Senin, 04 Maret 2024

BAHAYA BID’AH DALAM ISLAM. seri (3).

 

 

 



 

SERI (3).

 

 

7.   Orang yang berbuat bid’ah telah melakukan kesia-siaan, baik waktu, tenaga, pikiran dan harta.

Para pelaku bid’ah mereka tak pernah menyadari bahwa amalan yang dianggap banyak itu bisa sia-sia, Allah dan Rasulnya telah memberitakan dan memerintahkan agar mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya bukan malah sebaliknya membuat amalan sendiri.

Allah ta’ala berfirman:

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا.

“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (QS. Al Kahfi [18]: 103-104).

Ali bin Abi Thalib berkata: “Sesungguhnya makna ayat ini bersifat umum mencakup semua orang yang menyembah Allah bukan melalui jalan yang diridhai. Orang yang bersangkutan menduga bahwa jalan yang ditempuhnya itu benar dan amalnya diterima, padahal kenyataannya dia keliru dan amalnya ditolak.” (Tafsir Ibnu Katsir QS. AL-Kahfi [18]:104).

Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ .

Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka tertolak.” (HR. Muslim 1718).

 

6.   Pelaku bid’ah seakan telah mensejajarkan dirinya dengan Tuhan.

Pelaku bid’ah seharusnya taat dan tunduk kepada Allah dengan mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun justru sebaliknya mereka membuat-buat ajaran baru dalam agama ini, menbuat dzikir-dzikir baru, shalawat baru, dan ibadah-ibadah yang baru dengan mengatasnamakan agama, seakan dirinya sejajar dengan Tuhan.

Allah ta’ala berfirman:

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ.

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Asy-Syuura [42] : 21).

Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata: “Barangsiapa yang menganggap baik (suatu bid’ah) maka dia telah membuat syariat.”

مَن اسْتَحْسَنَ فَقَدْ شَرَعَ

“Barangsiapa yang menganggap baik sesuatu (menurut pendapatnya), sesungguhnya ia telah membuat syari’at” (Al-Jami’us Shahih Lissunnani wal Masanid 5:34, Shuhaib ‘Abdul Jabbar).

7.   Bid’ah lebih dicintai iblis dari pada maksiat.

Allah ta’ala berfirman:

وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.

"Dan Syetan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan." (QS. Al-An'am: 43)

Yaitu kemusyrikan, keingkaran, dan perbuatan-perbuatan maksiat. (Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-An’am [6]:43).

وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ. وَاِنَّهُمْ لَيَصُدُّوْنَهُمْ عَنِ السَّبِيْلِ وَيَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ.

Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sungguh, mereka (setan-setan itu) benar-benar menghalang-halangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (QS. Az-Zukhruf [35]: 36-37).

Yakni orang ini yang berpaling dari kebenaran, Kami adakan baginya setan-setan yang menyesatkan dirinya dan menunjukkan kepadanya jalan ke neraka Jahim.(Tafsir Ibnu Katsir QS Az-Zuhruf [43]: 36-37).

Sufyan Ats-Tsauri rahimahullahu berkata:

الْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ، الْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا، وَالْبِدْعَةُ لَا يُتَابُ مِنْهَا.

Bid’ah lebih dicintai oleh Iblis daripada maksiat. Hal ini karena perbuatan maksiat (pelakunya) bertaubat darinya sedangkan bid’ah (pelakunya) tidak mau bertaubat (karena tidak merasa bersalah).

 

8.   Pelaku bid’ah akan diusir dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الحَوْضِ، وَلَيُرْفَعَنَّ مَعِي رِجَالٌ مِنْكُمْ ثُمَّ لَيُخْتَلَجُنَّ دُونِي، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ أَصْحَابِي، فَيُقَالُ: إِنَّكَ لاَ تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ.

“Aku menunggu kalian di telaga. Sungguh ditampakkan kepadaku beberapa orang diantara kalian, kemudian dia singkirkan dariku. Lalu aku mengatakan, “Ya Rabbi, itu adalah sahabatku.” Kemudian dikatakan kepadaku, “Kamu tidak tahu apa yang mereka perbuat setelah kamu meninggal.” (HR. Bukhari 6576, Muslim 2297).

Dalam riwayat lain beliau bersabda:

إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى.

“(Wahai Tuhanku) Mereka betul-betul pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sebenarnya engkau tidak mengetahui bahwa mereka telah mengganti ajaranmu setelahmu.” Kemudian aku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku.” (HR. Bukhari 7051).

Dan masih banyak lagi keburukan bid’ah di dalam agama ini.

Adapun diantara perkara bid’ah ada yang berkaitan dengan masalah aqidah ada pula yang berkaitan dengan masalah ibadah.

Diantara bid’ah yang diperingatkan ulama dan ahlul ilmi terkait masalah aqidah seperti:

Bid’ahnya pemikiran khuarij (mudah mengkafirkan sesama kaum muslimin), murji’ah (menganggap iman orang yang paling ta’at sama dengan imannya orang yang paling maksiat), syi’ah (telah telah mengkafirkan mayoritas sahabat), sufi dan berbagai aliran tharikat (biasa melakukan dzikir-dzikir yang tidak disunnahkan dan mengaku mampu menyingkap takbir gaib), Qadariyah (menganggap manusialah yang menentukan semua kejadian tanpa campur tangan Allah), Jabariyah (menganggap manusia seperti bulu yang terbang tidak bisa berbuat apa-apa) dan lain-lain.

Adapun diantara bid’ah-bid’ah seputar ibadah seperti:

Ritual keselamatan kematian (tahlilan), ratiban, barjanji (yang diadopsi dari hindu).

Pitonan yang dilakukan saat kehamilan tujuh bulan (yang diadopsi dari hindu).

Berbagai macam bentuk peringatan keagamaan, seperti maulidan, isra’ mi’raj, nuzulul Qur’an, dan peringatan tahun baru islam. (Tasabuh dan mengikuti Yahudi dan Nashara).

Melakukan dzikir sambil bernyanyi dan berjoget.

Dan masih banyak lagi bid’ah-bid’ah di dalam agama dimana hal itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah, para sahabat, tabi’in, tabi’ut-tabi’in.

Begitu pula tidak pernah dilakukan para imam madzhab yang berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

Demikianlah semoga Allah menyelamatkan kita dari berbagai amalan yang tidak ada tuntunannya dalam islam. Aamiin

 

 

Sragen 05-03-2024.

Junaedi Abdullah.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...