Setelah
menjalankan rangkaian ibadah dibulan Ramadhan banyak kaum muslimin kembali
kepada kebiasaannya.
Malas
beribadah shalat wajib berjamaah di masjid dan kiyamulail ( shalat malam),
demikian pula ibadah lainnya.
Hal
ini ditandai dengan sepinya masjid-masjid setelah Ramadhan.
Padahal
Allah perintahkan agar kita beribadah kepada Allah hingga akhir hayat kita.
Allah
ta’ala berfirman:
وَاعْبُدْ
رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ.
"Dan
sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu keyakinan (kematian)." (QS.
Al-Hijr[15]: 99).
Dari
makna ayat ini disimpulkan bahwa ibadah seperti salat dan lain-lainnya
diwajibkan kepada manusia selagi akalnya sehat dan normal, maka ia mengerjakan
salatnya sesuai dengan kondisinya. (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Hijr [15]:99).
ALlah
ta’ala berfirman di dalam ayat yang lain, bagaimana orang kafir meninggal
dengan kekafirannya.
وَكُنَّا
نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ.
“Dan
kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami
kematian.” (Al-Muddatstsir[74]: 43-47).
Rasulullah
menafsirkan langsung bahwa makna yakin adalah kematian.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika mendapatkan kabar Utsman bin
Mazh’un telah wafat:
أمَّا
هو فقَدْ جَاءَهُ اليَقِينُ..
“Sungguh
telah datang kepadanya (Utsman bin Mazh’un) al-yaqin (kematian).” (HR. Bukhari 7018).
Ahli tafsir sepakat
bahwa al-yaqin maknanya adalah kematian. Al-Qurthubi menjelaskan:
قَوْلُهُ
تَعَالَى: وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ . فِيهِ مَسْأَلَةٌ وَاحِدَةٌ: وَهُوَ أَنَّ
الْيَقِينَ الْمَوْتُ.
“Firman
Allah ta’ala “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin” dalam hal
ini hanya ada satu pendapat. Yaitu bahwa al yaqin maknanya adalah kematian”
(Tafsir Al-Qurthubi, syamilah 10/64).
Pernahkah
kita berfikir kenapa Allah ta’ala perintahkan agar kita terus menerus beribadah..?
Ternyata
ayat ini memiliki faedah dan rahasia
yang sangat besar, adapun di antara faedah tersebut:
1. Karena
ibadah ini merupakan tujuan kita diciptakan.
Allah
ta’ala berfirman:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ.
"Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat[51]: 56).
قُلْ
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Katakanlah
(Muhammad),"Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan seluruh alam. " ( QS. Al An‘am [6]:162).
2. Karena
kita mendapatkan nikmat dari Allah terus menerus.
Allah
ta’ala berfirman:
وَمَا
بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
"Dan
apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka itu dari Allah." (QS.
An-Nahl[6]: 53).
Di
antara nikmat besar yang diberikan Allah kepada kita:
1) Nikmat
Iman dan Islam
Ini
adalah nikmat terbesar. Tanpa iman dan Islam, kehidupan tidak akan berarti di
dunia maupun di akhirat.
2) Nikmat
Hidup dan Kesehatan
Bisa
bernapas, bergerak, melihat, mendengar, dan menikmati kehidupan adalah bagian
dari nikmat Allah yang sangat besar.
3) Nikmat
Ilmu dan Akal
Kemampuan
memahami, berpikir, dan belajar adalah nikmat yang sangat besar.
4) Nikmat
Waktu dan Kesempatan
Setiap
detik yang diberikan oleh Allah adalah peluang untuk berbuat baik dan
memperbaiki diri.
5) Nikmat
Keamanan dan Kedamaian
Bisa
hidup tanpa ketakutan dan berada di dalam lingkungan yang aman juga merupakan
karunia Allah.
6) Nikmat
Keluarga dan Anak-anak
Memiliki
pasangan, anak-anak, dan keluarga yang mendukung adalah nikmat besar yang
sering dilupakan.
7) Nikmat
Rezeki dan Pekerjaan
Makanan,
minuman, harta, dan semua bentuk penghidupan adalah karunia dari Allah.
3. Karena
permusuhan setan terus menerus sehingga hamba membutuhkan dekat kepada Allah
ta’ala.
Allah
ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا
طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ
مُبِينٌ. إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ
بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ.
"Wahai
manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata
bagimu. Sesungguhnya (setan) hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, serta
mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah[2]:
168-169).
Sedangkan
hamba tercipta penuh kelemahan sehingga dengan beribadah menjadikan kuat
menghadapi musuhnya yaitu setan.
Allah
ta’ala berfirman:
وَخُلِقَ
ٱلْإِنسَٰنُ ضَعِيفًا.
"Dan
manusia diciptakan dalam keadaan lemah." (QS. An-Nisa[4]: 28).
Ada
beberapa penjelasan ulama tentang kelemahan manusia, diantaranya apa yang di
sebutkan Ibnu Katsir, beliau menyebutkan riwayat dari thawus dari bapaknya dia
berkata:
فِي أَمْرِ النِّسَاءِ.
“Dalam perkara wanita.”
وَقَالَ وَكِيعٌ: يَذْهَبُ عَقْلُهُ
عِنْدَهُنَّ.
Waki’ berkata, “ Hilang
akalnya jika dekat wanita.” (lihat tafsir Ibnu Katsir QS. An-Nisa[4]:28)
Ibnul Qoyyim berkata, “ Yang benar disini mencakup
semuanya secara umum, kelemahannya lebih dari hal ini dan lebih banyak, manusia
lemah badannya, lemah kekuatannya, lemah kehendaknya, lemah ilmu dan lemah
kesabaran.” (Thariqul
Hijratain 1/228).
4.
Agar kita bisa
istiqamah.
Allah
ta’ala berfirman:
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ.
“Dan
istiqamahlah sebagaimana yang diperintahkan kepadamu.” (QS. Hud[11]:112).
Al
Baghawi berkata:
أَيِ: اسْتَقِمْ عَلَى دِينِ رَبِّكَ، وَالْعَمَلِ بِهِ،
وَالدُّعَاءِ إِلَيْهِ كَمَا أُمِرْتَ.
“istiqamahlah
di atas agama Tuhanmu, beramal dengannya, berdoa kepadanya sebagaimana yang
diperintahkan kepadamu.” (Tafsir Al-Baghawi, QS. Hud[11]:112).
Sebagian
ahli tafsir mengatakan, istiqamah di atas tauhid, islam.
Allah
ta’ala berfirman:
يُثَبِّتُ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الْآخِرَةِ.
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan
ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat.” (QS. Ibrahim
[14]:27).
Qotadah
As Sadusi mengatakan, “Yang dimaksud Allah meneguhkan orang beriman di dunia
adalah dengan meneguhkan mereka dalam kebaikan dan amalan shalih. Sedangkan di
akhirat, mereka akan diteguhkan di kubur.” (Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim, 4/502.)
5.
Karena ajal setiap
saat datang sehingga jangan sampai hamba dalam keadaan maksiat sehingga mati dalam
keadaan soul khatimah.
Allah
ta’ala berfirman banyak di dalam Al-Qur’an:
وَلِكُلِّ
أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا
يَسْتَقْدِمُونَ.
“Tiap-tiap umat itu mempunyai waktu yang ditetapkan.
Maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang
sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. AL-A’raf[7]:34).
Begitu pula di dalam surat Yunus [10]:49, surat
An-Nahl[16]:61),surat Al-Munafiqun[63]:10).
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ
بِالْخَوَاتِيمِ.
“Sesungguhnya
amal itu tergantung akhirnya.” (HR. Bukhari 6607).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ﺍﻟْﻜَﻴِّﺲُ
ﻣَﻦْ ﺩَﺍﻥَ ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﻭَﻋَﻤِﻞَ ﻟِﻤَﺎ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ، ﻭَﺍﻟْﻌَﺎﺟِﺰُ ﻣَﻦْ ﺃَﺗْﺒَﻊَ
ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﻫَﻮَﺍﻫَﺎ ﺛُﻢَّ ﺗَﻤَﻨَّﻰ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ.
“Orang yang pandai adalah orang yang mampu
mengevaluasi dirinya dan beramal (mencurahkan semua potensi) untuk kepentingan
setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang mengikuti hawa nafsu,
kemudian berangan-angan kosong kepada Allah” (HR. Tirmidzi).
Adapun
hal hal yang harus dilakukan seorang hamba meskipun telah selesai Ramadhan :
1) Tetap
menjaga shalat lima waktu, terutama laki-laki untuk di masjid.
2) Terus-menerus
menuntut ilmu karena ilmu akan sifatnya menguatkan iman dan menerangi langkah.
3) Menjalankan
kiyamul lail (shala tahajud) dengan rutin sebagaimana yang dilakukan di bulan
Ramadhan.
4) Berhias
dengan akhlak yang mulia, karena ini merupakan hasil didikan selama bulan
Ramadhan dimanq kita telah didik untuk sabar, jujur, penyayang, menjaga lisan
dan meninggalkan hal yang tidak berguna.
5) Menjaga
hak-hak yang harus dipenuhi.
6) Meninggalkan
maksiat.
7) Senantiasa
berkumpul dengan orang shalih.
8) Menggunakan
waktu sebaik mungkin dalam ketaatan.
9) Memperbaiki
kekurangan yang belum tercapai.
10)
Senantiasa memohon kebaikan dunia
dan akhirat.
“Dari
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
beliau biasa berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ
الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.
“Ya
Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, keterjagaan, dan kekayaan)”(HR.
Muslim 2721, At Tirmidzi 3489, Ibnu Majah 3105, Ibnu Hibban 900).
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ
قَلْبِى عَلَى دِينِكَ.
“Wahai
Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas
agama-Mu.” (HR. At-Tirmidzi 3522, Ahmad 12107, . Lihat Shahih Sunan
At-Tirmidzi Syaikh al-Albani 2792).
Semoga
bermanfaat.
-----000-----
Sragen
01-04-2025.
Junaedi
Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar