Jumat, 24 November 2023

TEPO SELIRO

TEPO SELIRO

 

Tepo seliro memiliki arti tenggang rasa, saling menghargai, toleransi.

Konsep tepo seliro bukan hanya memiliki arti saling menghargai semata namun lebih dari itu terkandung disana agar kita juga memiliki rasa empati kepada orang lain. Kita mampu memahami perasaan orang lain dan kita mampu menghargai hak-hak orang lain dalam  berpendapat maupun berperilaku.

Di dalam ungkapan tepo seliro juga ada konsekwensi tersembunyi yaitu hukum sebab dan akibat, yaitu apa bila seseorang tidak mau saling memahami, akan akibat yang tidak baik, oleh karena itu ada ungkapan “kabeh bakal ngundhuh wohing pakarti.” (Semua akan memetik buah perbuatan). Jika dipukul sakit maka jangan pernah memukul orang lain. Jika tidak ingin diperlakukan secara kasar maka jangan pernah memberikan sikap kasar kepada orang lain.

Sikap yang menjadi filosofi jawa ini sebenarnya juga telah diajarkan di dalam agama kita, bahkan islam mengajarkan lebih utuh dan lebih sempurna dari hal itu semua, karena islam bukan hanya bagaimana tentang keselamatan di dunia saja bahkan lebih jauh dari itu islam juga menjamin bagaimana keselamatan di akhirat kelak, semua telah di sebutkan di dalam Al Qur’an dan Sunnah.

 

Oleh karena itu islam memerintahkan kepada kita:

1.    Tepo seliro (toleransi) di dalam agama dan keyakinan.

Allah ta’ala berfirman:

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ.

"Bagimu agamamu dan bagiku agamaku” (QS. Al-Kafirun [109]:6)

لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ

“Tidak ada paksaan dalam beragama.” (QS Al-Baqarah[2]: 256)

  2. Tepo seliro dalam hal keadilan kepada orang lain.

Kita di perintahkan agar berlaku adil kepada orang lain meskipun kita membenci kaum atau orang tersebut.

Seperti di dalam firman Allah ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ.

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah[5]:8).

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berbuat adil dan berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl[16):90).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْأُنْثَى بِالْأُنْثَى.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita.” (QS. Al-Baqarah[2]178).

3.   Tepo seliro dalam bersikap kepada saudara kita.

Rasullulah shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda:

فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ، وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ، فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ.

“Barangsiapa ingin dijauhkan dari neraka dan masuk ke dalam surga, hendaknya ketika ia mati dalam keadaan beriman kepada Allah, dan hendaknya ia berperilaku kepada orang lain sebagaimana ia senang diperlakukan oleh orang lain.” (HR. Muslim 1844).

4.   Tepo seliro di dalam mencintai saudara.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ.

“Tidaklah beriman seorang di antara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari 13, Muslim 45).

5.   Tepo seliro di dalam hal hadiah atau pemberian.

Allah ta’ala berfirman:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ.

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran[3]: 92).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَهَادُوا تَحَابُّوا

“Hendaklah kalian saling memberi hadiah, Niscaya kalian akan saling mencintai.“

6.   Tepo seliro di dalam mengembalikan pinjaman.

ﻣَﻄْﻞُ ﺍﻟْﻐَﻨِﻰِّ ﻇُﻠْﻢٌ.

“Penundaan pelunasan hutang oleh orang yang mampu adalah sebuah kezaliman. (HR. Bukhari 2288, Muslim 1564). Dan masih banyak lagi.

Perkara yang sudah ma’ruf (kita ketahui bersama) bahwa orang-orang islam itu seperti bangunan, satu sama lain saling menguatkan.

Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا.

“Permisalan seorang mukmin dengan mukmin yang lain itu seperti bangunan yang menguatkan satu sama lain.” (HR. Bukhari 481, Muslim 2585).

Begitu pula setiap orang tidak akan lepas dari kesalahan, sebagaimana Raslullah shallallahu ‘alai wa sallam bersabda:

 كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.

“Setiap anak Adam (manusia) pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat.” (HR Ibnu Majah 4251, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Al-Misykah 2341).

Dari sini syari’at ini memerintahkan agar kita bersatu saling menasehati diantara kita.

Allah ta’ala berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا.

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang  yang bersaudara.” (QS. Al-Imran [3]: 103)

Allah ta’ala berfirman:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS.Ali-Imran[3]:104).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ.

“Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya jika tidak bisa maka dengan lisannya, jika tidak bisa juga maka dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman.“[HR. Muslim 49).

Bahaya meninggalkan amal ma’ruf dan nahi mungkar.

Orang-orang Yahudi dahulu ada yang tinggal di dekat pantai, mereka melanggar pada hari Sabtu kemudian sebagian mereka memperingatkan, sebagian mereka membiarkan maka mereka orang-orang yang mendiamkan dan yang melanggar dikutuk menjadi kera dan babi.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ.

“Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, "Jadilah kamu kera yang hina!" (QS. AL-Baqarah[2]:65).

Zainab bnti Jahsyi bertanya kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam:

يَا رَسُولَ اللَّهِ: أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ؟ قَالَ: نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الخَبَثُ.

“Apakah kami akan binasa sementara orang-orang shalih masih ada di antara kami?” Beliau menjawab, “Benar, apabila kemaksiatan telah merajalela.” (HR Bukhari 3346, Muslim 2880).

 

Tepo seliro (toleransi) tetap kita lakukan namun tanpa meninggalkan saling menasehati diantara kita untuk menggapai keridhan Allah ta’ala’

Demikianlah semoga bermanfaat.

 

Sragen 25-11-2-23.

Junaedi Abdullah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...