Kamis, 14 Desember 2023

ADAB SEORANG MUSLIM DALAM BEKERJA.

 


                                             BAB 6


ADAB SEORANG MUSLIM DALAM BEKERJA.

 

Seorang muslim memiliki prinsib dan punya adab yang telah diatur di dalam agamanya, tidak boleh mencari rezki dengan memabi buta tanpa memperhatikan rambu-rambu syari’at islam.

Sesungguhnya Allah ta’ala memerintahkan kepada kita agar memperhatikan di dalam mencari rezki. Diantaranya:

Dalil 1: Perintah memakan yang halal.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ.

“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah[2]:168).

Dalil 2: Perintah memakan yang baik-baik dan bersyukur.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ.

“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik dari apa yang telah kami rezkikan kepadamu dan bersukurlah kepada Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya saja.”(QS. Al-Baqarah[2]:172)

Dalil 3: Semua rezki telah Allah sediakan.

Allah ta’ala berfirman:

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ.

“Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” QS. Al-Baqarah[2]:29).

Dalil 4: Allah menanggung semua rezki makhluk.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرض إِلا عَلَى الله رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ.

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Al Lauh Al Mahfuz).” (QS. Hud[11]: 6).

Dalil 5: Allah telah mencatat rezki kita.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِىٌّ أَوْ سَعِيدٌ.

 “..Kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan empat kata, rezkinya, ajalnya, celaka atau bahagia…” (HR. Bukhari 3208 Muslim 2643).

Dalil 6: Kewajiban kita berusaha.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغدُوْ خِمَاصًا ، وتَرُوْحُ بِطَانًا

“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh tawakkal kepada-Nya, niscaya kalian akan diberikan rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung. Pagi hari burung tersebut keluar dalam keadaan lapar dan di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR Tirmidzi 2344, Ibnu Majah 4164, lihat Silsilah Al Hadist As Sahihah 310).

Dalil 7: Taqwa akan memudahkan rezki kita.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا . وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ.

“ Barang siapa bertaqwa kepada Allah, Allah akan memberinya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangka. (QS. At-Thalaq[65]:2-3).

Dalil 8: Rezki akan mendatangi kita.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ هَرَبَ مِنْ رِزْقِهِ كَمَا يَهْرُبُ مِنَ الْمَوْتِ لَأَدْرَكَهُ رِزْقُهُ كَمَا يُدْرِكُهُ الْمَوْتُ

Seandainya anak Adam lari dari rezekinya sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan mendatanginya sebagaimana kematian mendatanginya. (HR. Abu Na’im di dalam Hilyah Auliya 7/90 , dishahihkan Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah: 952).

Dalil 9: Allah akan mencukupi orang yang bertawakal.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ.

“Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, Allah akan mencukupi.” (QS. At-Thalaq [65]:3).

Dalil 9: Adakalanya Allah menguji orang yang beriman.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ.

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. AL-Baqarah[2]:155).

Dalil 10: Kita tidak akan mati kecuali rezki kita telah di sempurnakan.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَأَنَّ الرُّوحَ الْأَمِينَ نَفَثَ فِي رُوعِيَ أَنَّهُ لَنْ تَمُوتَ نَفْسٌ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا, فَاتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ, وَلَا يَحْمِلَنَّكُمُ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ تَطْلُبُوهُ بِمَعَاصِي اللهِ, فَإِنَّهُ لَا يُدْرَكُ مَا عِنْدَ اللهِ إِلَّا بِطَاعَتِهِ.

“Dan sungguh Ar-Ruhul Amin (Malaikat Jibril yang terpercaya) telah menyampaikan kepadaku bahwa tidak akan mati satu jiwa sampai ia menyempurnakan rezekinya, maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rezki, dan sekali-kali janganlah lambatnya rezeki menjadikan kalian mencarinya dengan bermaksiat kepada Allah, karena sesungguhnya tidak akan diraih apa yang ada di sisi Allah kecuali dengan menaati-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8/166, Lihat Silsilah Al Hadits As-Sahihah 2866).

 

Dalil 11: Banyak dan sedikitnya harta bukan ukuran kecintaan Allah.

Allah ta’ala berfirman:

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ . وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ.

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku” dan adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku.“ (QS. Al-Fajr [89]:15-16).

 

Dalil 13: Bahaya istidraj (ditarik kedalam kebinasaan tanpa di sadari).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ.

”Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan dilihat dari jalur lain).

 

Dalil 14: Larangan meminta-minta.

 

Rasulullah sallallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى.

“Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.” (HR.Bukhari 1427 Muslim 1033).

Dalil 15: Larangan tidak memperhatikan halal dan haram.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ .

"Akan datang pada manusia suatu  zaman, di mana seseorang tidak lagi memperdulikan dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram." (HR. Bukhari 2083).

 

Dalil 16: Manusia akan ditanya tentang hartanya.

 

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا تَزُولُ قَدِمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعِ خِصَالٍ: عَنْ عُمُرُهِ فِيمَا أَفْنَاهُ؟ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ؟ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ؟ وَعَنْ عَلِمهِ مَاذَا عَمِلَ فِيهِ؟

“Tidak akan bergeser tapak kaki seorang hamba pada hari Kiamat, sampai ia ditanya tentang empat perkara. (Yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang jasadnya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya darimana ia mendapatkannya dan kemanakah ia meletakkannya, dan tentang ilmunya, apakah yang telah ia amalkan“. (HR. Tirmidzi 2417 Ahmad 1/97 Ibnu Abi Syaibah 3/234 dan di shahihkan syaikh al-Albani).

 

Dalil 17: Bahaya memakan harta haram.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّهُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ النَّارُ أَوْلَى بِهِ.

“Sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari harta yang haram. Neraka lebih pantas untuknya.“ (HR Ahmad 14441 Ibnu Hibban 4514 dan dishahihkan al-Albani At-Ta’liqu Ragib 3/350, adz-Dzilal 756).

Diantara mencari dan memakan harta yang haram yaitu:

Menipu, mencuri, korupsi, merampas haq orang lain, bekerja dengan mengurangi waktunya, mengurangi timbangan, menjual barang-barang yang haram, bekerja pada tempat-tempat yang diharamkan dan menerima berbagaimacam suap.

Kesimpulan ayat dan hadits di atas, seorang muslim memiliki adab-adab dalam berkerja yaitu:

 

1)   Meyakini Allah telah menyediakan baginya rezki yang halal.

2)   Memakan yang halal dan yang baik-baik.

3)   Hendaknya bersyukur kepada Allah ta’ala.

4)   Hendaknya menjahui rezki yang haram.

5)   Meyakini Allah telah menanggung rezkinya.

6)   Meyakini Allah telah mencatat rezkinya sebelum dia lahir.

7)   Berusaha untuk mendapatkan.

8)   Tidak berpangku tangan.

9)   Bertaqwa kepada Allah rezki akan dimudahkan.

10)                     Bertawakal kepada Allah, Allah akan mencukupinya.

11)                     Menyadari adakalanya rezki berkurang karena ujian dari Allah.

12)                     Tetap meyakini rezkinya pasti akan disempurnakan Allah.

13)                     Menyadari banyak sedikit harta bukan ukuran kecintaan Allah.

14)                     Mewaspadai istidraj, (ditarik dalam kebinasaan tanpa disadari).

15)                     Memahami rezki seseorang didapat dengan berbagai cara.

16)                     Tidak meminta-minta kepada manusia.

17)                     Hendaknya memperhatikan dari mana hartanya.

18)                     Memahami bahayanya harta haram.

19)                     Memahami harta haram dapat menjerumuskan ke neraka.

20)                  Memahami Harta haram dapat mendatangkan kemurkaan Allah.

21)                     Menyiapkan pertanyaan darimana dan kemana di belanjakan.

22)                     Mencari apa yang dapat mendatangkan ridha Allah ta’ala.

23)                     Tidak membandingkan rezki dirinya dengan orang lain.

24)                     Tidak hasad, iri, dengki dengan harta yang dimiliki orang lain.

25)                     Ikhlas dan ridha dengan segala ketentuan dan pemberian Allah ta’ala, baik didapat dengan cara yang mudah maupun sulit, baik di taqdirkan menjadi kaya ataupun miskin.

Demikianlah sebagai seorang muslim hendaknya memahami adab-adab di dalam mencari rezki.

Semoga bermanfaat. Aamiin.

Sekian.

 

 

-----000-----

 

Sragen 15-12-2023.

Junaedi Abdullah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...