibenarkan pula beranggapan nasib malang
karena tempat, juga tidak dibenarkan beranggapan sial di bulan Shafar” (HR.
Bukhari 5757 Muslim 2220).
اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ, اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ, وَمَا مِنَّا إِلاَّ, وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ.
“Thiyarah itu syirik,
thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik dan setiap orang pasti terbetik dalam
hatinya, Hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepadaNya.” (HR.
Bukhari di dalam Adabul Mufrad 909, Tirmidzi 1614).
Sebagiannya beramal tetapi melakukan
syirik kecil yaitu riya’.
Allah ta’ala berfirman:
وَّاَنَّ الْمَسٰجِدَ لِلّٰهِ فَلَا
تَدْعُوْا مَعَ اللّٰهِ اَحَدًا.
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu
adalah untuk Allah. Maka janganlah kamu menyembah apa pun di dalamnya selain
Allah.” (QS. Al-Jin[72]18).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ
الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالَ
الرِّيَاءُ.
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari apa yang aku takutkan menimpa
kalian adalah syirik kecil.” Maka para shahabat bertanya, ”Apa yang dimaksud
dengan syirkul ashghar?” Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam
menjawab,“Ar-riya’.” (HR. Ahmad 23636, Baihaqi, dishahihkan Syaikh al-Albani di
dalam At-Targhib 29, ash-Shahihah 951).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam
hadits Qudsi :
أَنَا
أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ
عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيْهِ مَعِيْ غَيْرِيْ تَرَكْتُهُ وَ شِرْكَهُ.
“Aku adalah sekutu yang Maha
Cukup, sangat menolak perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal
yang dicampuri dengan perbuatan syirik kepadaKu, maka Aku tinggalkan dia dan
(Aku tidak terima) amal kesyirikannya” (HR Muslim 2985 dan Ibnu Majah 4202).
Umat-umat dahulu dibinasakan karena kesyirikan ini, begitu pula
kondisi sekarang ini selain maksiat yang lain.
Allah mengisahkan kaum Saba’
Allah ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي
مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا مِنْ رِزْقِ
رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ . فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ
سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ
وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ .ذَٰلِكَ
جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا ۖ وَهَلْ نُجَازِي إِلَّا الْكَفُورَ.
Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda
(kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu: dua buah kebun di sebelah
kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan), ‘Makanlah olehmu dari
rezki yang (dianugerahkan) Rabbmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya!’ (Negerimu)
adalah negeri yang baik dan (Rabbmu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun. Tetapi
mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar. Dan Kami
ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah
pahit, pohon atsl dan sedikit dari pohon sidr. Demikianlah Kami memberi balasan
kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan adzab (yang
demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (Saba’[34]:15-17).
Ibnu Katsir
berkata: “Kemudian datanglah kepada kaum Saba' para rasul yang menyuruh mereka
mengesakan Allah ta'ala. Mereka menaati perintah itu (sehingga Allah berikan
nikmat yang berlimpah terbut) hingga waktu yang dikehendaki Allah. Kemudian
mereka berpaling dari perintah rasul. Karena itu, mereka pun disiksa dengan
mengirimkan banjir besar. (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Saba’ [34]:15-17).
2. Kebid’ahan.
Bagaimana kebid’ahan merajalela di mana-mana,
saking banyaknya sampai-sampai orang yang mengamalkan sunnah terasa asing dan
dianggap aneh.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ
لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى
وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا.
“Dan barang siapa
menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan
yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang
telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahanam, dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisaa [4]: 115).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: Dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam
agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari
20)
مَنْ
عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan
ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim 1718).
Rasulullah shallallahu
‘alahi wa sallam bersabda:
قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى
الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ.
“Aku tinggalkan
kalian dalam keadaan terang-benderang, siangnya seperti malamnya. Tidak ada
yang berpaling dari keadaan tersebut kecuali ia pasti celaka.” (HR.
Ahmad 17142 Ibnu Majah 43 Thabrani 619 dan disahihkan Syaikh al-Albani di
Shahihul Jami’ 4369).
Bagaimana keadaan umat sekarang, mereka banyak
beramal namun tidak memperhatikan benar salahnya amalan tersebut.
3. Tersebarnya
berbagai macam maksiat.
Perzinaan, perselingkuhan, LGBT, music,
nyayian, perjudian miras dan lain sebagainya.
Sebagaimana kita saksikan apa yang di umumkan
salah seorang bupati dimana ditempatnya banyak terjadi kawin kontrak, kemudian
dibuatlah larangan berupa perda.
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ
حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ
الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ
وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ.
“Maka masing-masing
(mereka itu) Kami azab karena dosa-dosanya, di antara mereka ada yang Kami
timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang
mengguntur, ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan ada pula yang Kami
tenggelamkan. Allah sama sekali tidak hendak menzalimi mereka, akan tetapi
merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.” ( QS.Al-Ankabut[29]:40).
Bagaimana solusinya menghadapi bencana ini:
1. Bertaubat
istigfar kepada Allah ta’ala.
Allah ta’ala
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan
tobat yang semurni-murninya.” (QS.At-Tahrim[66]:8).
وَمَا
كَانَ اللّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللّهُ مُعَذِّبَهُمْ
وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ.
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab
mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan
mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS: Al Anfal [8]: 33).
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا
فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا
لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى
مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ.
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon
ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa
selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka
mengetahui.” (QS. Al-Imran[3]:135).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ
اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً.
“Demi Allah. Sungguh aku
selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70
kali.” (HR. Bukhari 6037).
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu
mengatakan:
مَا
نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ.
“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan
karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan
dengan taubat.” (Al Jawabul Kaafi, hal. 87)
2. Memerintahkan
manusia agar bertaqwa dan mentauhidkan Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا
وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.
“Dan sekiranya
penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. Al A’raf [7]:96).
إِنْ تَجْتَنِبُوا
كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ
وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا.
“Jika
kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang di larang kamu
mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu. (dosa-dosamu yang
kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia.” (QS.4.An-Nisa[4]:31)
3. Beramal ma’ruf nahi
mungkar.
Allah ta’ala
berfirman:
إِنَّ اللّهَ لاَ
يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ.
“Sesungguhnya Allah
tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’du [13]: 11)
Dari sahabat Abu
Sa’id al-Khudri beliau berkata, rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ, فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ, فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ
وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ.
“Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa
dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa,
ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu
merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim 49)
وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ
أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْ عِنْدِهِ
ثُمَّ لَتَدْعُنَّهُ فَلاَ يَسْتَجِيْبُ لَكُمْ
“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya,
hendaknya kalian betul-betul melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar atau (jika
kalian tidak melaksanakan hal itu) maka sungguh Allah akan mengirim kepada
kalian siksa dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya (agar supaya
dihindarkan dari siksa tersebut) akan tetapi Allah Azza wa Jalla tidak
mengabulkan do’a kalian. (HR Ahmad 23301, Tirmidzi 2168, dihasankan oleh syaikh
al-Albani dalam Shahihul Jami’ 7070)
Adapun hikmahnya Allah ta’ala berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ
مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ
أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ. لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا
آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ.
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di
bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab
(Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Demikianlah semoga kita semua dijauhkan dari
berbagai bencana dan musibah, oleh karena itu marilan kita saling mengingatkan
di dalam kebaikan dan kesabaran.
Semoga bermanfaat.
-----000-----
Sragen 08 Des 2025
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar