QANAAH.
Qanaah Menurut bahasa artinya merasa cukup. Menurut
Istilah qanaah berarti merasa cukup atas apa yang telah dikaruniakan Allah Swt
kepada kita dan menjauhkan dari sifat tamak.
barang siapa memiliki sifat qanaah sungguh dia telah berusaha menyempurnakan keimanannya. Kebalikannya barang siapa tidak memiliki sifat qanaah, dirinya telah di siksa dari apa yang tidak dimiliki dan melupakan apa yang telah dimiliki, sehingga hatinya merasa kecewa, kurang, dan tidak pernah puas dari apa yang Allah berikan kepada dirinya.
Diantara terapi agar seseorang memiliki sifat qanaah dari apa yang Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan yaitu:
1. Dunia ini hanya sebentar dan sedikit.
Allah
ta’ala berfirman:
قٰلَ اِنْ لَّبِثْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا لَّوْ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ
تَعْلَمُوْنَ.
“Dia (Allah) berfirman, “Kamu
tinggal (di bumi) hanya sebentar jika kamu benar-benar mengetahui.” (QS.
Al-Mukminun[23]:114).
قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا
قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى.
“Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu
lebih baik bagi orang-orang bertakwa". (QS. An-Nisa' [4]: 77).
Yahya bin Mu'adz berkata, "Dunia itu arak setan.
Barangsiapa mabuk karenanya niscaya tidak akan sadar sampai ia berada di antara
orang-orang yang sudah mati, menyesal bersama orang-orang yang merugi."
Malik
bin Dinar berkata:
لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا مِنْ ذَهَبٍ
يَفْنَى وَالآخِرَةُ مِنْ خَزَفٍ يَبْقَى
لَكَانَ الوَاجِبُ أَنْ يُؤْثِرَ خَزَفٍ يَبْقَى عَلَى ذَهَبٍ يَفْنَى فَكَيْفَ وَالآخِرَةُ مِنْ ذَهَبِ يَبْقَى وَالدُّنْيَا مِنْ خَزَفٍ يَفْنَى.
“Seandainya dunia adalah emas yang akan fana, dan akhirat
adalah tembikar yang kekal abadi, maka tentu saja seseorang wajib memilih
sesuatu yang kekal abadi (yaitu tembikar) daripada emas yang nanti akan fana.
Padahal sejatinya akhirat adalah emas yang kekal abadi dan dunia adalah
tembikar yang nantinya fana.” (Lihat Fathul Qodir, Imam Asy-Syaukani,
5:567-568)
وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا
فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ – وَأَشَارَ يَحْيَى بِالسَّبَّابَةِ – فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ.
“Demi Allah, tidaklah dunia ini bagi akhirat melainkan seperti jari
tangan salah seorang dari kalian yang
ini -Yahya
(perowi) mengisyaratkan dengan jari telunjuk- yang dicelupkan ke dalam air
laut, maka lihatlah air yang kembali.” (HR. Muslim
7376).
2. Meluruskan niat untuk mementingkan akhirat.
Allah
ta’ala berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيْهِمْ
اَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ. اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَيْسَ
لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا النَّارُ ۖوَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبٰطِلٌ
مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Siapa yang menghendaki kehidupan
dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan kepada mereka (balasan) perbuatan
mereka di dalamnya dengan sempurna dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Mereka
itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka,
sia-sialah apa yang telah mereka usahakan (di dunia), dan batallah apa yang
dahulu selalu mereka kerjakan.” (QS. Hud[9]:15-16).
Jangan
mementingkan dunia dan meninggalkan akhirat sebagaimana orang kafir.
Allah
ta’ala berfirman:
بَلْ تُؤْثِرُونَ
الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ
وَأَبْقَى.
"Sedangkan kalian lebih memilih kehidupan dunia,
padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal". (QS. Al-A'la
[87]: 16 – 17).
Cinta dunialah yang memakmurkan Neraka dengan dipenuhi oleh
para pelakunya. Zuhud terhadap dunialah yang memakmurkan Surga dengan para
pelakunya. Mabuk karena cinta dunia lebih berbahaya daripada mabuk karena minum
arak. Seorang yang mabuk karena cinta dunia hanya akan sadar ketika ia berada
di kegelapan lahat.
أَلْهَاكُمُ
التَّكَاثُرُ . حَتَّى زُرْتُمُ
الْمَقَابِرَ.
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai
kamu masuk ke dalam kubur.” (At-Takatsur[102]:1-2).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ
اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ
مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ
جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ
الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ .
“Barangsiapa yang (menjadikan)
dunia sebagai tujuannya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan
menjadikan kemiskinan dalam pandangannya, dan dunia tidak datang kecuali apa
yang Allah telah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat
niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan
hatinya merasa cukup, dan dunia akan datang dalam keadaan merendah.(HR. IBnu
Majah 4105, dishahihkan Syaikh al-Bani di dalam as-Shahihah 950).
3. Melihat orang yang di bawah kita (di dalam masalah
harta).
Allah melarang kita melihat dan mengagumi
orang-orang yang Allah beri harta, terlebih dari orang-orang kafir.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ اِلٰى
مَا مَتَّعْنَا بِهٖٓ اَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۙ
لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ ۗوَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى .
“Janganlah sekali-kali engkau tujukan
pandangan matamu pada kenikmatan yang telah Kami anugerahkan kepada beberapa
golongan dari mereka (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka
dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” (QS.Thaha[]20:131).
فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ.
Maka janganlah harta
benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki
dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam
kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam
keadaan kafir.” (QS. Attaubah[9]:55).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اُنْظُرُوْا
إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ
فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.
"Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang
berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak
meremehkan nikmat Allah yang berikan kepadamu" HR Bukhari 6490 Muslim 2963.
4. Ridha terhadap pemberian Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَوْ
أَنَّهُمْ رَضُوا مَا آتَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ
سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ.
“Seandainya mereka ridha terhadap
apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, serta berkata, ‘Cukuplah
Allah bagi kami; Allah dan Rasul-Nya akan memberikan kepada kami sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya kepada Allah-lah kami berharap,’ (niscaya itu lebih
baik bagi mereka).” (QS. At-Taubah [9]: 59).
Allah kadang memberi kadang tidak
agar manusia sadar yang memberi hanya Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman:
لِكَيْلَا
تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا
يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ.
“(Kami
jelaskan demikian) agar kamu tidak berduka cita terhadap apa yang luput darimu
dan tidak terlalu gembira terhadap apa yang diberikan kepadamu. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Al-Ḥadid [57]:
23).
اِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ
لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيَقْدِرُ ۗاِنَّهٗ كَانَ بِعِبَادِهٖ خَبِيْرًاۢ بَصِيْرًا.
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki
bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkan (-nya bagi siapa yang Dia
kehendaki). Sesungguhnya Dia Maha Teliti lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (QS.Al-Isra’[1]7:30).
وَلَوْ بَسَطَ اللّٰهُ الرِّزْقَ
لِعِبَادِهٖ لَبَغَوْا فِى الْاَرْضِ وَلٰكِنْ يُّنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَاۤءُ
ۗاِنَّهٗ بِعِبَادِهٖ خَبِيْرٌۢ بَصِيْرٌ .
“Seandainya Allah melapangkan rezeki kepada
hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi. Akan
tetapi, Dia menurunkan apa yang Dia kehendaki dengan ukuran (tertentu).
Sesungguhnya Dia Maha Teliti lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.’ (QS.
Asy-Syura[42]:27).
فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا
ابْتَلٰىهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَكْرَمَنِۗ
وَاَمَّآ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗ ۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ
اَهَانَنِۚ كَلَّا ..
“Adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya
lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan, berkatalah dia, “Tuhanku telah
memuliakanku.” Sementara itu, apabila Dia mengujinya lalu membatasi rezekinya,
berkatalah dia, “Tuhanku telah menghinaku.” Sekali-kali tidak.” (QS.
Al-Fajr[89]:15-18).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ الْغِنَى
عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ
الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ.
“Tidaklah
kaya itu diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Akan tetapi yang dikatakan
kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari, 6446
Muslim 1051).
مَنْ أَصْبَحَ
مِنْكُمْ آمِنًا فِيْ سِرْبِهِ مُعَافًى فِيْ جَسَدِهِ وَعِنْدَهُ قُوْتُ يَوْمِهِ
فَكَأَنَّمَا حِيْزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيْرِهَا.
"Siapa saja di antara kalian yang merasa
aman di tempat tinggalnya, diberikan kesehatan pada badannya, dan ia memiliki
makanan untuk harinya itu, maka seolah-olah ia telah memiliki dunia
seluruhnya". (HR Bukhari dalam Al-Adabul-Mufrad 300, Tirmidzi 2346, Ibnu
Majah 4141).
Berapapun pemberian Allah kepada manusia, manusia tidak akan puas, kecuali
yang Allah rahmati.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Ibnu Zubair pernah berkhutbah:
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم
– كَانَ يَقُولُ , لَوْ أَنَّ ابْنَ
آدَمَ أُعْطِىَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا وَلَوْ أُعْطِىَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا
وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ
وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ .
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia diberi lembah penuh
dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika
diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia
tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi
siapa saja yang bertaubat.” (HR. Bukhari 6438)
5. Bertawakal dan berdoa kepada Allah.
Allah perintahkan kita agar bertawakal kepada Allah
ta’ala.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَنْ
يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (QS. Ath Thalaq[65]:3).
اللهُمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِوَالْهَرَمِ
وَعَذَابِ الْقَبْرِ اللهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَاوَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ
مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ
عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ
وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا.
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan
dan kemalasan, pengecut dan kikir, ketuaan dan azab kubur. Ya Allah, berikanlah
ketakwaan kepada jiwaku, sucikanlah jiwaku, karena Engkaulah sebaik-baik yang
menyucikan jiwa, Engkaulah Yang Menguasai dan melindungi jiwa.Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’,
hawa nafsu yang tidak pernah puas dan doa yang tidak dikabulkan.” (HR.
Muslim 2722).
Demikianlah semoga bermanfaat.
Sragen 25-10-2025
Abu Ibrahim, Junaedi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar