MACAM-MACAM KESYIRIKAN.
Syirik dalam berdoa.
Allah ta’ala berfirman:
{فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ}
maka
tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).(Al-Ankabut:
65)
Semakna
dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
{وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا
إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ}
Dan apabila
kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali
Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. (Al-Isra:
67)
Muhammad
ibnu Ishaq telah menuturkan dari Ikrimah ibnu Abu Jahal yang telah menceritakan
bahwa ketika Rasulullah (shallallahu 'alaihi wasallam) beroleh kemenangan atas
kota Mekah, Ikrimah melarikan diri dari Mekah. Dan ketika ia menempuh jalan
laut menaiki perahu untuk pergi ke negeri Habsyah, di tengah perjalanan
perahunya oleng karena ombak yang besar. Maka para penumpangnya berseru,
"Hai kaum, murnikanlah doa kalian hanya kepada Tuhan kalian (Allah),
karena sesungguhnya tiada yang dapat menyelamatkan kita dari bencana ini selain
Dia." Ikrimah berkata, "Demi Allah, bilamana tiada yang dapat
menyelamatkan dari bencana di laut selain Dia, maka sesungguhnya tiada pula
yang dapat menyelamatkan dari bencana di daratan kecuali hanya Dia. Ya Allah,
aku berjanji kepadaMu seandainya aku selamat dari bencana ini, sungguh aku akan
pergi dan benar-benar aku akan meletakkan tanganku pada tangan Muhammad (masuk
Islam), dan aku pasti menjumpainya seorang yang pengasih lagi penyayang,"
dan memang apa yang diharapkannya itu benar-benar ia jumpai pada diri
Rasulullah (shallallahu 'alaihi wasallam).
--------
Syirik niat
dan tujuan.
Mujahid dan
lain-lainnya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang
yang suka riya.
Qatadah
mengatakan, "Barang siapa yang dunia merupakan niat, dambaan, dan
buruannya, maka Allah membalas kebaikannya di dunia ini. Dan bila ia datang ke
akhirat, maka ia tidak lagi memiliki pahala amal kebaikan yang akan diberikan
kepadanya. Adapun orang mukmin, maka amal kebaikannya dibalas di dunia ini, dan
kelak di akhirat dia mendapat pahala dari amalnya itu." Dalam hadis
yang marfu’ telah disebutkan hal yang semisal dengan ini.
مَنْ كَانَ
يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ
فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ
الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا
فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16) }
Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan
sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang
tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa
yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan.
Allah
(Subhanahu wa Ta'ala) telah berfirman:
{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ
لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا
وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ
كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا كُلا نُمِدُّ هَؤُلاءِ وَهَؤُلاءِ مِنْ عَطَاءِ
رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا
بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلا}
Barang
siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan
bagiannya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki
dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam; ia akan memasukinya dalam keadaan
tercela dan terusir. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan
berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan ia adalah mukmin, maka
mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibatasi dengan baik Kepada
masing-masing golongan —baik golongan ini maupun golongan itu— Kami
berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat
dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas
sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi
tingkatannya dan lebih besar keutamaannya. (Al-Isra: 18-21)
Syirik ketaatan.
Firman
Allah (Subhanahu wa Ta'ala).:
{اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ
اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ}
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai
Tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra
Maryam. (At-Taubah: 31)
Imam Ahmad, Imam Tirmidzi, dan Imam Ibnu Jarir telah meriwayatkan
melalui berbagai jalur dari Addi ibnu Hatim r.a. yang menceritakan:
أَنَّهُ لَمَّا بَلَغَتْهُ دَعْوَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فرَّ إِلَى الشَّامِ، وَكَانَ قَدْ تَنَصَّرَ فِي
الْجَاهِلِيَّةِ، فَأُسِرَتْ أُخْتُهُ وَجَمَاعَةٌ مِنْ قَوْمِهِ، ثمَّ منَّ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أُخْتِهِ وَأَعْطَاهَا،
فَرَجَعَتْ إِلَى أَخِيهَا، ورَغَّبته فِي الْإِسْلَامِ وَفِي الْقُدُومِ عَلَى
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَدِمَ عَدِيّ
الْمَدِينَةَ، وَكَانَ رَئِيسًا فِي قَوْمِهِ طَيِّئٍ، وَأَبُوهُ حَاتِمٌ الطَّائِيُّ
الْمَشْهُورُ بِالْكَرَمِ، فتحدَّث النَّاسُ بِقُدُومِهِ، فَدَخَلَ عَلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي عُنُقِ عَدِيّ صَلِيبٌ مِنْ
فِضَّةٍ، فَقَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ
الْآيَةَ: {اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ
اللَّهِ} قَالَ: فَقُلْتُ: إِنَّهُمْ لَمْ يَعْبُدُوهُمْ. فَقَالَ:
"بَلَى، إِنَّهُمْ حَرَّمُوا عَلَيْهِمُ الْحَلَالَ، وَأَحَلُّوا لَهُمُ
الْحَرَامَ، فَاتَّبَعُوهُمْ، فَذَلِكَ عِبَادَتُهُمْ إِيَّاهُمْ". وَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا عَدِيُّ، مَا
تَقُولُ؟ أيُفرّك أَنْ يُقَالَ: اللَّهُ أَكْبَرُ؟ فَهَلْ تَعْلَمُ شَيْئًا
أَكْبَرَ مِنَ اللَّهِ؟ مَا يُفرك؟ أَيُفِرُّكَ أَنْ يُقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ؟ فَهَلْ تَعْلَمُ مِنْ إِلَهٍ إِلَّا اللَّهُ"؟ ثُمَّ دَعَاهُ إِلَى
الْإِسْلَامِ فَأَسْلَمَ، وَشَهِدَ شَهَادَةَ الْحَقِّ، قَالَ: فَلَقَدْ
رأيتُ وَجْهَهُ اسْتَبْشَرَ ثُمَّ قَالَ: "إِنَّ الْيَهُودَ مَغْضُوبٌ
عَلَيْهِمْ، وَالنَّصَارَى ضَالُّونَ"
bahwa ketika sampai kepadanya dakwah dari Rasulullah (shallallahu
'alaihi wasallam)., ia lari ke negeri Syam. Sejak zaman Jahiliah ia telah masuk
agama Nasrani, kemudian saudara perempuannya ditahan bersama sejumlah orang
dari kaumnya. Lalu Rasulullah (shallallahu 'alaihi wasallam) menganugerahkan
kebebasan kepada saudara perempuan Addi ibnu Hatim dan memberinya hadiah.
Saudara perempuan Addi ibnu Hatim kembali kepada saudara lelakinya dan
menganjurkannya untuk masuk Islam dan menghadap kepada Rasulullah (shallallahu
'alaihi wasallam) Akhirnya Addi datang ke Madinah. Dia adalah pemimpin kaumnya,
yaitu kabilah Tayyi'; dan ayahnya (yaitu Hatim At-Tai') terkenal dengan
kedermawanannya. Maka orang-orang Madinah ramai membicarakan kedatangan Addi
ibnu Hatim. Addi masuk menemui Rasulullah (shallallahu 'alaihi wasallam).,
sedangkan pada leher Addi tergantung salib yang terbuat dari perak. Saat itu
Rasulullah (shallallahu 'alaihi wasallam) sedang membacakan firman-Nya: Mereka
menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain
Allah. (At-Taubah: 31) Addi melanjutkan kisahnya, bahwa ia menjawab,
"Sesungguhnya mereka tidak menyembahnya." Rasulullah (shallallahu
'alaihi wasallam) bersabda: Tidak, sesungguhnya mereka mengharamkan hal
yang halal bagi para pengikutnya dan menghalalkan hal yang haram bagi mereka,
lalu mereka mengikutinya; yang demikian itulah ibadah mereka kepada orang-orang
alim dan rahib-rahib mereka. Kemudian Rasulullah (shallallahu 'alaihi
wasallam) bersabda, "Hai Addi, bagaimanakah pendapatmu. Apakah
membahayakan bila dikatakan Allah Mahabesar? Apakah kamu mengetahui
sesuatu yang lebih besar daripada Allah bila Allah menimpakan bahaya kepadamu?
Apakah membahayakanmu bila dikatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah? Apakah
kamu mengetahui ada Tuhan selain Allah?" Rasulullah (shallallahu 'alaihi
wasallam) mengajaknya masuk Islam. Akhirnya Addi masuk Islam dan mengucapkan
syahadat yang benar. Addi melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu ia melihat
wajah Rasulullah (shallallahu 'alaihi wasallam) bersinar ceria, lalu
bersabda: Sesungguhnya orang-orang Yahudi itu dimurkai dan orang-orang
Nasrani itu orang-orang yang sesat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Huzaifah ibnul Yaman, Abdullah
ibnu Abbas, dan lain-lainnya sehubungan dengan tafsir firman-Nya: Mereka
menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain
Allah. (At-Taubah: 31) Bahwa sesungguhnya mereka mengikuti ulama dan
rahibnya dalam semua yang dihalalkan dan yang diharamkan oleh mereka.
As-Saddi mengatakan, "Mereka meminta saran dari orang-orang
alim mereka, sedangkan Kitabullah mereka lemparkan di belakang
punggungnya."
Karena itulah Allah (Subhanahu wa Ta'ala) berfirman:
{وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا}
padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa. (At-Taubah:
31)
Maksudnya, Tuhan yang apabila mengharamkan sesuatu, maka jadilah
sesuatu itu diharamkan, apa yang dihalalkan-Nya menjadi halal, apa yang
disyariatkan-Nya (diperintahkan-Nya) harus diikuti, dan apa yang telah
diputuskan-Nya harus dilaksanakan.
{لَا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ}
Tidak ada Tuhan selain Dia, Mahasuci Allah dari apa yang mereka
persekutukan. (At-Taubah: 31)
Yakni Mahatinggi, Mahasuci, dan Mahabersih Allah dari
sekutu-sekutu, tandingan-tandingan, pembantu-pembantu, serta lawan-lawan dan
anak. Tidak ada Tuhan selain Dia, dan tidak ada Rabb selain Dia.
----------
SYIRIK KETAATAN
Firman
Allah (Subhanahu wa Ta'ala).:
{وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ}
Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.
(Al-Baqarah: 165)
Demikian itu karena mereka cinta kepada Allah, makrifat
kepada-Nya, mengagungkan-Nya, serta mengesakan-Nya; dan mereka sama sekali
tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, melainkan hanya menyembah-Nya
semata dan bertawakal kepada-Nya serta kembali kepada-Nya dalam semua urusan
mereka.
Kemudian Allah (Subhanahu wa Ta'ala) mengancam orang-orang yang
mempersekutukan diri-Nya, yang berbuat aniaya terhadap diri mereka sendiri.
Untuk itu Allah (Subhanahu wa Ta'ala) berfirman:
{وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ
الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا}
Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui
ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan
Allah semuanya. (Al-Baqarah: 165)
Sebagian Mufassirin mengatakan bahwa makna ayat ini ialah,
"Seandainya mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri siksaan
tersebut, niscaya mereka mengetahui saat itu bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya."Dengan kata lain, hanya Dia sematalah yang berhak menghukumi,
tiada sekutu baginya; dan bahwa segala sesuatu itu berada di bawah
keperkasaan-Nya, kekuatan-Nya, dan kekuasaan-Nya. dan bahwa Allah amat
berat siksaan-Nya. (Al-Baqarah: 165)
Seperti yang diungkapkan oleh ayat lain, yaitu firman-Nya:
{فَيَوْمَئِذٍ لَا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدٌ * وَلا يُوثِقُ
وَثَاقَهُ أَحَدٌ}
Maka pada hari itu tiada seorang pun yang menyiksa seperti
siksa-Nya dan tiada seorang pun yang mengikat seperti ikatan-Nya. (Al-Fajr:
25-26)
------000-----
Sragen16-10-2025.
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar