Kamis, 25 Juli 2024

MENETAPKAN SIFAT ALLAH DATANG

 



Ahlu sunnah mereka memberikan sifat kepada Allah ta’ala sebagaimana yang Allah sifatkan bagi diri-Nya sendiri di dalam kitab-Nya, demikian pula apa yang disifatkan rasul-Nya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ.

“Tidak ada yang suatupun yang serupa dengan Allah, dan Dia maha mendengar dan melihat.” (QS. Asy-Syura[42]: 11).

 

Ini merupakan prinsip dan kaedah yang sangat penting sekali, di mana hal ini merupakan kesepakatan Ahlusunnah wal Jama’ah, yaitu  menetapkan  bagi Allah pendengaran dan penglihatan tanpa dita’til (ditolak), dita’rif (slewengkan), ditashbih (serupakan), dan tanpa ditakyif (ditanyakan). Artinya Allah memiliki sifat yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya dimana sifat tersebut tidak menyerupai satupun dari sifat makhluk.

1.     Sifat Allah terbagi menjadi dua:

Yaitu Sifat Tsubutiyah dan Salbiyah.

1)     Sifat Tsubutiyah adalah sifat yang ditetapkan untuk diri-Nya, sepeti Al Hayat, Al Ilmu, Al Qudrah, dan ini wajib di tetapkan sesuai dengan keagungan Allah.

2)     Adapun sifat Salbiyah, adalah sifat yang dinafikan (ditiadakan) dari diri Allah seperti sifat zhalim, mengantuk, lelah, tidur ataupun lupa.

Oleh karena itu Allah ta’ala berfirman:

وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا.

“Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun juga.” (QS. Al Kahfi [18]:49).

Sifat Tsubutiyah terbagi menjadi dua:

Sifat dzatiah dan fi’liyah.

1)     Tsubutiah dzatiah, adalah sifat yang senantiasa terus ada pada Allah subhanahu wa ta’ala, seperti As-Sama’, Al-Bashar, Al-Qudrah.

2)     Tsubutiah fi’liyah, adalah sifat yang terkait dengan kehendaknya, seperti berbicara, berbuat, datang, turun dan lain-lain kapanpun sesuai kehendak Allah ta’ala.

Adakalanya sifat Allah termasuk sifat dzatiah dan juga sifat fi’liyah, seperti sifat Al Kalam. (Lihat Syarah Lum’atul I’tiqad, Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin).

Dari sini kita mengetahui bahwa nama Allah sudah mengandung sifat di dalamnya. Tanpa harus menolak, menyelewengkan, menanyakan ataupun menyerupakan.

Hal ini juga berlaku ketika Allah menyebutkan dirinya nanti pada hari kiamat akan datang.

Syaikhul islam menyebutkan ayat-ayat ini di dalam Aqidah wasithiyah.

Aqidah wasithiyah ayat 38, 39, 40 dan 41.

هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلَائِكَةُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ.

“Tidak ada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat yang dinaungi awan (pada hari kiamat), dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 210).

 

Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya, “Lalu Allah datang dalam naungan awan sesudah langit dunia terbelah dan semua malaikat yang ada padanya turun; kemudian langit kedua, dan langit ketiga hingga langit ketujuh terbelah pula. Para malaikat penyangga Arasy dan malaikat Karubiyyun turun. Kemudian Allah Yang Mahaperkasa turun dalam naungan awan dan para malaikat yang terdengar gemuruh suara tasbih mereka seraya mengucapkan, "Mahasuci Allah yang mempunyai kerajaan dunia dan kerajaan langit. Mahasuci Allah yang memiliki segala keagungan dan keperkasaan. Mahasuci Allah Yang Mahahidup dan tak pernah mati. Mahasuci Allah yang mematikan semua makhluk, sedangkan Dia tidak mati.” (Tafsir Ibnu Katsir QS. AL-Baqarah[2]:210).

dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:

"يَجْمَعُ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخَرِينَ لِمِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ، قِيَامًا شَاخِصَةً أَبْصَارُهُمْ إِلَى السَّمَاءِ، يَنْتَظِرُونَ فَصْل الْقَضَاءِ، وَيَنْزِلُ اللَّهُ فِي ظُلَل مِنَ الْغَمَامِ مِنَ الْعَرْشِ إِلَى الْكُرْسِيِّ"

Allah menghimpunkan orang-orang yang pertama dan orang-orang yang terakhir di suatu tempat pada hari yang telah dimaklumi, semua orang mengarahkan pandangannya ke langit menunggu-nunggu keputusan peradilan. Lalu Allah turun dalam naungan awan dari Arasy sampai ke Al-Kursi.

 

Berkata Ibnu Katsir: “yakni pada hari kiamat kelak datang Allah untuk menyelesaikan seluruh urusan diantara manusia dari yang pertama sampai yang terakhir. Membalas setiap orang yang beramal sesuai dengan amalannya. Kalau kebaikan dibalas dengan kebaikan, dan kejelekan akan dibalas dengan kejelekan pula. Oleh karena itu pada akhir ayat Allah mengatakan: wa qudiyal amr wa ilallahi turja’ul umur”. (Tafsir al-Qur’anul al-‘Adhim, Ibnu Katsir, juz I, hal. 266)

وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا

“Dan datanglah Rabbmu; dan malaikat berbaris-baris.” (al-Fajr: 22)
Berkata Imam as-Shabuni: “Kami (ahlus sunnah) beriman dengannya Seluruhnya, sesuai dengan apa yang disebutkan di dalamnya, tanpa bertanya seperti apa, atau bagaimana. Sebab kalau Allah menghendaki, niscaya Dia akan menjelaskannya kepada kita bagaimana turun-Nya. Maka kita berhenti pada apa yang telah disebutkannya secara muhkamat…” (Aqidatus Salaf ashhabul Hadits, Imam AshShabuni, Tahqiq Nashir bin Abdur Rahman bin Muhammad al-Juda’, hal. 192)

Ayat 39.

هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آياتِ رَبِّكَ

“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan (siksa) Tuhanmu, atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu.” (QS. Al-An'am [6]: 158).

Dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَإِذَا طَلَعَتْ وَرَآهَا النَّاسُ آمَنُوا أَجْمَعُونَ، وَذَلِكَ حِينَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا" ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ.

“Kiamat tidak akan terjadi sebelum matahari terbit dari arah barat.  Apabila matahari terbit dari arah barat dan manusia melihatnya, maka mereka semuanya beriman.” (HR Bukhari 4635, Muslim 157).

AYAT 40

كَلَّا إِذا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا. وَجاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا. وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرى

“Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi diguncangkan berturut-turut, dan datanglah Tuhanmu, sedangkan malaikat berbaris-baris, dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.” (QS. Al-Fajr[89]: 21-23).

Yakni benar.

{إِذَا دُكَّتِ الأرْضُ دَكًّا دَكًّا}

Apabila bumi diguncangkan berturut-turut. (Al-Fajr: 21)

Maksudnya, telah diratakan sehingga menjadi rata tanpa ada gunung-gunung, dan semua makhluk dibangkitkan dari kubur mereka untuk menghadap kepada Tuhannya.

{وَجَاءَ رَبُّكَ}

dan datanglah Tuhanmu. (Al-Fajr: 22)

Yakni untuk memutuskan peradilan dengan hukum-Nya di antara makhluk-Nya.

Demikian itu terjadi setelah mereka memohon syafaat kepada Allah Swt. melalui penghulu anak Adam secara mutlak, yaitu Nabi Muhammad Saw. sebelumnya mereka meminta hal ini kepada para rasul dari kalangan ulul 'azmi seorang demi seorang, tetapi masing-masing dari mereka hanya menjawab, "Aku bukanlah orang yang berhak untuk mendapatkannya." hingga sampailah giliran mereka untuk meminta kepada Nabi Muhammad Saw. Maka beliau bersabda:

«أَنَا لَهَا أَنَا لَهَا»

Akulah yang  akan   memintakannya,   akulah  yang  akan memintakannya.

Maka pergilah Nabi Muhammad Saw. dan meminta syafaat kepada Allah Swt. untuk segera datang guna memutuskan peradilan. Dan Allah Swt. memberinya syafaat dengan meluluskan permintaanya; peristiwa ini merupakan permulaan dari berbagai syafaat berikutnya. Inilah yang disebutkan dengan maqamul mahmud (kedudukan yang terpuji). sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tafsir surat Al-lsra.

Lalu datanglah Allah Swt. untuk memutuskan peradilan sebagaimana yang dikehendaki-Nya, sedangkan para malaikat datang di hadapan-Nya bersaf-saf. (Tafsir Ibnu Katsir, QS Al-Fajr [89]:21-22).

AYAT: 41.

وَيَوْمَ تَشَقَّقُ السَّمَاءُ بِالْغَمَامِ وَنُزِّلَ الْمَلَائِكَةُ تَنْزِيلًا .

“Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah-belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkan malaikat bergelombang-gelombang.” (QS. AL-Furqan [24]:25).

Allah Swt. menceritakan tentang kedahsyatan hari kiamat dan semua peristiwa besar yang terjadi padanya. Antara lain ialah terbelahnya langit, lalu mengeluarkan kabut putih, yaitu naungan yang berupa cahaya yang amat besar lagi menyilaukan mata. Pada hari itu malaikat-malaikat turun dari langit, lalu mengelilingi semua makhluk di padang mahsyar. Kemudian datanglah Tuhan Yang Mahasuci lagi Mahatinggi untuk memutuskan peradilan. (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Furqan [24]:25).

Demikianlah semoga bermanfaat.

-----000-----

 

Sragen 25-07-2024

Junaedi Abdullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAWAKAL KEPADA ALLAH TA’ALA

  TAWAKAL KEPADA ALLAH TA'ALA.   Tawakal merupakan kebutuhan seorang hamba kepada Rabbnya, dimana seseorang apabila telah bertawakal...