Minggu, 07 Mei 2017

RUKUN IMAN, BERIMAN KEPADA ALLAH.




DISUSUN OLEH: Abu Ibrahim Junaedi Abdullah.


Beriman kepada Allah ta’ala yaitu meyakini dengan pasti yang tidak ada keraguan padanya bahwasanya Allah ‘azza wa jalla pemelihara segala sesuatu, penguasanya, dan bahwasanya Allahlah yang berhaq di sembah tanpa selainnya.
Hendaknya mengesakan Allah di dalam ibadah dengan penuh rasa cinta, menginakan diri dan merendahkan diri, dan bahwasanya Allah di sifati dengan sifat yang sempurna, Allah memiliki nama dan sifat sempurna, memiliki nama yang indah dan sifat yang tinggi, Allah suci dari dari aib dan sifat kurang.
Jelaslah dengan itu iman kepada Allah ta’ala memuat empat perkara:
 Sebagaimana di sebutkan di dalam syarah  Aqidah wasitiyah” Oleh syaikhul islam Ibnu Taimiyah yang di syarah syaikh Muhammad Shalih Al ‘Utsaimin.

Pertama: Iman terhadap wujud Allah ‘aza wa jalla. Ini bisa di tunjukkan dengan fitrah, ‘akal, dalil syariat dan indra.
Memang naluri manusia sebagian mereka ingin melihat dzat Allah ta’ala, akan tetapi hal tersebut tidak mungkin karena kelemahan apa yang berada di alam ini, hal ini Allah sebutkan di dalam firmanNya:
 وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَى صَعِقًا فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ
 Dan tatkala Musa datang untuk (mu-najat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: “Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”. QS Al-A’raf[7]: 143
Namun meskipun demikian mata bukan satu-satunya alat yang dapat membuktikan keberadaan Allah ta’ala, keberadaan Allah bisa di butikan dengan empat hal

1)                                        Secara fitrah.
Adapun dalil secara fitrah yang menyatakan keberadaan Allah ta’ala. Bahwasanya  Seluruh makhluk telah diciptakan untuk beriman kepada penciptanya tanpa harus berfikir atau belajar berdasarkan firman Allah ta’ala:
و اِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِيْ ادَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَ اَشْهَدَهُمْ عَلى اَنْفُسِهِمْ اَلَسْتُ بِرَبّكُمْ، قَالُوْا بَلى شَهِدْنَا، اَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ اْلقِيمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هذَا غَافِلِيْنَ.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu ?". Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", QS. Al-A’raaf [7]: 172
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. QS Ar-Ruum[30]:30
Adapun  berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: كُلُّ مَوْلُوْدٍ  يُوْلَدُ عَلَى اْلفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوّدَانِهِ اَوْ يُنَصّرَانِهِ اَوْ يُمَجّسَانِهِ.
Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Setiap anak yang lahir, dia terlahir di atas fithrah, maka tergantung kedua orang tuanya yang menjadikan dia orang Yahudi, Nashrani, atau Majusi… HR. Bukhari 4775 Muslim 2658.

2)                                        Dalil secara akal yang menunjukkan keberadaan Allah ta’ala.
Seluruh makhluk  yang ada di alam ini, baik yang sudah ada maupun yang akan datang, sudah tentu ada penciptanya. Tidak mungkin makhluk itu mengadakan dirinya sendiri atau ada begitu saja dengan sendirinya secara teratur tanpa ada yang menciptakan, oleh karena itu Allah ingatkan dalil akal dan bukti yang jelas ini Allah aza wa jalla:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang yang berakal” QS.Al Imran [3] : 190.
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ . أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَلْ لَا يُوقِنُونَ 
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?. Ataukah mereka Telah menciptakan langit dan bumi itu?; Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). QS. At Thuur[52]:35-36.
 Bagaimana menurut kalian jika ada orang yang bercerita tentang sebuah istana yang megah, lengkap dengan permadani, air yang mengalir, dan perlengkapan semua, namun orang bercerita tersebut menutup ceritanya dan berkata bahwa istana tersebut ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan, tentu akan segera di ingkari.

Dialoq para imam yang membantah para atheis (yang tidak percaya adanya Allah ta’ala).
Abu Hanifah : “Bagaimana pendapat kalian, jika ada sebuah kapal diberi muatan barang-barang, penuh dengan barang-barang dan beban. Kapal ter­se­but mengarungi samudera, Gelombangnya kecil, anginnya tenang, aAkan tetapi setelah kapal sampai di tengah tiba-tiba terjadi badai besar, anehnya kapal terus berlayar dengan tenang sehingga tiba di tujuan sesuai rencana tanpa goncangan dan berbelok arah, padahal tak ada nah­koda yang mengemudikan dan mengendalikan jalannya kapal. Masuk akal­kah cerita ini?”
Mereka berkata: “Tidak mungkin, Itu adalah sesuatu yang tidak bi­­­sa diterima oleh akal, bahkan oleh khayal sekalipun, wahai syaikh.” Lalu Abu Hanifah berkata: “Subhanallah, kalian mengingkari adanya kapal yang berlayar sendiri tanpa pengemudi, namun kalian mengakui bahwa alam semesta yang terdiri dari lautan yang membentang, langit yang penuh bintang dan benda-benda langit serta burung yang beter­bangan tanpa adanya Pencipta yang sempurna penciptaan-Nya dan menga­turnya dengan cermat?! Celakalah kalian, lantas apa yang mem­buat kalian ingkar kepada Allah?”  Lihat “ Shuaru min hayatti At Tabi’in” DR.Abdurahman  Ra’fat Basya.

 Imam syafi’i.
17 orang yang belum mengakui adanya Allah datang kepada Imam Syafi’i.  “Apa buktinya jika Allah itu ada?” tanya mereka.  “Daun Murbei. Kalian tahu rasanya, bentuk, warna dan baunya?” jawab Imam Syafi’i sambil melontarkan pertanyaan. “Ya, kami tahu.”  Kemudian  beliau lanjutkan “Ketika ulat sutra memakan daun itu, maka yang keluar dari ulat tersebut adalah sutra. Jika yang memakannya adalah lebah, yang keluar adalah madu. Jika yang memakannya adalah kambing, yang keluar adalah kotoran. Jika yang memakannya adalah kijang, tubuhnya akan mengkristalkan minyak misik. Siapakah yang menjadikan ini semua, padahal asalnya dari daun yang sama, daun Murbei?”  Mereka terdiam. Tetapi mereka berpikir. Dan… atas penjelasan Imam Syafi’i yang memukau ini akhirnya mereka masuk Islam. lihat Qashashush Shalihin karya Syaikh Dr. Mustafa Murad.


1)      Dali secara syar’i keberadaan Allah.  
Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab dari langit, semuanya membicarakan tentang itu.
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ.
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.
2)      Dalil secara indra.
Ini bisa di lihat dengan dua cara:
a)      Kita mendengar dan menyaksikan orang-orang yang di kabulkan doanya ketika dalam keadaan kesulitan ini semua menunjukkan keberadan Allah ta’ala:
وَنُوحًا إِذْ نَادَىٰ مِنْ قَبْلُ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ.
Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.  QS. Al Anbiya[21]:76.
Dan di shahih Bukhari  dari sahabat Anas radiallahu ‘anhu ada seorang arab baduwi masuk pada hari jum’at dan Nabi sallallahu alaihi wa sallam sedang berkhotbah :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ: أَنَّ رَجُلًا، دَخَلَ المَسْجِدَ يَوْمَ جُمُعَةٍ مِنْ بَابٍ كَانَ نَحْوَ دَارِ القَضَاءِ، وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ، فَاسْتَقْبَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا، ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلَكَتِ الأَمْوَالُ وَانْقَطَعْتِ السُّبُلُ، فَادْعُ اللَّهَ يُغِيثُنَا، فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا» قَالَ أَنَسٌ: وَلاَ وَاللَّهِ، مَا نَرَى فِي السَّمَاءِ مِنْ سَحَابٍ، وَلاَ قَزَعَةً وَمَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ سَلْعٍ مِنْ بَيْتٍ وَلاَ دَارٍ، قَالَ: فَطَلَعَتْ مِنْ وَرَائِهِ سَحَابَةٌ مِثْلُ التُّرْسِ فَلَمَّا تَوَسَّطَتِ السَّمَاءَ انْتَشَرَتْ، ثُمَّ أَمْطَرَتْ، فَلاَ وَاللَّهِ، مَا رَأَيْنَا الشَّمْسَ سِتًّا، ثُمَّ دَخَلَ رَجُلٌ مِنْ ذَلِكَ البَابِ فِي الجُمُعَةِ، وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ، فَاسْتَقْبَلَهُ قَائِمًا، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتِ الأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتِ السُّبُلُ، فَادْعُ اللَّهَ يُمْسِكْهَا عَنَّا، قَالَ: فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالظِّرَابِ، وَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ»
 “Seorang lelaki memasuki masjid pada hari jum’at melalui pintu yang searah dengan daarul qadha. Ketika itu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sedang berkhutbah. Lelaki tadi berkata: ‘Wahai Rasulullah, harta-harta telah binasa dan jalan-jalan terputus (banyak orang kelaparan dan kehausan). Mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan!’. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan: Allahumma aghitsna (Ya Allah hujanilah kami sebanyak tiga kali). Anas berkata: ‘Demi Allah, sebelum itu kami tidak melihat sedikitpun awan tebal maupun yang tipis. Awan-awan juga tidak ada di antara tempat kami, di bukit, rumah-rumah atau satu bangunan pun”. Anas berkata, “Tapi tiba-tiba dari bukit tampaklah awan bagaikan perisai. Ketika sudah membumbung sampai ke tengah langit, awan pun menyebar dan hujan pun turun”. Anas melanjutkan, “Demi Allah, sungguh kami tidak melihat matahari selama enam hari’” Kemudian ketika Jum’at berikutnya, ada seorang laki-laki masuk melalui pintu Darul Qodho’ dan ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berdiri dan berkhutbah. Kemudian laki-laki tersebut berdiri dan menghadap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia mengatakan, “Wahai Rasulullah, sekarang ternak kami malah banyak yang mati dan kami pun sulit melakukan perjalanan. Mohonlah pada Allah agar menghentikan hujan tersebut pada kami.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya, “Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan” HR. Bukhari 1014, Muslim.897
b)      Sesungguhnya tanda-tanda kenabian yang di sebut mu’jizat merupakan dalil yang jelas tentang keberadaan Allah  ‘Aza wa jalla, perkara yang di luar kebiasaan manusia, Allah memberikannya sebagai penguat pada rasulNya dan pertolongan bagi mereka.
Sebagai mana mukjizat nabi Musa as. Ketika Allah memerintahkannya untuk memukul laut dengan tongkatnya. Maka diapun memukulnya dan seketika laut terbelah menjadi dua dan airnya menjulang tinggi bak gunung.
فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ . قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ . فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ.
Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; Sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak dia akan memberi petunjuk kepadaku". Lalu kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. QS Asy Syu’ara[26]: 61- 63.
Mukjizat nabi Isa yang dapat menghidupkan mayat dan mengeluarkannya dari kubur mereka dengan izin Allah, menciptakan burung dari tanah serta menyembuhkan orang buta.
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلَى وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَإِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَإِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ بِإِذْنِي فَتَنْفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِي وَتُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ بِإِذْنِي وَإِذْ تُخْرِجُ الْمَوْتَى بِإِذْنِي وَإِذْ كَفَفْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَنْكَ إِذْ جِئْتَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ.
 (ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul qudus. kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (Ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, Kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. dan (Ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (Ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (Ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata". QS Al Maidah[5]:110
Mukjizat nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam yang dapat membelah bulan. Yakni ketika orang-orang quraisy meminta tanda kebenaran kepada beliau.
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ.
Telah dekat datangnya saat itu (kiamat) dan Telah terbelah bulan. QS. Al Qamar[54]:1
Dan banyak lagi tanda mu’jizat yang lain.
Kedua: Iman terhadap Rububiyah
Maksudnya adalah beriman bahwa  Allah adalah satu-satunya Rabb yang tidak mempunyai sekutu, Rabb adalah Dzat yang mencipta, memiliki dan memerintah. Tiada ada yang dapat mencipta selian Allah, tiada yang memiliki kecuali Allah, serta tiada yang berhak memerintahkan kecuali Allah. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَلَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy . Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” QS. Al A’raaf[7]: 54.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. QS Al Baqara[2]:164.
Allah adalah satu-satunya yang mampu mencipta oleh karena itu Allah meminta bukti atas klaim orang-orang musyrik tersebut.
هَٰذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ ۚ بَلِ الظَّالِمُونَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“ Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.  QS Lukman[31]:11.
Allah ta’ala satu-satunya yang memberi rizqi.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ .
“ Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? ”. QS Faatir[35]:3.
Poin penting dalam masalah ini bahwasanya orang-orang kafir mengakui tauhid rububiyah ini, namun tidak menjadikan mereka islam hanya dengan semata-mata pengakuan ini saja karena tidak di iringi dengan ketundukan ibadah semata-mata kepada Allah, Allah taala berfirman:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ.
Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui". QS. Az Zuhruf[43]:9.
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ . فَذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ.
Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?".  Maka (Zat yang demikian) Itulah Allah Tuhan kamu yang Sebenarnya; Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)? QS Yunus[10]]:31-32.
Dari ayat di atas kita mengetahui pencipta, pengatur, dan pemberi rizqi hanya Allah semata, adapun anggapan orang tentang penguasa gunung ini adalah fulan, penguasa laut selatan ini adalah nyai Rara kidul semua ini adalah dusta bertentan gan dengan Al Qur’an dan Sunnah.

Ketiga: iman kepada tauhid uluhiyah.
Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah yaitu pengakuan bahwa Allah satu-satunya zat yang berhaq di ibadahi tanpa selainnya, oleh karena itu tauhid uluhiyah merupakan inti dakwah para nabi dan para rasul dan merupakan sebab keberadaan penciptaan jin dan manusia. Allah ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu". QS An Nahl[16]:36.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". QS Al Anbiyaa’[21]:25.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. QS. Ad dzariyaat[51]:56.
Allah ta’ala memerintahkan manusia agar menyembah kepadaNya, serta menyebutkan alasannya.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ . الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ.
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu Mengetahui. QS. Al Baqarah[2]:21-22.
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat. QS An Nisaa[4]:36.
Sebagaimana seseorang yang hendak menanam padi tidak akan terwujud hasilnya kecuali dengan membajak sawah dan melumatkannya, hingga tak satupun yang ada, baru setelah itu di tancapkan bibit padi tersebut, meski demikian masih tetap membutuhkan perhatian dengan menyiangi, memupuk, menyemprot dari hama baru di harapkan hasil yang memadai.
Begitu pula tauhid seseorang tidak akan bisa terwujud dengan benar kecuali dengan menafikkan seluruh bentuk sesembahan yang ada kemudian hanya kepada Allah ta’ala saja yang di ibadahi dan di agungkan.
Macam-macam bentuk kesyirikan.
  • Tabaruk (mencari berkah) pada tempat-tempat tertentu seperti :
Kuburan, pepohonan, punden, gunung, seperti  gunung kawi,gunung kemukus, pantai selatan, gua atau sumur yang di keramatkan, patung-patung, sungai tempuran dan lain-lain.
  • Pada hewan yang di anggap bisa memberi manfaat dan mendatangkan bahaya, seperti sapi sebagaimana hal ini terjadi di India, kerbau, burung, ular, kucing, dan lain-lain.
  •  Pada benda yang di anggap bisa memberi manfaat dan menolak bahaya, seperti keris, akik, tombak, sabuk, kulit hewan, tulang, taring, batu dan lain-lain.
  • Pada angka yang di anggap membawa sial seperti angka tiga belas atau satu ketemu tiga.
  • Pada arah yang di anggap mendatangkan sial seperti, ngalor ngulon (arah utara barat) ini anggapan orang meninggal di tidurkan kearah utara dan menghadap barat atau rumah yang yang berhadapan dengan kelokan atau hari naas seperti naga hari, semisal  jika seseorang naga harinya di selatan kalau dia melakukan perjalanan ke selatan di anggap sial dan lain-lain.
  • Menganggap sial pada waktu-waktu tertentu, seperti  hari meninggal kakeknya berbareng an dengan acara walimahan atau pesta, bulan tertentu seperti As Suraa di anggap bulan keramat dan lain-lain.
Allah dan RasulNya membantah anggapan baik dan buruk yang di tentukan semua oleh manusia ini.
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَادَّ لِفَضْلِهِ.
“Jika Allah menimpakan kepadamu kemudaratan maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia dan bila Dia menghendaki kebaikan bagimu maka tidak ada yang dapat menolak keutamaan-Nya.” QS Yunus[10]: 107.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ.
Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim". QS Yunus[10]:106.
 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ.
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak dibenarkan menganggap penyakit menular dengan sendirinya (tanpa ketentuan Allah), tidak dibenarkan beranggapan sial, tidak dibenarkan pula beranggapan nasib malang karena tempat, juga tidak dibenarkan beranggapan sial di bulan Shafar” HR. Bukhari 5757 Muslim 2220.
اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلاَّ، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ.
“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik dan setiap orang pasti terbetik dalam hatinya, Hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepadaNya.” HR. Bukhari di dalam Adabul Mufrad 909, Tirmidzi 1614.
Di dalam hadits qudsi di jelaskan tentang larangan mencela waktu :
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
Allah ’Azza wa Jalla berfirman,’Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang.” HR. Muslim 6000.
Apa bila seseorang meyakini semata-mata waktu yang berperan menentukan nasib mereka selain Allah, berarti dirinya telah menjadikan sekutu (berbuat syirik ) kepada Allah ta’ala.
Bahaya dan keburukan yang di timbulkan oleh kesyirikan,
1)      Apa bila mati dalam keadaan syirik pelakunya akan kekal di dalam neraka.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
  
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.QS.An Nisaa[4]:48.
مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ وَقُلْتُ أَنَا وَمَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّة
 Barang siapa mati dalam keadaan menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam neraka, barang siapa mati tidak menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam syurga.” HR. Bukhari 4227 Muslim 92.
2)      Menghapuskan pahala amal kebaikan seseorang.
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.QS Az Zumar[39]:65
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang Telah mereka kerjakan.QS Al An’am[6]:88.
3)      Merendahkan akal dan kedudukan manusia.
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ.
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan dia Maha mengetahui segala sesuatu. QS Al Baqarah[2]:29.

Manusia di beri kedudukan tinggi untuk memberdayakan alam ini termasuk binatang-binatang yang ada agar di manfaatkan bukan sebaliknya menyembah dan mengagungkannya.
4)      Menyempitkan fikir manusia dengan berbagai macam aturan yang di buat-buat manusia.
Sebagaimana seandainya manusia tidak berbuat kesyirikan niscaya akan jauh dari aturan-aturan yang di buat manusia, sehingga memunculkan  kekawatiran yang tidak perlu ada, oleh karena itu orang yang paling tersiksa fikirannya adalah orang yang masih punya anggapan sial dari selain Allah ta’ala.
وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ.
”Dan bagaimana mungkin aku takut kepada sesembahan yang kalian persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak pernah menurunkan hujjah (keterangan.” QS Al-An’am[6]: 81.
5)      Memutuskan dan menghentikan hubungan seseorang atau pekerjaan  yang seharusnya berjalan.
Sebagaimana kita saksikan berapa banyak rencana hubungan kekeluargaan terputus dan terlantar karena keyakinan yang keliru ini, berapa banyak rencana pambangunan mundur hanya karena harinya di anggap sial atau jual beli sepi karena anggapan bulan sial sehingga tak berani melakukan aktifitas.
قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ . قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ.
Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami bernasib malang Karena kamu, Sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami". Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan kamu adalah Karena kamu sendiri. apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas". QS Yaasiin[36]18-19.



Begitu banyak tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditampakkan di langit dan di bumi sebagaimana firmannya.
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ .
"Akan Kami perlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di alam raya ini (afaq) dan di dalam diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa sesungguhnya Dia itu benar (Haq)." QS. Fushilat[41]: 53.
Oleh karena itu kita dapatkan tanda-tanda kekuasaan Allah dari dulu sampai sekarang diantaranya:
  • Dua lautan yang terpisah.
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ . بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ.

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” QS Ar-Rahman[55]:19-20.
  • Kebenaran Al Qur’an tentang  keberadaan gunung.
أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا . وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا
Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? dan gunung-gunung sebagai pasak? QS An Naba’[78]:6-7.
  • Fakta bumi pernah terbelah.
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ.
Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan. QS Al Qamar[54]:1
Kenyataan ini telah ceritakan pula oleh Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris tentang kebenarannya.

Tidak ada satupun dari makhluk yang mengingkari rububiyah Allah Ta’ala kecuali  karena sombong. Namun sebenarnya ia tidak meyakini apa yang diucapkannya. Sebagaimana terdapat pada diri Fir’aun yang mengatakan kepada kaumnya,
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ اْلأَعْلَى
“(Seraya) berkata:”Akulah tuhanmu yang paling tinggi”.” QS. An Nazi’at[79]: 24
Namun sebenarnya yang dia katakan itu bukan berasal dari keyakinan. Allah Ta’ala berfirman,
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَآ أَنفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ
“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.” QS. An Naml[27]: 14.
Bahkan kaum musyrikin yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengakui rububiyah Allah, namun mereka menyekutukan-Nya dalam uluhiyah. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” QS. Az Zukhruf[43]:87. Lihat Syarh Ushuulil Iman, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin

in sya Allah akan di lanjut 
Iman terhadap nama dan sifat-sifat Allah ta'ala

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...