Kamis, 22 Februari 2024

KETIKA UMUR SUDAH TUA, MENGGAPAI KEBAHAGIAAN HAQIQI.

 



Seiring perjalan waktu gegab gempita dan hiruk pikuknya dunia tidak terasa umur kita sudah tua, hal itu ditandai dengan rambut kita yang mulai memutih, kaki gemeter, kekuatan berkurang, pengliahatn mulai kabur, gigi satu-persatu mulai tanggal, makanan ada yang dipantang, menyadarkan kita bahwa diri kita tidak muda lagi, ada hal-hal yang harus kita perhatikan:

1.   Kita perlu muhasabah diri (menghitung-hitung) diri kita.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr [59]:18).

Ibnu katsir mengatakan pada firman Allah ta’ala:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّه}

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. (Al-Hasyr: 18)

Perintah untuk bertakwa kepada Allah ta’ala yang pengertiannya mencakup mengerjakan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang oleh-Nya.

{وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ}

“Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” ( QS. Al-Hasyr[59]: 18).

Yakni hitung-hitunglah diri kalian sebelum kalian dimintai pertanggung jawaban, dan perhatikanlah apa yang kamu tabung buat diri kalian berupa amal-amal saleh untuk bekal hari kalian dikembalikan, yaitu hari dihadapkan kalian kepada Tuhan kalian.

{وَاتَّقُوا اللَّهَ}

dan bertakwalah kepada Allah. (Al-Hasyr: 18)

mengukuhkan kalimat perintah takwa yang sebelumnya.

{إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ}

sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr [59]: 18).

Ketahuilah oleh kalian bahwa Allah mengetahui semua amal perbuatan dan keadaan kalian, tiada sesuatu pun dari kalian yang tersembunyi bagi-Nya dan tiada sesuatu pun baik yang besar maupun yang kecil dari urusan mereka yang luput dari pengetahuan-Nya. (Tafsir ibnu Katsir, QS. Al-Hasyr [59]: 18).

Sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ؟ قَالَ: "أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا"، قَالَ: فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ؟ قَالَ: "أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا، وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ.

“Ya Rasulullah siapakah mukmin yang paling utama’’? beliau menjawab, “ yang paling bagus akhlaqnya.” Dia berkata: “ Siapakah mukmin yang paling cerdas..? Beliau menjawab, “ yang paling banyak mengingat kematian, dan yang paling baik menyiapkan kehidupan setelahnya, mereka itulah orang yang cerdas.” HR. Ahmad 11535, Ibnu Majah 6175, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 1384).

mam Qurthubi menyebutkan dalam At Tadzkiroh mengenai perkataan Ad Daqoq mengenai keutamaan seseorang yang banyak mengingat mati:

1- menyegerakan taubat

2- hati yang qona’ah (selalu merasa cukup)

3- semangat dalam ibadah

Sedangkan kebalikannya adalah orang yang melupakan kematian, maka ia terkena hukuman:

1- menunda-nunda taubat

2- tidak mau ridha dan merasa cukup terhadap apa yang Allah beri

3-  bermalas-malasan dalam ibadah

Hendaknya kita memperhatikan perkara-perkara yang wajib terlebih dahulu, adakah yang kita kurangi.

Kemudian memperhatikan hal-hal yang haram, apakah masih ada yang kita terjang atau tidak.

2.   Bertaubat dari kesalahan.

Sudah menjadi ketentuan Allah bahwasanya manusia memiliki kesalahan dan kekurangan yang banyak, oleh karena itu disyari’atkan untuk bertaubat.

Ibnu Qudamah berkata, “Bila Allah menghendaki kebaikan seorang hamba, Allah akan membuat hamba tersebut mengetahui aib-aibnya, sehingga dirinya mudah untuk memperbaiki. (Minhajul Qasidin Ibnu Qudamah).

 Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya.” (QS.At-Tahrim[66]:8).

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا.

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang di larang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu. (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia.” (QS.4.An-Nisa[4]:31)

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ.

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Al-Imran[3]:135).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً.

“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari 6037).

 

3.   Bahaya orang yang tidak segera bertaubat.

Banyak orang yang meremehkan dosa yang mereka selalu mengulur-ulur untuk bertaubat akhirnya mereka mendapatkan istidraj ( ditarik kedalam kebinasaan tanpa disadari) oleh Allah dan mati dalam keadaan su’ul khatimah, sebagaimana firman Allah ta’ala:

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ.

“Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putusasa.” (QS. Al-An’am[6]:44)

Qatadah mengatakan, “Dan tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum melainkan di saat mereka tidak menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta sedang tenggelam di dalam kesenangan­nya. Karena itu, janganlah kalian teperdaya oleh ujian Allah, karena sesungguhnya tidaklah teperdaya oleh ujian Allah kecuali hanya kaum yang fasik (durhaka).” (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-An’am [6]:44).

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ.

“Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah; dan mereka akan mendapat azab yang menghinakan.” (QS. Ali-Imran[3]:178).

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ . وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ . كَلَّا.

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya, lalu dimuliakan-Nya dan diberinya kesenangan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku.” Adapun bila Tuhannya mengujinya, lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, "Tuhanku menghinakanku.” Sekali-kali tidak (demikian). (QS. AL-Fajr [89]:15-18).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ.

”Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan dilihat dari jalur lain).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) .

“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah “ar raan” yang disebutkan Allah di dalam firman-Nya, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (HR Tirmidzi 3334, Ibnu Majah 4244,  di shahihkan Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihul Jami’ 1670).

4.   Mengiringi keburukan dengan kebaikan.

Hendaknya menutup semua keburukan dengan kebaikan, sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah ta’ala:

إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Kecuali mereka yang telah bertaubat, mengadakan perbaikan dan menjelaskan(nya). Mereka itulah yang Aku terima taubatnya, dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(QS Al-Baqarah[2]: 160).

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ.

“Sesungguhnya kebaikan itu akan menghapus keburukan.” (QS. Hud [11]:114).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam besabda:

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.

 “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada, iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu; dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi 1987, Ahmad 21043 Syaikh al-Albani berkata hasan di dalam AS-Shahihah 1373).

5.   Memperbanyak bekal akhirat.

Hendaknya kita tidak lagi sibuk dengan dunia ini, memperbanyak bekal untuk akhirat.

Allah mengingatkan kita dengan firma-Nya:

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ.

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri, mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Hasyr [59]: 19).

Ibnu Katsir berkata di dalam firman Allah ta’ala:

Yaitu janganlah kamu lupa dari mengingat Allah, yang akhirnya kamu akan lupa kepada amal saleh yang bermanfaat bagi diri kalian di hari kemudian.

Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Munafiqun[63]: 9). (Tafsir Ibnu Katsir, QS, Al-Hasyr [59]:18-19).

Hendaknya memperbanyak bekal diakhirat dengan berbagai amal ibadah, menentramkan hati dengannya.

Seperti shalat, membaca Al-Quran, bersedekah dan berakhlaq mulia.


قال ابي زكريا يحي بن شريف النووي رحمه الله ، و قال ابراهيم الخواص:

دَوَاءُ الْقَلْبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ:

-  قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ،

 - وَخَلَاءُ الْبَطْنِ ،

 - وَقِيَامُ اللَّيْلِ ،

 - وَالتَّضَرُّعُ عِنْدَ السَّحَرِ،

 - وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِينَ.


Berkata Imam Abu Zakariya Yahya bin Syarif An-Nawawy rahimahullah (dalam Kitab At-Tibyan fi Adabil Hamalatil Qur'an), berkata Imam Ibrahim Al Khawas:

Obat hati itu ada lima:

1)   Membaca Al Qur'an dengan mentadabburi.

2)   Membiasakan puasa.

3)   Shalat malam.

4)   Berdoa dengan kesungguhan di waktu sahur.

5)   Berkumpul dengan orang shalih.

Allah ta’ala berfirman:

ﻭَﻧُﻨَﺰّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺂﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺍﻟﻈّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇَﻻّ ﺧَﺴَﺎﺭﺍً.

Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-Israa’ [17]: 82).

Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithi rahimahullah berkata:

“Obat yang mencakup obat bagi penyakit jiwa dan raga, seperti keraguan, kemunafikan, dan perkara lainnya. Bisa menjadi obat bagi jasmani jika dilakukan, Adapun Ath-Thabari rahimahullah mengatakan: Al-Qur’an obat dari berbagai penyakit (Tafsir Ath Thabari, QS. Al –Isra’[17]:82).

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ.

“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS. Yunus[10]:57)

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ.

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d[13]:28).

Tak seorangpun dari kita yang tidak membutuhkan harta, namun bukan hal itu yang membuat hati kita tentram, hati kita tentram dengan mendekat kepada Allah ta’ala.

 

Demikianlah semoga bermanfa’at. Aamiin.

 

Sragen 23-02-2024.

Junaedi Abdullah.

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...