Ahlu sunnah mereka memberikan sifat kepada
Allah ta’ala sebagaimana yang Allah sifatkan bagi diri-Nya sendiri di dalam
kitab-Nya, demikian pula apa yang disifatkan rasul-Nya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
لَيْسَ
كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ
السَّمِيعُ الْبَصِيرُ.
“Tidak ada
yang suatupun yang serupa dengan Allah, dan Dia maha mendengar dan melihat.” (QS. Asy-Syura[42]: 11).
Ini merupakan prinsip dan kaedah
yang sangat penting sekali, di mana hal ini merupakan kesepakatan Ahlusunnah
wal Jama’ah, yaitu menetapkan bagi Allah pendengaran dan penglihatan tanpa
dita’til (ditolak), dita’rif (slewengkan), ditashbih (serupakan), dan tanpa ditakyif
(ditanyakan). Artinya Allah memiliki sifat yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya
dimana sifat tersebut tidak menyerupai satupun dari sifat makhluk.
1.
Sifat Allah terbagi menjadi dua:
Yaitu Sifat
Tsubutiyah dan Salbiyah.
1)
Sifat Tsubutiyah adalah sifat yang ditetapkan untuk diri-Nya, sepeti Al
Hayat, Al Ilmu, Al Qudrah, dan ini wajib di tetapkan sesuai dengan keagungan
Allah.
2)
Adapun sifat Salbiyah, adalah sifat yang dinafikan (ditiadakan) dari
diri Allah seperti sifat zhalim, mengantuk, lelah, tidur ataupun lupa.
Oleh karena
itu Allah ta’ala berfirman:
وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا.
“Dan Tuhanmu
tidak menganiaya seorang pun juga.” (QS. Al Kahfi [18]:49).
Sifat
Tsubutiyah terbagi menjadi dua:
Sifat
dzatiah dan fi’liyah.
1)
Tsubutiah dzatiah, adalah sifat yang senantiasa terus ada pada Allah subhanahu
wa ta’ala, seperti As-Sama’, Al-Bashar, Al-Qudrah.
2)
Tsubutiah fi’liyah, adalah sifat yang terkait dengan kehendaknya,
seperti berbicara, berbuat, datang, turun dan lain-lain kapanpun sesuai
kehendak Allah ta’ala.
Adakalanya sifat Allah termasuk sifat dzatiah dan juga sifat fi’liyah,
seperti sifat Al Kalam. (Lihat
Syarah Lum’atul I’tiqad, Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin).
Dari sini kita mengetahui bahwa nama Allah sudah mengandung
sifat di dalamnya. Tanpa harus menolak, menyelewengkan, menanyakan ataupun
menyerupakan.
Hal ini juga berlaku ketika Allah menyebutkan dirinya nanti
pada hari kiamat akan datang.
Syaikhul islam menyebutkan ayat-ayat ini di dalam Aqidah
wasithiyah.
Aqidah wasithiyah ayat 38, 39, 40 dan 41.
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ
يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلَائِكَةُ وَقُضِيَ
الْأَمْرُ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ.
“Tidak ada yang mereka nanti-nantikan
melainkan datangnya Allah dan malaikat yang dinaungi awan (pada hari kiamat),
dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala
urusan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 210).
Ibnu Katsir
berkata dalam tafsirnya, “Lalu Allah datang dalam naungan awan sesudah langit
dunia terbelah dan semua malaikat yang ada padanya turun; kemudian langit
kedua, dan langit ketiga hingga langit ketujuh terbelah pula. Para malaikat
penyangga Arasy dan malaikat Karubiyyun turun. Kemudian Allah Yang Mahaperkasa
turun dalam naungan awan dan para malaikat yang terdengar gemuruh suara tasbih
mereka seraya mengucapkan, "Mahasuci Allah yang mempunyai kerajaan dunia
dan kerajaan langit. Mahasuci Allah yang memiliki segala keagungan dan keperkasaan.
Mahasuci Allah Yang Mahahidup dan tak pernah mati. Mahasuci Allah yang
mematikan semua makhluk, sedangkan Dia tidak mati.” (Tafsir Ibnu Katsir
QS. AL-Baqarah[2]:210).
dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
"يَجْمَعُ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخَرِينَ لِمِيقَاتِ
يَوْمٍ مَعْلُومٍ، قِيَامًا شَاخِصَةً أَبْصَارُهُمْ إِلَى السَّمَاءِ،
يَنْتَظِرُونَ فَصْل الْقَضَاءِ، وَيَنْزِلُ اللَّهُ فِي ظُلَل مِنَ الْغَمَامِ
مِنَ الْعَرْشِ إِلَى الْكُرْسِيِّ"
Allah menghimpunkan orang-orang yang pertama dan
orang-orang yang terakhir di suatu tempat pada hari yang telah dimaklumi, semua
orang mengarahkan pandangannya ke langit menunggu-nunggu keputusan peradilan.
Lalu Allah turun dalam naungan awan dari Arasy sampai ke Al-Kursi.
Berkata Ibnu
Katsir: “yakni pada hari kiamat kelak datang Allah untuk menyelesaikan seluruh
urusan diantara manusia dari yang pertama sampai yang terakhir. Membalas setiap
orang yang beramal sesuai dengan amalannya. Kalau kebaikan dibalas dengan
kebaikan, dan kejelekan akan dibalas dengan kejelekan pula. Oleh karena itu
pada akhir ayat Allah mengatakan: wa qudiyal amr wa ilallahi turja’ul umur”.
(Tafsir al-Qur’anul al-‘Adhim, Ibnu Katsir, juz I, hal. 266)
وَجَاءَ
رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا
“Dan datanglah Rabbmu;
dan malaikat berbaris-baris.” (al-Fajr: 22)
Berkata Imam as-Shabuni: “Kami (ahlus sunnah) beriman dengannya Seluruhnya,
sesuai dengan apa yang disebutkan di dalamnya, tanpa bertanya seperti apa, atau
bagaimana. Sebab kalau Allah menghendaki, niscaya Dia akan menjelaskannya
kepada kita bagaimana turun-Nya. Maka kita berhenti pada apa yang telah
disebutkannya secara muhkamat…” (Aqidatus Salaf ashhabul Hadits, Imam
AshShabuni, Tahqiq Nashir bin Abdur Rahman bin Muhammad al-Juda’, hal. 192)
Ayat 39.
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ
تَأْتِيَهُمُ الْمَلائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آياتِ
رَبِّكَ
“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan
malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan (siksa)
Tuhanmu, atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu.” (QS. Al-An'am [6]: 158).
Dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَقُومُ السَّاعَةُ
حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَإِذَا طَلَعَتْ وَرَآهَا النَّاسُ
آمَنُوا أَجْمَعُونَ، وَذَلِكَ حِينَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا"
ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ.
“Kiamat tidak akan terjadi sebelum matahari terbit dari
arah barat. Apabila matahari terbit dari arah barat dan manusia
melihatnya, maka mereka semuanya beriman.” (HR Bukhari 4635, Muslim 157).
AYAT 40
كَلَّا إِذا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا
دَكًّا. وَجاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا. وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ
بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرى
“Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi diguncangkan
berturut-turut, dan datanglah Tuhanmu, sedangkan malaikat berbaris-baris, dan
pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah
manusia, tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.” (QS. Al-Fajr[89]:
21-23).
Yakni
benar.
{إِذَا دُكَّتِ
الأرْضُ دَكًّا دَكًّا}
Apabila
bumi diguncangkan berturut-turut. (Al-Fajr: 21)
Maksudnya,
telah diratakan sehingga menjadi rata tanpa ada gunung-gunung, dan semua
makhluk dibangkitkan dari kubur mereka untuk menghadap kepada Tuhannya.
{وَجَاءَ رَبُّكَ}
dan
datanglah Tuhanmu. (Al-Fajr: 22)
Yakni
untuk memutuskan peradilan dengan hukum-Nya di antara makhluk-Nya.
Demikian
itu terjadi setelah mereka memohon syafaat kepada Allah Swt. melalui penghulu
anak Adam secara mutlak, yaitu Nabi Muhammad Saw. sebelumnya mereka meminta hal
ini kepada para rasul dari kalangan ulul 'azmi seorang demi seorang,
tetapi masing-masing dari mereka hanya menjawab, "Aku bukanlah orang yang
berhak untuk mendapatkannya." hingga sampailah giliran mereka untuk
meminta kepada Nabi Muhammad Saw. Maka beliau bersabda:
«أَنَا لَهَا أَنَا لَهَا»
Akulah
yang akan memintakannya, akulah yang
akan memintakannya.
Maka
pergilah Nabi Muhammad Saw. dan meminta syafaat kepada Allah Swt. untuk segera
datang guna memutuskan peradilan. Dan Allah Swt. memberinya syafaat dengan
meluluskan permintaanya; peristiwa ini merupakan permulaan dari berbagai
syafaat berikutnya. Inilah yang disebutkan dengan maqamul mahmud (kedudukan
yang terpuji). sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tafsir surat Al-lsra.
Lalu
datanglah Allah Swt. untuk memutuskan peradilan sebagaimana yang dikehendaki-Nya,
sedangkan para malaikat datang di hadapan-Nya bersaf-saf. (Tafsir Ibnu Katsir, QS
Al-Fajr [89]:21-22).
AYAT: 41.
وَيَوْمَ تَشَقَّقُ السَّمَاءُ
بِالْغَمَامِ وَنُزِّلَ الْمَلَائِكَةُ تَنْزِيلًا .
“Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah-belah mengeluarkan kabut
putih dan diturunkan malaikat bergelombang-gelombang.” (QS. AL-Furqan [24]:25).
Allah Swt.
menceritakan tentang kedahsyatan hari kiamat dan semua peristiwa besar yang
terjadi padanya. Antara lain ialah terbelahnya langit, lalu mengeluarkan kabut
putih, yaitu naungan yang berupa cahaya yang amat besar lagi menyilaukan mata.
Pada hari itu malaikat-malaikat turun dari langit, lalu mengelilingi semua
makhluk di padang mahsyar. Kemudian datanglah Tuhan Yang Mahasuci lagi
Mahatinggi untuk memutuskan peradilan. (Tafsir Ibnu Katsir, QS.
Al-Furqan [24]:25).
Demikianlah semoga
bermanfaat.
-----000-----
Sragen 25-07-2024
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar