Di susun oleh
Abu Ibrahim.
Seseorang tak pernah membayangkan akibat dan bencana setiap pengkhianatan yang dia lakukan, demikian pula sifat jujur dan amanah yang sering kali orang meninggalkan terlebih di jaman kita sekarang ini, oleh karena itu ada baiknya kita mendulang kisah berikut ini sebagai motifasi kita untuk meneladani, selamat menyimak.
Seseorang tak pernah membayangkan akibat dan bencana setiap pengkhianatan yang dia lakukan, demikian pula sifat jujur dan amanah yang sering kali orang meninggalkan terlebih di jaman kita sekarang ini, oleh karena itu ada baiknya kita mendulang kisah berikut ini sebagai motifasi kita untuk meneladani, selamat menyimak.
Kisah
nyata ini di kisahkan sendiri oleh Qadhi Abu Bakar, Muhammad bin ‘Abul Baqi bin
Muhammad Al –Bazzar Al-Anshari:
Saya
tinggal di dekat kota Makkah. Suatu
ketika, saya mengalami kesulitan hidup.
Perutku terasa lapar sekali. Saya tidak mempunyai sepeser uangpun untuk
membeli makanan. Tiba-tiba saya
menemukan kantong dari sutra, yang di ikat dari jumbai dari sutra pula. Kantong itu saya bawa pulang ke rumah. Setelah saya buka, ternyata berisi kalung
dari mutiara yang belum pernah saya lihat sebelumnya.
Saya
simpan itu di dalam kamar, kemudian saya ke luar lagi. Di tengah perjalanan saya bertemu dengan
seorang kakek yang membawa sobekan kain berisi uang sebanyak lima ratus
dinar. “ Uang ini akan saya berikan
kepada orang yang menemukan dan mengembalikan kantong yang berisi mutiara,”
kata kakek itu kepada saya.
Saya
membawa kakek tua itu kerumah. Setibanya
di rumah dia menyebutkan cirri-ciri kantong, jumbai dan kalung mutiara lengkap dengan jumlah
ikatannya.
Merasa
yakin bahwa kakek tua itu pemilik kantong yang saya temukan, saya ambil kantong
itu dari dalam kamar, lalu saya serahkan kepada kakek tersebut.
“
Sebagai tanda terima kasih saya, terimalah uang ini,” ujar kakek sambil
menyerahkan uang sebanyak limaratus dinar kepada saya.
“
Terimakasih saya tidak bermaksud menolaknya tapi, mengembalikan temuan ini sudah menjadi
kewajiban dan tanggung jawab saya.
Saya tidak meminta balasan apa-apa.”
“
Tidak, kamu harus ambil ini,” desaknya.
Berulangkali
dia mendesak saya agar mengambil imbalan yang ia berikan kepada saya. Tapi berulangkali itu pula saya
menolaknya. Sehingga ia pun bergegas
meninggalkan saya.
Tidak
lama kemudian saya bepergian bertolak dari kota makkah, dengan menumpang kapal
laut. Di tengah perjalanan kapal yang
saya tumpangi retak dan bocor berat. Penumpang yang lain beserta seluruh harta
kekayaan mereka ikut tenggelam bersama kapal.
Sementara saya –al hamdulillah-, selamat. Saya mencoba berenang sekuat tenaga saya,
sehingga saya menemukan pecahan kapal. Selama
berhari-hari saya berada di laut. Tidak
tahu saya harus pergi kemana. Saya mengikuti arus gelombang ombak saja. Akhirnya kayu yang saya tumpangi merapat di
sebuah pulau yang dihuni masyarakat muslim.
Disana
saya tinggal di sebuah masjid, mendirikan shalat dan membaca Al Qur’an. Ternyata, ada beberapa masyarakat yang
mendengarkan suara saya ketika membaca Al Qur’an. Tidak lama kemudian, semua masyarakat di
pulau itu berbondong-bondong mendatangi saya untuk belajar membaca Al Qur’an.
Saya tidak keberatan menuruti
permintaan mereka.
Dari
kegiatan ini saya mendapat hadiah uang yang cukup banyak dari mereka, sebagai
upah dari mengajar membaca Al Qur’an
Dalam
masjid itu saya melihat bebrapa lembar Al Qur’an. Saya ambil lembaran-lembaran itu lalu saya
membacanya. Salah seorang diantara
mereka bertanya, “ Apakah anda pandai menulis?”
“Iya,”
jawab saya terus terang.
“Kalau
begitu, ajari anak-anak kami menulis,” pinta mereka.
Mereka
datang berbondong-bondong membawa putra-putrinya. Saya mengajari mereka menulis sampai bisa.
Dari
kegiatan ini, saya lagi-lagi mendapat hadiah yang cukup banyak.
Setelah
beberapa bulan saya tinggal di pulau ini, mereka berkata kepada saya, “Di pulau
ini ada seorang gadis yatim, dia memiliki kekayaan. Kami mohon, anda tidak keberatan untuk
mempersuntingnya.”
Saya
menolak permintaan mereka, tapi mereka terus mendesak dan memaksa saya. Akhirnya saya penuhi permintaan mereka.
Setelah
kami di nikahkan, saya melihat istri saya –subhanaullah- Ternyata kalung
mutiara yang pernah saya temukan itu berada di lehernya. Saat itu saya hanya
sibuk melihat kalungnya itu.
“Syaikh!
gadis itu tentu saja tersinggung, karena anda hanya sibuk melihat kalungnya,
bukan melihat gadis itu,” Jelas mereka.
Saya
ceritakan kepada mereka tentang kisah kalung mutiara tersebut.
Sepontan
mereka meneriakkan tahlail dan takbir, “ Subhanallah, Allahu akbar”
“Ada
apa ini?,” aku bertanya penasaran.
“Kakek
tua pemilik kalung mutiara itu, adalah ayah kandung gadis yang sudah menjadi
istrimu ini,” Jelas mereka.
“Sebelum
dia meninggal dunia, dia pernah berkata, “ Saya belum pernah bertemu dengan
seorang muslim sebaik orang yang mengembalikan kalung mutiara ini. Ya Allah, pertemukan saya dengan dia,
sehingga saya bisa menikahkan dia dengan putrid saya.” Tambah mereka.
Pernikahan
saya dengan dia dikaruniai dua orang putra. Tidak lama kemudian istri saya
meninggal. Saya dan kedua putra saya
menerima warisan kalung mutiara itu.
Kedua putra saya pun akhirnay menyusul ibunya.
Tinggallah saya seorang diri yang mewarisi kalung mutiara. Saya jual
kalung itu seharga seribu dinanar.
Faedah dari
kisah ini:
1. Membekali diri dengan ilmu karena itu yang akan menyelamatkan.
2. Terkadang cobaan yang kita anggap buruk ternyata memiliki
hikmah kabaikan yang besar, begitu pula sebaliknya.
3. Hendaknya seorang mukmin bertaqwa kepada Allah baik sendiri
ataupun terang-terangan.
4. Hendaknya seorang mukmin memiliki jiwa amanah dan jujur.
5. Hendaknya seorang mukmin berbuat kebaikan tidak mengharapkan
balasan dari manusia. Meskipun jika tidak mengharapkan ternyata diberikan hal
ini tidak mengapa. Akan tetapi jika dia menolak karena Allah, akan mematri
dalam lubuk hati orang yang di tolong tersebut bahkan menjadikan doa kebaikan
sepanjang hidupnya.
6. Tidak selayaknya orang muslim mengambil apa yang bukan haqnya,
terutama pada jaman kita, yang korupsi merajalela, hendaknya mereka takut Allah
akan merendahkan martabatnya di dunia dan akhirat, selain siksa yang pedih.
7. Setiap kebaikan akan menentramkan dan menyelamatkan, beda dengan
dusta yang menjadikan gundah gulana.
8. Setiap kebaikan akan menarik kebaikan yang lain, demikian pula
setiap maksiat akan menarik maksiat yang lain tak ubahnya seperti rantai.
9. Tatkala seseorang meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan
balas dengan yang lebih besar hingga akhirnya Allah pun berikan apa yang di
temukan tersebut.
10. Pentingnya belajar membaca Al Qur’an.dan menulis.
Semoga
kita bisa mengambil manfat dari kisah di atas.
Amin
Di sadur dari buku kisah-nyata
PENJAGAAN ALLAH l Kepada Hamba-hambanya
yang shalih.
penulis kholid Abu Shalih
Pusta At-Tibyan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar