Selasa, 11 Maret 2025

MERAIH KEBAHAGIAAN DUNIA DAN AKHIRAT DENGAN IMAN DAN TAKWA.

 



Tidaklah manusia yang hidup dimuka bumi ini kecuali mereka semua mendambakan hidup bahagia, tentram, damai dan aman.

Hal itu akan terwujud apabila kita mengikuti syariat ini dengan benar, oleh karena itu siapapun yang menghendaki hdup bahagia penting untuk mengetahui perkara ini:

1.Penyebab yang menghalangi kebahagiaan.

Para penghuni surga tidak lagi mengenai mereka rasa kuatir dan kesedihan.

Allah ta’ala berfirman:

ادْخُلُوا الْجَنَّةَ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمْ وَلَا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ.

(Allah berfirman,) “Masuklah kamu ke dalam surga! Tidak ada rasa takut padamu dan kamu juga tidak akan bersedih.” (QS. Al-A’raf[7]:49).

Dari ayat kita mengetahui penghalang kebahagiaan manusia di dunia ini  ada dua:

1)   Rasa khauf, yaitu: kekawatiran, kecemasan, galau, terhadap perkara yang akan datang.

2) Hazn yaitu: mengingat kesedihan-kesedihan sesuatu yang telah lalu.

Dua hal yang tidak lagi dirasakan oleh penduduk surga, bahkan apapun yang diinginkan oleh jiwa semua akan terpenuhi.

Allah ta’ala berfirman:

وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ وَأَنتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ.

“Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya” (QS. Az-Zukhruf [43]: 71).

Sebagaimana ada pembahasan sendiri tentang masalah surga.

2.Orang beriman dan bertakwa bahagia di dunia sebelum di akhirat.

Allah ta’ala berfirman:

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ. الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ . لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ.

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. ” (QS. Yunus [10]:62-63).

Banyak ahli tafsir yang menjelaskan bahwa kebahagiaan ini nanti akan diraih di akhirat saja (surga), namun sebagian ahli tafsir diantaranya Thahir bin Asyur(Ibnu Asyur),(Tafsir At-Tahrir wa At-Tanwir) membawakan ayat ini umum, karena akhir ayat ini diakhiri dengan berita gembira di dunia maupun di akhirat.

Sehingga yang dimaksud,”Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, tidak (pula) mereka bersedih hati” maksudnya, “tidak ada kekawatiran yang terus menerus (menetap) demikian kesedihan akan hilang dengan kesabaran.”

Sebagaimana Rasulullah ketika perang Badar beliau berdoa:

اللهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ.

Ya Allah, jika golongan islam ini binasa, maka tidak ada lagi yang akan menyembah-Mu di muka bumi ini.” (HR. Muslim 1763).

Begitu pula ketika Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam kehilangan anak beliau Ibrahim, beliaupun sedih dan menangis, beliau bersabda:

إِنَّ العَيْنَ تَدْمَعُ، وَالقَلْبَ يَحْزَنُ، وَلاَ نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا، وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ.

Kedua mata boleh mencucurkan air mata, hati boleh bersedih, hanya kita tidaklah mengatakan, kecuali apa yang diridai oleh Rabb kita. Dan kami dengan perpisahan ini wahai Ibrahim pastilah bersedih.” (HR. Bukhari 1303, Muslim 2315).

Semua ini menunjukkan kekawatiran dan kesedihan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun kekawatiran dan kesedihan itu tidak terus menerus di dalam hati dan bahkan akan hilang dengan kesabaran.

Sehingga makna sempurnanya:

أَنَّ اللَّهَ ضَمِنَ لِأَوْلِيَائِهِ أَنْ لَا يَحْصُلَ لَهُمْ مَا يَخَافُونَهُ وَأَنْ لَا يَحُلَّ بِهِمْ مَا يُحْزِنُهُمْ.

"Dia menjamin kepada para wali-Nya bahwa tidak mengenai sesuatu yang mereka takutkan dasn tidak menimpa kepada mereka sesuatu yang menyedihkan.” (Ibnu Asyur, Tafsir At-Tahrir wa At-Tanwir QS.Yunus[10]:62-64).

3.Allah menjamin orang yang mengikuti petunjuk.

Allah ta’ala telah memperjelas hal ini:

قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ.

Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (  QS. Al-Baqarah[2]:38).

فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى.

Barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka" (QS. Thaha[20]:123).

Ini merupakan kabar yang Allah sampaikan kepada orang-orang beriman dan bertakwa, oleh karena itu seandainya ada orang beriman tidak bahagia maka imannya belum benar, bisa jadi hal itu dikarenakan 2 sebab:

1)  Karena kejahilannya terhadap agama, sehingga sengsara.

2)  Terjerumus kedalam maksiat dan tidak segera bertaubat.

Kebahagiaan seseorang diukur sejauh mana seseorang menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan, karena kemaksiatan akan menjauhkan dari kebahagiaan.

Ibnul Qayyim mengatakan bahwa tanda kebahagiaan seorang hamba ada tiga, yaitu:

إِذَا أَنْعَمْتَ عَلَيْهِ شَكَرَ، وَإِذَا ابْتَلَيْتَ صَبَرَ، وَإِذَا أَذْنَبَ اسْتَغْفَرَ . فَإِنَّ هَذِهِ الْأُمُورَ الثَّلاثَةَ عُنوانُ سَعَادَةِ الْعَبْدِ، وَعَلاَمَةُ فَلاحِهِ فِي دُنْيَاهُ وَآخِرَتِهِ، وَلَا يَنفَكُّ عَبْدٌ عَنْهَا أَبَدًا.

"Apa bila engkau mendapatkan nikmat atasnya engkau bersyukur, apabila engkau mendapat cobaan engkau bersabar dan apa bila engkau melakukan dosa engkau bertaubat, sesungguhnya tiga perkara ini adalah tanda kebahagiaan seorang hamba, dan tanda keberuntungannya di dunia dan akhirat, seorang hamba tidak akan dapat terlepas dari hal itu selamanya." (Al-Wabil Ash-Shayyib 1/5, Asy-Syamilah).

Meskipun seseorang mendapatkan musibah, namun dirinya menyadari bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan musibah tersebut, sehingga imannya bersinar, hatinya lapang dan merasakan nikmatnya bersabar.

Abu Qilabah, dimana sebagian besar panca inderanya tak berfungsi,  kedua tangannya buntung matanya buta dan ia tidak memiliki apa-apa bagi dirinya, tapi dia merasakan nikmatnya iman dan takwa serta kedekatannya kepada Allah ta’ala, sehingga yang keluar dari mulutnya adalah pujian.

الحَمْدُ لله الَّذِي فَضَّلَنِي عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً .. الحَمْدُ للهِ الَّذِي فَضَّلَنِي عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَق تَفْضِيْلاً ..

“Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas kebanyakan manusia… Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas kebanyakan manusia… ” (Ats-Stiqat, Ibnu Hibban, Nawadir Al-Qalyubi, ‘Aasyiqun fi Ghurfatil ‘amaliyyaat, oleh Syaikh Muhammad Al-Arify).

Dari Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.

(Sungguh) mengherankan orang yang beriman, karena semua keadaannya baik untuk dirinya, dan hal ini tidak terjadi kecuali pepada seorang mukmin, jika dia mendapatkan kesenangan dia bersyukur maka itu baik baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia bersabar, itu juga baik baginya.” (HR. Muslim 2999).

Oleh karena itu para ulama meskipun keadaan lahir mereka menderita, namun hati mereka merasakan kebahagiaan, hal itu mereka tulis di dalam tulisan-tulisan mereka.

لَوْ يَعْلَمُ الْمُلُوكُ وَأَبْنَاءُ الْمُلُوكِ مَا نَحْنُ فِيهِ لَجَالَدُونَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوفِ.

"Seandainya para raja dan anak-anak raja(pangeran) mengetahui apa yang kami rasakan (dalam kebahagiaan dan kedamaian beribadah), niscaya mereka akan berusaha merebutnya dari kami meskipun dengan pedang-pedang mereka.” (Al-Jawabul Al-Kafi 1/233 Ibnul Qayyim Al-Jauziah).

Ibnu Taimiyah berkata:

إِنَّ فِي الدُّنْيَا جَنَّةً مَن لَّمْ يَدْخُلْهَا لَمْ يَدْخُلْ جَنَّةَ الْآخِرَةِ.

“Sesungguhnya di dunia ada surga, barangsiapa yang tidak memasukinya, maka ia tidak akan masuk surga di akhirat.” ( Lihat Fatawa As-Shabakati Al-Islamiyah 9/4018, Al-Jawabul Al-Kafi 1/77).

مَا فَعَلَ أَعْدَائِي بِي، إِنَّ جَنَّتِي فِي صَدْرِي.

"Apa yang dapat dilakukan musuh-musuhku terhadap diriku? Sesungguhnya surgaku ada di dalam hatiku."

Ibnul Qayyim mengatakan: “Demi Allah, aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih bahagia hidupnya dari pada beliau, Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah.” (Al Waabil ash Shayyib min al-Kalam At Thayyib, Hal : 69-71).

4.Kebahagiaan orang kafir hanyalah kebahagiaan yang semu belaka.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُورًا.

“Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir).” (QS. Insiqaq[84]:13).

“Sehingga kebahagiaan singkat yang ia rasakan akhirnya digantikan oleh kesedihan panjang." (Tafsir Ibnu Katsir, QS. AL-Insiqaq [84]:13).

Jadilah kebahagiaan ini adalah kebahagiaan yang semu, sebagaimana firman Allah ta’ala:

نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلًا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَى عَذَابٍ غَلِيظٍ.

“Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam azab yang keras.” (QS. Lukman[31]:24).

لَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ.

“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” (QS. At-Taubah[9]:55).

Dimana hakekat kehidupan mereka adalah sempit dan menyiksa.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى.

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (QS. Thaha[20]:124).

"مَعِيشَةً ضَنْكًا" ini mengandung makna bahwa kehidupan orang yang berpaling dari peringatan Allah akan terasa sangat sempit, penuh kesulitan, dan ketidakbahagiaan. Meskipun dia mungkin terlihat kaya atau memiliki banyak hal secara duniawi, hatinya akan merasakan kehampaan, kegelisahan, dan ketidaktenangan. (Tafsir Ibnu Katsir, QS.Thaha[20]:124).

5.Perintah dan larangan Allah agar hamba mencapai derajat takwa.

Perintah Allah dalam berbagai bentuk ibadah tidak lain agar hamba mencapai derajat takwa, karena ketakwaan merupakan sumber kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah[2]:21).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah[2]:183).

Begitu pula semua kebaikan yang dilakukan hamba akan kembali bagi hamba sendiri.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ.

"Barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. " (QS. Lukman[31]:12).

6.Allah mencintai dan memuliakan orang-orang yang bertakwa.

Di antara kemuliaan takwa Allah sebutkan:

1) Takwa merupakan wasiat umat dahulu dan umat ini.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ.

”Dan sungguh Kami telah wasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu, bertakwalah kepada Allah.” (QS. An-Nisa’ [4]: 131).

وَصَّيْنَاكُمْ بِمَا وَصَّيْنَاهُمْ بِهِ، مِنْ تَقْوَى اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، بِعِبَادَتِهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ.

Ibnu Katsir berkata, “Kami telah berwasiat kepada dengan apa yang telah padanya kami wasiatkan kepada mereka berupa takwa kepada Allah ‘azza wa jalla, beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya. (Tafsir Ibnu Katsir, QS. An-Nisa’[4]:131).

Hal ini bisa dilihat di antaranya  di dalam surat Al-Baqarah ayat 83.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.

“Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan iringilah sesuatu perbuatan dosa (kesalahan) dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR. Tirmidzi 1987, Ahmad 21354, dihasankan Syaikh al-Albani di dalam Sunan Tirmidzi 1987).

2) Takwa menjadikan kecintaan Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:

بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ.

“(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Imran[3]:76).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ.

”Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman…, “Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.’” (HR. Bukhari 6502, shahih Ibnu Hibban 347).

3) Allah senantiasa bersama orang-orang yang bertakwa.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ.

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl[16]:128).

4) Takwa merupakan sebaik-baik bekal di dalam hidup.

Allah ta’ala berfirman:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.

“Dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah[2]:197).

5) Takwa akan menjadi sebab dibukakan keberkahan dari langit dan bumi.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ.

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf[7]:96).

6) Takwa akan diberi kemudahan dan jalan keluar dari setiap masalahnya.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا.

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS.At-Talaq[65]:2).

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا.

“Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS.At-Talaq[65]:4).

 7.Amal-amal yang menghantarkan kepada kebahagiaan.

orang-orang yang beriman dan bertakwa tidak mendapatkan kebahagiaan dan kentraman begitu saja, akan tetapi mereka berusaha dengan amal shalih yang dilakukan.

Sebagaimana Allah ta’ala janjikan:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.

“Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Nahl[16]:97).

Diantara contoh amal-amal tersebut yaitu:

1)  Beribadah dengan Ikhlas.

Berbagai macam bentuk ibadah hendaknya dilakukan dengan ikhlas.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ.

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS. Adh-Dhariyat[51]: 56).

Allah ta’ala berfirman:

ومَا أُمِرُوْا إِلاَّلِيَعْبُدُاللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ.

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…”(QS. Al-Bayyinah[98] : 5).

فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ.

“Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar [39]:2).

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا.

“Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. Alkahfi [18]:110).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

  إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى.

“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya.” (HR Bukhari 1, 6689, Muslim 1907).

2)  Bersyukur.

Allah menjelaskan bagaimana sifat asal manusia, mereka selalu mengeluh.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا . إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا . وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا.

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir..” (QS. Al Maarij [70]: 19-21).

Oleh karena itu Allah perintahkan agar manusia bersyukur.

Allah ta’ala berfirman:

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim [14]:7).

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ.

“Jika engkau menghitung nikmat Allah engkau tak akan mampu menghitungnya, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha pengasih.” (QS. An-Nahl[16]:18).

مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ.

“Barang siapa orang yang tidak bersyuur kepada manusia dia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. Tirmidzi 1954, Ahmad 11703 di shahihkan syaikh al-Albani di dalam Al-Misykah 3025).

3)  Bersabar terhadap berbagai cobaan yang mengenai.

Allah ta’ala berfirman:

وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ.

“Dan sabarlah kalian! Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal [8]: 46) (QS Al-Baqarah [2]:153).

وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا.

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.” (QS Ali Imran [3]: 120).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.

"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin sesungguhnya segala urusannya adalah kebaikan baginya, dan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur dan itu baik baginya; dan jika ia ditimpa musibah, ia bersabar dan itu pun baik baginya." (HR. Muslim 2999).

Al-Junaid pernah ditanya tentang sabar. Dia menjawab, "Yaitu menelan kepahitan tanpa mengerutkan muka." (Tazkiyatun Nafs Dr. Ahmad Farid).

Dzun Nun Al-Mishri berkata, "Sabar adalah menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan agama bersikap tenang ketika menghadapi ujian yang berat, menampakkan kecukupan di kala kefakiran datang dalam kehidupan."(Tazkiyatun Nafs Dr. Ahmad Farid).

4)  Bertaubat jika melakukan kemaksiatan.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya.” (QS.At-Tahrim[66]:8).

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ.

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Al-Imran[3]:135).

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” ( QS. Az-Zumar[39]:53)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً.

“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari 6037)

يَآايُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّي أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ.

Hai sekalian manusia,taubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampun kepadaNya, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR Muslim 2702).

يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ.

“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.” (HR. Muslim 6737)

5)  Memaafkan dan bersikap baik kepada orang lain.

Allah ta’ala berfirman:

وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain sesungguhnya Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” QS Ali ‘Imran [3]:134.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ.

“Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Azza wa Jalla akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari Kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari.”  (HR Abu Daud 4777, Tirmidzi 2493, dihasankan Syaikh al-Albani di dalam Al-Misykah 5088).

6)  Bertawakal kepada Allah.

Allah ta’ala brfirman:

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ.

"Apabila kamu sudah bertekat maka bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal." (QS. Al-Imran[3]: 159).

إِنْ يَنصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ

"Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkan kamu." (QS. Al-Imran[3]: 160).

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan memberi baginya jalan keluar.   Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…”(QS.At Thalaq[65]:2-3).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغدُوْ خِمَاصًا ، وتَرُوْحُ بِطَانًا .

“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh tawakkal kepada-Nya, niscaya kalian akan diberikan rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung. Pagi hari burung tersebut keluar dalam keadaan lapar dan di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR Tirmidzi 2344, Ibnu Majah 4164, lihat Silsilah Al Hadist As Sahihah 310).

Tidaklah Allah perintahkan kita bertawakal kecuali hal itu akan memberi manfaat urusan dunia dan akhirat kita, manfaat akhirat yaitu Allah akan mencatat sebagai ibadah, sedang manfaat dunia yaitu akan menentramkan hati orang-orang yang beriman.

7)  Banyak berdzikir dan membaca Al-Qur’an.

Allah ta’ala berfirman:

ﻭَﻧُﻨَﺰّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺂﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺍﻟﻈّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇَﻻّ ﺧَﺴَﺎﺭﺍً.

Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-Israa’ [17]: 82).

Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithi rahimahullah berkata:

“Obat yang mencakup obat bagi penyakit jiwa dan raga, seperti keraguan, kemunafikan, dan perkara lainnya. Bisa menjadi obat bagi jasmani jika dilakukan ruqyah kepada orang yang sakit. Sebagaimana kisah seseorang yang terkena sengatan kalajengking diruqyah dengan membacakan Al-Fatihah. Ini adalah kisah yang shahih dan masyhur” (HR. Bukhari dan Muslim) (Tafsir Adhwaul Bayan, QS Al-Isra’ [17]:82).

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ.

“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS. Yunus[10]:57).

Orang-orang beriman selalu berdzkir, baik dengan lisan maupun dengan membaca Al Qur’an.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ.

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d[13]:28)

8)  Bersedekah.

Allah ta’ala berfirman:

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ.

“Infakkanlah sebagian dari apa yang Aku berikan kepada kalian, sebelum kematian mendatangi kalian, kemudian dia berkata: “Ya Rab, andai Engkau menunda ajalku sedikit saja, agar aku bisa bersedekah dan aku menjadi orang shaleh.” (QS. Al Munafiqun[63]: 10).

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ.

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas dan Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah[2]:161).

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ.

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan siang hari, secara tersembunyi maupun terang-terangan, maka bagi mereka pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati" (QS. Al-Baqarah[2]:274).

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ.

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim 2588, Ahmad 7206).

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ, فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ.

“Jauhilah api neraka, walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika kamu tidak punya, maka bisa dengan kalimah thayyibah” (HR. Bukhari 6023, Muslim 1016).

9)  Berteman dengan orang-orang shalih.

Orang shalih akan mengobati luka hati seseorang, sedangkan orang fasiq akan membuat luka.

Allah azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At-Taubah[9]:119).

Adapun orang yang fasik akan di kumpulkan besama-sama orang yang fasik.

احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ.

(kepada malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah.” (QS As-Safaat[37]:22).

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.

“Seseorang itu mengikuti agama teman dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan teman dekat.” (HR. Abu Dawud, 4833;Tirmidzi, 2378. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahihu Al-Jami’ 3545).

10)  Berdoa kepada Allah.

Allah ta’ala berfirman:

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

"Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari azab neraka." (QS. Al-Baqarah[2]:201).

اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا.

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, hawa nafsu yang tidak pernah puas dan doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim 2722).

8.Kenikmatan surga bagi orang beriman dan bertakwa setelah kenikmatan dunia.

Allah ta’ala berfirman:

تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَنْ كَانَ تَقِيًّا.

"Begitulah surga yang Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang mengerjakan takwa.” (QS. Maryam[19]:63).

1)  Gambaran surga yang tak terlukiskan.

ALlah ta’ala berfirman:

وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ.

“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.”(QS. Al-Baqarah [2]:25).

Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّا لحِينَ مَ لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرِ.

“Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih kenikmatan (tinggi di surga) yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia.” (HR. Bukhari 3072, Muslim 2824).

2)  Rombongan-rombongan orang yang masuk surga.

Allah ta’ala berfirman:

وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا ۖحَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ.

“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabb-nya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu, maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.” (QS. Az Zumar [39]: 73).

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ عَلَى صُوْرَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ عَلَى أَشَدِّ كَوْكَبٍ دُرِّيٍّ فِي السَّمَاءِ إِضَاءَةً لاَ يَبُوْلُوْنَ وَلاَ يَتَغَوَّطُوْنَ وَلاَ يَتْفُلُوْنَ وَلاَ يَمْتَخِطُوْنَ, أَمْشَاطُهُمْ مِنْ الذَّهَبِ ، وَرَشْحُهُمْ الْمِسْكُ ، وَمَجَامِرُهُمْ الْأَلُوَّةُ ، وَأَزْوَاجُهُمْ الْحُوْرُ الْعِيْنُ عَلَى خُلُقِ رَجُلٍ وَاحِدٍ عَلَى صُوْرَةِ أَبِيْهِمْ آدَمَ سِتُّوْنَ ذِرَاعًا فِي السَّمَاءِ.

“Sesungguhnya rombongan pertama yang masuk Surga dalam rupa, seperti bulan purnama. Adapun rombongan setelah mereka dalam rupa bintang yang sangat terang di langit yang cerah. Tidaklah mereka buang air kecil, buang air besar, beringus dan meludah. Sisir mereka terbuat dari emas, keringat mereka adalah misk (minyak wangi), mijmar (wadah minyak wangi) mereka adalah al ‘uluwwah (kayu gaharu India), istri-istri mereka adalah para bidadari. Mereka memiliki akhlak yang sama dan bentuk tubuh mereka semua sama, yaitu seperti bentuk tubuh ayah mereka, Adam, sepanjang enam puluh hasta menjulang ke langit.” (HR. Bukhari 3327, Muslim 2834).

3)  Sungai-sungai di surga.

Allah ta'ala berfirman:

فِيهَآ أَنْهَٰرٌ مِّن مَّآءٍ غَيْرِ ءَاسِنٍ وَأَنْهَٰرٌ مِّن لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُۥ وَأَنْهَٰرٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشَّٰرِبِينَ وَأَنْهَٰرٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى.

“Di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring.” (QS. Muhammad [47]: 15).

4)  Bangunan di surga.

Di tanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang surga:

كَيْفَ هِيَ؟ قَالَ: مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يَحْيَى لَا يَمُوتُ، وَيَنْعَمُ لَا يَبْأَسُ، وَلَا تَبْلَى ثِيَابُهُ وَلَا يُبْلَى شَبَابُهُ، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ بِنَاؤُهَا؟ قَالَ: لَبِنَةٌ مِنْ فِضَّةٍ وَلَبِنَةٌ مِنْ ذَهَبٍ، مِلَاطُهَا مِسْكٌ، وَحَصْبَاؤُهَا اللُّؤْلُؤُ وَالْيَاقُوتُ، وَتُرَابُهَا الزَّعْفَرَانُ.

“Bagaimanakah surga?” Beliau menjawab, “Barang siapa yang masuk surga akan terus hidup tak akan mati, terus akan mendapatkan kenikmatan tidak akan susah, tak akan lapuk bajunya, dan tak akan hilang masa mudanya.” Ditanyakan, “Wahai Rasulullah, bagaimana bangunannya?” Beliau menjawab, “Ada yang batanya dari perak dan ada yang dari emas, (adukan) semennya adalah misik, kerikilnya adalah mutiara dan permata, dan tanahnya adalah za’faran.” (HR. Ibnu Abi Syaibah33955 dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Bani dalam tahqiq Misykatul Mashabih).

5)  Makanan di surga.

Daging burung.

Sebagaimana yang di sebutkan Allah ta’ala:

وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ.

“Daging burung dari apa yang mereka inginkan.” (QS. Al Waqi’ah [56]: 21).

Hati Ikan Dan Daging Sapi.

Abdullah bin Salam pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di awal kedatangannya di Madinah:

مَا أَوَّلُ شَيْءٍ يَأْكُلُهُ أَهْلُ الْجَنَّةَ؟ فَقَال: زِيَادَةُ كَبِدِ الْحُوتِ.

“Apa yang pertama kali dimakan oleh penduduk surga?” Beliau menjawab, “Hati ikan.” (HR. Bukhari 6520).

6)  Minuman surga.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا.

Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur.” (QS. Al-Insan [76]: 5).

Ada seorang Yahudi bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

قَالَ: فَمَا شَرَابُهُمْ عَلَيْهِ؟ قَالَ: مِنْ عَيْنٍ تُسَمَّى سَلْسَبِيلًا.

Ia bertanya “Apa minuman mereka?” Beliau menjawab, “(Minuman mereka diambil dari) mata air salsabila.” Lalu ia mengatakan, “Engkau benar.” (HR. Muslim 315).

7)  Istri-istri di surga.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ.

“Dan untuk mereka, di dalamnya ada isteri-isteri yang suci, dan mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 25).

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ يُرَى مُخُ سَاقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ مِنَ الْحَسَنِ لاَ اخْتِلاَفَ بَيْنَهُمْ وَلاَ تَبَاغُضَ قُلُوْبُهُمْ قَلْبٌ وَاحِدٌ يُسَبِّحُوْنَ اللهَ بُكْرَةً وَعَشِيًّا.

“Bagi setiap penghuni surga dua orang istri, terlihat sum-sum betisnya dari balik dagingnya, karena indahnya, tidak ada perselisihan diantara mereka, serta tidak ada permusuhan. Hati-hati mereka seperti hati yang satu, mereka bertasbih kepada Allah pagi dan petang.” (HR. Muslim 2834).

8)  Penghuni surga merasa puas.

Allah ta’ala berfirman:

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاعِمَةٌ . لِسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ . فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ . لَا تَسْمَعُ فِيهَا لَاغِيَةً . فِيهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌ . فِيهَا سُرُرٌ مَرْفُوعَةٌ . وَأَكْوَابٌ مَوْضُوعَةٌ . وَنَمَارِقُ مَصْفُوفَةٌ . وَزَرَابِيُّ مَبْثُوثَةٌ. 

“Banyak muka pada hari itu berseri-seri, merasa senang karena usahanya, dalam surga yang tinggi, tidak kamu dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna. Di dalamnya ada mata air yang mengalir. Di dalamnya ada tahta-tahta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya), dan bantal-bantal sandaran yang tersusun, dan permadani-permadani yang terhampar.” (QS. Al-Ghasiah [88]:8-16).

9)  Mereka akan dikumpulkan bersama dengan keluarga mereka yang beriman.

Allah ta’ala berfirman:

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ . سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ.

“(Yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang shalih dari bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya, sedangkan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), "Keselamatan terlimpahkan kepada kalian berkat kesabaran kalian." Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar Ra’d [13]: 23-24).

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Allah menghimpunkan mereka bersama kekasih-kekasih mereka di dalam surga, yaitu bapak-bapak mereka, keluarga mereka, dan anak-anak mereka yang layak untuk masuk surga dari kalangan kaum mukmin, agar hati mereka senang. Sehingga dalam hal ini Allah mengangkat derajat orang yang berkedudukan rendah ke tingkat kedudukan yang tinggi sebagai anugerah dari-Nya dan kebajikan-Nya, tanpa mengurangi derajat ketinggian seseorang dari kedudukannya. Hal ini sama dengan yang diungkapkan oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya:

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شِيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ.

“Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath-Thur[52]: 21).

 10) Orang beriman akan melihat Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ . إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ.

 "Pada hari itu, wajah-wajah (orang-orang beriman) berseri-seri. Kearah Tuhan mereka, mereka melihat." (QS.Al-Qiyamah [75]:22-23).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذِهِ الْقَمَرَ لَيْلَةَ الْبَدْرِ.

“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian seperti kalian melihat bulan pada malam purnama.” (HR. Bukhari 7437).

Demikianlah kebahagiaan orang yang beriman dan bertakwa, mereka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

 

-----000-----

 

Sragen 13-03-2025

Junaedi Abdullah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AMAL-AMAL SETELAH RAMADHAN.

Setelah menjalankan rangkaian ibadah dibulan Ramadhan banyak kaum muslimin kembali kepada kebiasaannya. Malas beribadah shalat wajib berja...