Senin, 31 Maret 2025

AMAL-AMAL SETELAH RAMADHAN.

Setelah menjalankan rangkaian ibadah dibulan Ramadhan banyak kaum muslimin kembali kepada kebiasaannya.

Malas beribadah shalat wajib berjamaah di masjid dan kiyamulail ( shalat malam), demikian pula ibadah lainnya.

Hal ini ditandai dengan sepinya masjid-masjid setelah Ramadhan.

Padahal Allah perintahkan agar kita beribadah kepada Allah hingga akhir hayat kita.

Allah ta’ala berfirman:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ.

"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu keyakinan (kematian)." (QS. Al-Hijr[15]: 99).

Dari makna ayat ini disimpulkan bahwa ibadah seperti salat dan lain-lainnya diwajibkan kepada manusia selagi akalnya sehat dan normal, maka ia mengerjakan salatnya sesuai dengan kondisinya. (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Hijr [15]:99).

ALlah ta’ala berfirman di dalam ayat yang lain, bagaimana orang kafir meninggal dengan kekafirannya.

وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ.

“Dan kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian.” (Al-Muddatstsir[74]: 43-47).

Rasulullah menafsirkan langsung bahwa makna yakin adalah kematian.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika mendapatkan kabar Utsman bin Mazh’un telah wafat:

أمَّا هو فقَدْ جَاءَهُ اليَقِينُ..

“Sungguh telah datang kepadanya (Utsman bin Mazh’un) al-yaqin (kematian).” (HR. Bukhari 7018).

Ahli tafsir sepakat bahwa al-yaqin maknanya adalah kematian. Al-Qurthubi menjelaskan:

قَوْلُهُ تَعَالَى: وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ . فِيهِ مَسْأَلَةٌ وَاحِدَةٌ: وَهُوَ أَنَّ الْيَقِينَ الْمَوْتُ.

“Firman Allah ta’ala “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin” dalam hal ini hanya ada satu pendapat. Yaitu bahwa al yaqin maknanya adalah kematian” (Tafsir Al-Qurthubi, syamilah 10/64).

Pernahkah kita berfikir kenapa Allah ta’ala perintahkan agar kita terus menerus beribadah..?

Ternyata ayat ini memiliki  faedah dan rahasia yang sangat besar, adapun di antara faedah tersebut:

1.   Karena ibadah ini merupakan tujuan kita diciptakan.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ.

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat[51]: 56).

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Katakanlah (Muhammad),"Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. " ( QS. Al An‘am [6]:162).

2.   Karena kita mendapatkan nikmat dari Allah terus menerus.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ

"Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka itu dari Allah." (QS. An-Nahl[6]: 53).

Di antara nikmat besar yang diberikan Allah kepada kita:

1)  Nikmat Iman dan Islam

Ini adalah nikmat terbesar. Tanpa iman dan Islam, kehidupan tidak akan berarti di dunia maupun di akhirat.

2)  Nikmat Hidup dan Kesehatan

Bisa bernapas, bergerak, melihat, mendengar, dan menikmati kehidupan adalah bagian dari nikmat Allah yang sangat besar.

3)  Nikmat Ilmu dan Akal

Kemampuan memahami, berpikir, dan belajar adalah nikmat yang sangat besar.

4)  Nikmat Waktu dan Kesempatan

Setiap detik yang diberikan oleh Allah adalah peluang untuk berbuat baik dan memperbaiki diri.

5)  Nikmat Keamanan dan Kedamaian

Bisa hidup tanpa ketakutan dan berada di dalam lingkungan yang aman juga merupakan karunia Allah.

6)  Nikmat Keluarga dan Anak-anak

Memiliki pasangan, anak-anak, dan keluarga yang mendukung adalah nikmat besar yang sering dilupakan.

7)  Nikmat Rezeki dan Pekerjaan

Makanan, minuman, harta, dan semua bentuk penghidupan adalah karunia dari Allah.

3.   Karena permusuhan setan terus menerus sehingga hamba membutuhkan dekat kepada Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ. إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ.

"Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya (setan) hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, serta mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah[2]: 168-169).

Sedangkan hamba tercipta penuh kelemahan sehingga dengan beribadah menjadikan kuat menghadapi musuhnya yaitu setan.

Allah ta’ala berfirman:

وَخُلِقَ ٱلْإِنسَٰنُ ضَعِيفًا.

"Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah." (QS. An-Nisa[4]: 28).

Ada beberapa penjelasan ulama tentang kelemahan manusia, diantaranya apa yang di sebutkan Ibnu Katsir, beliau menyebutkan riwayat dari thawus dari bapaknya dia berkata:

فِي أَمْرِ النِّسَاءِ.

 “Dalam perkara wanita.”

وَقَالَ وَكِيعٌ: يَذْهَبُ عَقْلُهُ عِنْدَهُنَّ.

Waki’ berkata, “ Hilang akalnya jika dekat wanita.” (lihat tafsir Ibnu Katsir QS. An-Nisa[4]:28)

Ibnul Qoyyim berkata, “ Yang benar disini mencakup semuanya secara umum, kelemahannya lebih dari hal ini dan lebih banyak, manusia lemah badannya, lemah kekuatannya, lemah kehendaknya, lemah ilmu dan lemah kesabaran.” (Thariqul Hijratain 1/228).

4.   Agar kita bisa istiqamah.

Allah ta’ala berfirman:

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ.

“Dan istiqamahlah sebagaimana yang diperintahkan kepadamu.” (QS. Hud[11]:112).

Al Baghawi berkata:

أَيِ: اسْتَقِمْ عَلَى دِينِ رَبِّكَ، وَالْعَمَلِ بِهِ، وَالدُّعَاءِ إِلَيْهِ كَمَا أُمِرْتَ.

“istiqamahlah di atas agama Tuhanmu, beramal dengannya, berdoa kepadanya sebagaimana yang diperintahkan kepadamu.” (Tafsir Al-Baghawi, QS. Hud[11]:112).

Sebagian ahli tafsir mengatakan, istiqamah di atas tauhid, islam.

Allah ta’ala berfirman:

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ.

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat.” (QS. Ibrahim [14]:27).

Qotadah As Sadusi mengatakan, “Yang dimaksud Allah meneguhkan orang beriman di dunia adalah dengan meneguhkan mereka dalam kebaikan dan amalan shalih. Sedangkan di akhirat, mereka akan diteguhkan di kubur.”  (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 4/502.)

5.   Karena ajal setiap saat datang sehingga jangan sampai hamba dalam keadaan maksiat sehingga mati dalam keadaan soul khatimah.

Allah ta’ala berfirman banyak di dalam Al-Qur’an:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ.

“Tiap-tiap umat itu mempunyai waktu yang ditetapkan. Maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. AL-A’raf[7]:34).

Begitu pula di dalam surat Yunus [10]:49, surat An-Nahl[16]:61),surat Al-Munafiqun[63]:10).

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ.

“Sesungguhnya amal itu tergantung akhirnya.” (HR. Bukhari 6607).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ﺍﻟْﻜَﻴِّﺲُ ﻣَﻦْ ﺩَﺍﻥَ ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﻭَﻋَﻤِﻞَ ﻟِﻤَﺎ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ، ﻭَﺍﻟْﻌَﺎﺟِﺰُ ﻣَﻦْ ﺃَﺗْﺒَﻊَ ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﻫَﻮَﺍﻫَﺎ ﺛُﻢَّ ﺗَﻤَﻨَّﻰ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ.

“Orang yang pandai adalah  orang yang mampu mengevaluasi dirinya dan beramal (mencurahkan semua potensi) untuk kepentingan setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang mengikuti hawa nafsu, kemudian berangan-angan kosong kepada Allah” (HR. Tirmidzi).

Adapun hal hal yang harus dilakukan seorang hamba meskipun telah selesai Ramadhan :

1)   Tetap menjaga shalat lima waktu, terutama laki-laki untuk di masjid.

2)   Terus-menerus menuntut ilmu karena ilmu akan sifatnya menguatkan iman dan menerangi langkah.

3)   Menjalankan kiyamul lail (shala tahajud) dengan rutin sebagaimana yang dilakukan di bulan Ramadhan.

4)   Berhias dengan akhlak yang mulia, karena ini merupakan hasil didikan selama bulan Ramadhan dimanq kita telah didik untuk sabar, jujur, penyayang, menjaga lisan dan meninggalkan hal yang tidak berguna.

5)   Menjaga hak-hak yang harus dipenuhi.

6)   Meninggalkan maksiat.

7)   Senantiasa berkumpul dengan orang shalih.

8)   Menggunakan waktu sebaik mungkin dalam ketaatan.

9)   Memperbaiki kekurangan yang belum tercapai.

10)                     Senantiasa memohon kebaikan dunia dan akhirat.

“Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam beliau biasa berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, keterjagaan, dan kekayaan)”(HR. Muslim 2721, At Tirmidzi 3489, Ibnu Majah 3105, Ibnu Hibban 900).

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ.

“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”  (HR. At-Tirmidzi  3522, Ahmad 12107, . Lihat Shahih Sunan At-Tirmidzi Syaikh al-Albani 2792).

 

Semoga  bermanfaat.

-----000-----

Sragen 01-04-2025.

Junaedi Abdullah. 

 

Sabtu, 29 Maret 2025

KHUTBAH IDUL FITRI 2025, HAK-HAK YANG HARUS DIJAGA.

KHUTBAH IDUL FITRI, HAK-HAK YANG HARUS DIJAGA.


Khutbah hajad.

Ama ba’d

Suara takbir, tahmid, dan tahlil menggema diseluruh penjuru dunia, puja dan puji syukur hanya kepada Allah semata, karena Allahlah yang maha besar, maha terpuji dan tidak ada sekutu baginya.

Pada hari yang berbahagia ini umat islam merasakan kebahagiaan, hal itu karena mereka telah menjalani srangkaian ibadah besar yang membawa kepada kebaikan dunia dan akhirat. Semoga Allah menerima amal ibadah kita aamiin.

Pada hari yang berbahagia ini pula marilah kita perhatikan hak-hak yang harus senantiasa kita jaga dan janganlah kita merusak kebahagiaan ini dengan mengabaikan hak tersebut sehingga kita menjadi termasuk orang-orang yang rugi di dunia.

Diantara hak yang harus kita jaga dan kita tunaikan yaitu:

1.   Hak Allah ta’ala.

Menunaikan hak Allah merupakan kewajiban diatas semuanya, karena untuk inilah Allah menciptakan kita. Allah ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ.

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariyat[51]:56).

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. 

"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam." (QS. Al-An'am [6]: 162).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا.

"Hak Allah atas para hamba-Nya adalah agar mereka beribadah kepada-Nya saja dan tidak menyekutukan dengan sesuatu apapun." (Muttafaqun 'Alaihi, Bukhari 2856, Muslim 30).

2.   Hak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hak Rasulullah merupakan hak yang paling besar setelah Allah ta’ala.

Allah ta’ala perintahkan kepada kita agar mengikuti dan mentaatinya.

Allah ta’ala berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ.

Katakanlah, "Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian." (QS. Ali Imran [3]:31).

Konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah mencakup:

تَصْدِيقُهُ فِيمَا أَخْبَرَ، وَطَاعَتُهُ فِيمَا أَمَرَ، وَاجْتِنَابُهُ فِيمَا نَهَى عَنْهُ وَزَجَرَ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا بِمَا شَرَعَ.

Membenarkan apa yang dikabarkan, mentaati apa yang diperintahkan, menjahui apa yang dilarang dan di peringatkan, dan tidak beribadah kecuali apa yang disyari’atkan. " (Syarh Al-Ushul Ats-Tsalatsah" oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin).

3.   Memperhatikan hak orang tua kita.

Orang tua memiliki hak yang besar, dimana orang tua kita yang telah melahirkan kita.

Allah ta’ala berfirman:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا.

“Dan hendaklah kamu beribadah hanya kepada Allah dan janganlah mempersekutukan dengan sesuatu apapun juga dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapak,” (QS. An Nisaa’ [4]: 36).

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Lukman [31]:14).

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا.

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al Israa’ [17]: 23).

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan.” (QS. Al-Isra’ [17]:24).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya:

أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ.

“Amalan apakah yang di cintai Allah?” Beliau bersabda: “Shalat pada waktunya” “Kemudian apa” “Berbakti kepada orang tua” “Kemudian apa” “Jihad di jalan Allah.” (HR. Muslim 85, Ahmad 3998).

رَغِمَ اَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ اَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ اَنْفُ قِيْلَ: مَنْ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ اَدْرَكَ اَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِاَحَدُهُمَااَوْكِلَيْهِمَافَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ.

Celaka, celaka, Dia celaka, Lalu beliau ditanya orang, Siapakah yang celaka, ya Rasulullah? Jawab Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam, Siapa yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu dari keduanya, tetapi dia tidak memasukkannya ke dalam surga.” (HR. Muslim 2551).

Namun tidak boleh mentaati orang tua di dalam kemaksiatan.

Allah ta’ala berfirman:

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا.

"Dan jika keduanya memaksamu mempersekutukan sesuatu dengan-Ku yang tidak ada pengetahuanmu tentang Aku maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik.” (QS. Lukman [31]: 15).

4.   Memperhatikan hak anak kita.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ .

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim[66]: 6).

Allah ta’ala berfirman:

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا.

Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mengerjakan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.“ (QS. Thaha [20]: 132)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ.

“Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat), dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan). (HR. Abu Dawud 495, Ahmad 6756, dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahih wa dha’if Sunan Abu Dawud 495).

Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, termasuk anak kita, kemudian orang didekatnyalah yang akan mempengaruhi takbiat anak tersebut, baik orang tua, teman, guru, maupun lingkungan dimana anak tersebut tumbuh.

Rasululah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Tidaklah setiap anak kecuali dia dilahirkan di atas fitrah, maka bapak ibunyalah yang menjadikan dia Yahudi, atau menjadikan dia Nasrani, atau menjadikan dia Majusi.” (HR. Bukhari 1358 dan Muslim 2658).

Tidak ada pendidikan yang paling besar sebagaimana teladan orang tua kepada anaknya.

Memberikan makan dari yang halal.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ.

“Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram.” (HR. Bukhari 2083).

Ada beberapa yang harus diwaspadai untuk anak-anak kita karena musuh-musuh islam dan orang fasik ingin merusak generasi kita yaitu ingi merusak:

1)   Aqidah anak kita.

2)   Akhlak moral anak kita.

3)   Badan-badan anak kita.

Dari situ tersebar aqidah yang sesat, moral yang rusak, pergaulan bebas dan makanan yang berbahaya untuk dikonsumsi.

5.   Hak kerabat.

Hendaknya memperhatikan hak kerabat kita.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى.

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat.” (QS. An-Nahl [16]: 90).

Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.

”Barangsiapa ingin dilapangkan baginya rezkinya dan dipanjangkan untuknya umurnya hendaknya ia melakukan silaturahim.” (HR. Bukhari 5986, Muslim 2557).

Hakekat menunaikan hak dan menyambung silaturahmi yaitu sebagaimana disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا.

"Silaturahmi bukanlah yang saling membalas kebaikan, akan tetapi seseorang yang berusaha menyambung hubungan persaudaraannya meskipun diputus hubungan persaudaraan dengan dirinya." (HR. Bukhari 5991, Abu Daud 1697, Tirmidzi 1908).

Orang yang memutuskan silaturrami akan diancam dengan neraka.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ يَعْنِي قَاطِعَ رَحِمٍ.

“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan, yaitu memutuskan silaturahmi.” (HR. Bukhari 5984 Muslim 2556).

6.   Hak istri kita.

Allah ta’ala berfirman:

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ.

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” (QS An Nisaa’[4]:19).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَ إِنَّ لَكُمْ عَلَى نِسَائِكُمْ حَقًّا وَلِنِسَائِكُمْ عَلَيْكُمْ حَقَّا.

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kalian memiliki hak atas isteri-isteri kalian dan isteri-isteri kalian juga memiliki hak atas kalian.” (HR Tirmidzi 1163, dihasankan syaikh al-Albani di dalam Sunan Ibni Majah 1851).

كُلٌّ كَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ صَدَقَةٌ. 

“Setiap kata-kata yang baik Itu adalah sedekah.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad 422. Dishahihkan Syaikh al-Albani berdasarkan riwayat-riwayat lainnya di dalam ash-Shahihah 577).

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا .

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya, dan yang paling baik di antara kamu sekalian adalah yang paling baik akhlaqnya terhadap isteri-isterinya.” (HR. Ahmad 7402, Tirmidzi 1162, Abu Dawud 4682 dihasan oleh syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 284).

7.   Hak suami.

Hendaknya seorang istri memahami hak-hak suaminya.

Allah ta’ala berfirman:

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ. 

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (QS. An-Nisaa’[4]: 34).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا.

Seandainya aku dibolehkan  seseorang bersujud kepada orang lain, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.” (HR.Tirmidzi 1159 Ibnu Majah 1853, di shahihkan Syaikh al-Albani di dalam al-Irwaa’1998).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ.

“Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya.” (HR. Ahmad 1661, Ibnu Hibban 4163, dishahihkan   Syaikh al-Albani, di dalam Shahihul Jami’ 660).

إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ أَنْ تَجِىءَ لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ.

“Jika seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya, istri enggan memenuhinya, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu Shubuh” (HR. Bukhari 5193 Muslim 1436).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, “Wanita yang bagaimana yang paling baik?” Beliau menjawab:

الَّذِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِيمَا يَكْرَهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ.

“Jika dipandang (suami) ia menyenangkan, jika diperintah ia taat, tidak menyelisihi suaminya dalam perkara-perkara yang dibencinya, baik dalam dirinya maupun hartanya.” (HR. Ahmad 7421, Nasai 3231 di shahihkan Syaikh al-Albani, As-Shahihah 1838).

Hendaknya seorang istri pandai-pandai bersyukur karena wanita yang tidak bersukur paling banyak memasukkan kedalam neraka.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ  قَالَ: يَكْفُرْنَ العَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ.

“Diperlihatkan kepadaku neraka dan aku dapati kebanyakan penghuninya adalah para wanita yang ingkar. Rasul ‘alaihish shalatu wassalam ditanya: “Apakah mereka ingkar kepada Allah..? Nabi bersabda: “Mereka ingkar kepada suaminya dan ingkar kepada kebaikan suaminya. Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang mereka selama satu tahun, kemuadia wanita tersebut melihat satu kejelekan darimu, maka ia akan berkata: “Aku tak pernah melihat engkau berbuat baik sedikitpun.” (HR. Bukhari 1052 Muslim 907).

Adapun cara bersukur yaitu dengan melihat orang yang dibawah kita.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.

“Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." (HR Bukhari 6490, Muslim 296).

Allah mengancam para wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya dengan neraka.

Demikianlah khutbah ini kami tutup semoga Allah memasukkan kita kedalam surganya aamiin Allahumma aamiin.

-----000-----

Sragen 30-03-2025

Junaedi Abdullah.


Selasa, 25 Maret 2025

GORESAN DETIK-DETIK PERPISAHAN DENGAN RAMADHAN.

 



Goresan detik-detik

BERPISAH DENGAN RAMADHAN.

 

Betapa cepatnya engakau Ramadhan berlalu…

Rasanya sangat singkat berjumpa denganmu.

Dengan kelembutan-Mu Ya Allah kau perbaiki badan-badan  yang rapuh ini sehingga menjadi sehat.

Dengan kasih sayang-Mu Kau perbaiki akhlak-akhlak rendah ini.

Dengan kemuliaan-Mu Kau rengkuh dan Kau perbaiki hubungan diantara kami.

Dengan keluasan rahmat-Mu Kau perbaiki hubungan ini dengan-Mu, padahal engkau maha kuasa terhadap segala sesuatu, kuasa menghukum kami, namun engkau memilih memberikan rahmat-Mu kepada kami.

Ramadhan, di mana pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.

Namun kini Ramadhan di ambang pintu untuk pergi, sedangkan kita tidak tahu apakah masih diberi kesempatan menemuinya lagi atau tidak.

Adakah amal-amal kita diterima, ataukah justru hanya penggugur kewajiban sehingga hanyalah himbas belaka?

Ataukah malam-malam yang telah berlalu menjadi saksi ketaatan kita, atau malah menjadi saksi kelalaian kita sehingga menjadi rugi?

Betapa sedih hati ini karena mengingat akan ditingalkan bulan yang penuh rahmat dan berkah sedangkan genderang perang akan segera ditabuh dan dimulai kembali dengan iblis dan pasukannya.

Siapakah yang bisa menjamin diri kita, apakah kita bisa berjaya, atau gugur terseret nafsu dan menjadikan kemurkaan Allah.

Duhai jiwa yang lemah ini, kemanakah kusembunyikan untuk menyelamatkan diri ini.

Sedangkan musuh kami telah menyiapkan pasukannya dan telah memasang jerat (wanita dan lainya) dimana-mana.

Ya Allah, kepada-Mu jua kami memohon pertolongan untuk menghadapi nafsu kami dan musuh kami (iblis dan bala tentaranya).

Janganlah Kau serahkan dan Kau biarkan kammi dikuasai musuh.

Ramadhan, maafkanlah kami yang lalai untuk mengistimewakanmu.

Maafkan kami yang terlena dengan gemerlapnya dunia dan kesibukan ini.

Selamat jalan Ramadhan, semoga kami bisa istiqamah dan dapat berjumpa denganmu kembali. Aamiin

 

 

 

-----000-----

 

Sragen 26-03-25.

Junaedi Abdullah.

Selasa, 11 Maret 2025

MERAIH KEBAHAGIAAN DUNIA DAN AKHIRAT DENGAN IMAN DAN TAKWA.

 



Tidaklah manusia yang hidup dimuka bumi ini kecuali mereka semua mendambakan hidup bahagia, tentram, damai dan aman.

Hal itu akan terwujud apabila kita mengikuti syariat ini dengan benar, oleh karena itu siapapun yang menghendaki hdup bahagia penting untuk mengetahui perkara ini:

1.Penyebab yang menghalangi kebahagiaan.

Para penghuni surga tidak lagi mengenai mereka rasa kuatir dan kesedihan.

Allah ta’ala berfirman:

ادْخُلُوا الْجَنَّةَ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمْ وَلَا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ.

(Allah berfirman,) “Masuklah kamu ke dalam surga! Tidak ada rasa takut padamu dan kamu juga tidak akan bersedih.” (QS. Al-A’raf[7]:49).

Dari ayat kita mengetahui penghalang kebahagiaan manusia di dunia ini  ada dua:

1)   Rasa khauf, yaitu: kekawatiran, kecemasan, galau, terhadap perkara yang akan datang.

2) Hazn yaitu: mengingat kesedihan-kesedihan sesuatu yang telah lalu.

Dua hal yang tidak lagi dirasakan oleh penduduk surga, bahkan apapun yang diinginkan oleh jiwa semua akan terpenuhi.

Allah ta’ala berfirman:

وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ وَأَنتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ.

“Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya” (QS. Az-Zukhruf [43]: 71).

Sebagaimana ada pembahasan sendiri tentang masalah surga.

2.Orang beriman dan bertakwa bahagia di dunia sebelum di akhirat.

Allah ta’ala berfirman:

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ. الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ . لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ.

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. ” (QS. Yunus [10]:62-63).

Banyak ahli tafsir yang menjelaskan bahwa kebahagiaan ini nanti akan diraih di akhirat saja (surga), namun sebagian ahli tafsir diantaranya Thahir bin Asyur(Ibnu Asyur),(Tafsir At-Tahrir wa At-Tanwir) membawakan ayat ini umum, karena akhir ayat ini diakhiri dengan berita gembira di dunia maupun di akhirat.

Sehingga yang dimaksud,”Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, tidak (pula) mereka bersedih hati” maksudnya, “tidak ada kekawatiran yang terus menerus (menetap) demikian kesedihan akan hilang dengan kesabaran.”

Sebagaimana Rasulullah ketika perang Badar beliau berdoa:

اللهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ.

Ya Allah, jika golongan islam ini binasa, maka tidak ada lagi yang akan menyembah-Mu di muka bumi ini.” (HR. Muslim 1763).

Begitu pula ketika Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam kehilangan anak beliau Ibrahim, beliaupun sedih dan menangis, beliau bersabda:

إِنَّ العَيْنَ تَدْمَعُ، وَالقَلْبَ يَحْزَنُ، وَلاَ نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا، وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ.

Kedua mata boleh mencucurkan air mata, hati boleh bersedih, hanya kita tidaklah mengatakan, kecuali apa yang diridai oleh Rabb kita. Dan kami dengan perpisahan ini wahai Ibrahim pastilah bersedih.” (HR. Bukhari 1303, Muslim 2315).

Semua ini menunjukkan kekawatiran dan kesedihan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun kekawatiran dan kesedihan itu tidak terus menerus di dalam hati dan bahkan akan hilang dengan kesabaran.

Sehingga makna sempurnanya:

أَنَّ اللَّهَ ضَمِنَ لِأَوْلِيَائِهِ أَنْ لَا يَحْصُلَ لَهُمْ مَا يَخَافُونَهُ وَأَنْ لَا يَحُلَّ بِهِمْ مَا يُحْزِنُهُمْ.

"Dia menjamin kepada para wali-Nya bahwa tidak mengenai sesuatu yang mereka takutkan dasn tidak menimpa kepada mereka sesuatu yang menyedihkan.” (Ibnu Asyur, Tafsir At-Tahrir wa At-Tanwir QS.Yunus[10]:62-64).

3.Allah menjamin orang yang mengikuti petunjuk.

Allah ta’ala telah memperjelas hal ini:

قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ.

Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (  QS. Al-Baqarah[2]:38).

فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى.

Barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka" (QS. Thaha[20]:123).

Ini merupakan kabar yang Allah sampaikan kepada orang-orang beriman dan bertakwa, oleh karena itu seandainya ada orang beriman tidak bahagia maka imannya belum benar, bisa jadi hal itu dikarenakan 2 sebab:

1)  Karena kejahilannya terhadap agama, sehingga sengsara.

2)  Terjerumus kedalam maksiat dan tidak segera bertaubat.

Kebahagiaan seseorang diukur sejauh mana seseorang menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan, karena kemaksiatan akan menjauhkan dari kebahagiaan.

Ibnul Qayyim mengatakan bahwa tanda kebahagiaan seorang hamba ada tiga, yaitu:

إِذَا أَنْعَمْتَ عَلَيْهِ شَكَرَ، وَإِذَا ابْتَلَيْتَ صَبَرَ، وَإِذَا أَذْنَبَ اسْتَغْفَرَ . فَإِنَّ هَذِهِ الْأُمُورَ الثَّلاثَةَ عُنوانُ سَعَادَةِ الْعَبْدِ، وَعَلاَمَةُ فَلاحِهِ فِي دُنْيَاهُ وَآخِرَتِهِ، وَلَا يَنفَكُّ عَبْدٌ عَنْهَا أَبَدًا.

"Apa bila engkau mendapatkan nikmat atasnya engkau bersyukur, apabila engkau mendapat cobaan engkau bersabar dan apa bila engkau melakukan dosa engkau bertaubat, sesungguhnya tiga perkara ini adalah tanda kebahagiaan seorang hamba, dan tanda keberuntungannya di dunia dan akhirat, seorang hamba tidak akan dapat terlepas dari hal itu selamanya." (Al-Wabil Ash-Shayyib 1/5, Asy-Syamilah).

Meskipun seseorang mendapatkan musibah, namun dirinya menyadari bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan musibah tersebut, sehingga imannya bersinar, hatinya lapang dan merasakan nikmatnya bersabar.

Abu Qilabah, dimana sebagian besar panca inderanya tak berfungsi,  kedua tangannya buntung matanya buta dan ia tidak memiliki apa-apa bagi dirinya, tapi dia merasakan nikmatnya iman dan takwa serta kedekatannya kepada Allah ta’ala, sehingga yang keluar dari mulutnya adalah pujian.

الحَمْدُ لله الَّذِي فَضَّلَنِي عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً .. الحَمْدُ للهِ الَّذِي فَضَّلَنِي عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَق تَفْضِيْلاً ..

“Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas kebanyakan manusia… Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas kebanyakan manusia… ” (Ats-Stiqat, Ibnu Hibban, Nawadir Al-Qalyubi, ‘Aasyiqun fi Ghurfatil ‘amaliyyaat, oleh Syaikh Muhammad Al-Arify).

Dari Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.

(Sungguh) mengherankan orang yang beriman, karena semua keadaannya baik untuk dirinya, dan hal ini tidak terjadi kecuali pepada seorang mukmin, jika dia mendapatkan kesenangan dia bersyukur maka itu baik baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia bersabar, itu juga baik baginya.” (HR. Muslim 2999).

Oleh karena itu para ulama meskipun keadaan lahir mereka menderita, namun hati mereka merasakan kebahagiaan, hal itu mereka tulis di dalam tulisan-tulisan mereka.

لَوْ يَعْلَمُ الْمُلُوكُ وَأَبْنَاءُ الْمُلُوكِ مَا نَحْنُ فِيهِ لَجَالَدُونَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوفِ.

"Seandainya para raja dan anak-anak raja(pangeran) mengetahui apa yang kami rasakan (dalam kebahagiaan dan kedamaian beribadah), niscaya mereka akan berusaha merebutnya dari kami meskipun dengan pedang-pedang mereka.” (Al-Jawabul Al-Kafi 1/233 Ibnul Qayyim Al-Jauziah).

Ibnu Taimiyah berkata:

إِنَّ فِي الدُّنْيَا جَنَّةً مَن لَّمْ يَدْخُلْهَا لَمْ يَدْخُلْ جَنَّةَ الْآخِرَةِ.

“Sesungguhnya di dunia ada surga, barangsiapa yang tidak memasukinya, maka ia tidak akan masuk surga di akhirat.” ( Lihat Fatawa As-Shabakati Al-Islamiyah 9/4018, Al-Jawabul Al-Kafi 1/77).

مَا فَعَلَ أَعْدَائِي بِي، إِنَّ جَنَّتِي فِي صَدْرِي.

"Apa yang dapat dilakukan musuh-musuhku terhadap diriku? Sesungguhnya surgaku ada di dalam hatiku."

Ibnul Qayyim mengatakan: “Demi Allah, aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih bahagia hidupnya dari pada beliau, Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah.” (Al Waabil ash Shayyib min al-Kalam At Thayyib, Hal : 69-71).

4.Kebahagiaan orang kafir hanyalah kebahagiaan yang semu belaka.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُورًا.

“Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir).” (QS. Insiqaq[84]:13).

“Sehingga kebahagiaan singkat yang ia rasakan akhirnya digantikan oleh kesedihan panjang." (Tafsir Ibnu Katsir, QS. AL-Insiqaq [84]:13).

Jadilah kebahagiaan ini adalah kebahagiaan yang semu, sebagaimana firman Allah ta’ala:

نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلًا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَى عَذَابٍ غَلِيظٍ.

“Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam azab yang keras.” (QS. Lukman[31]:24).

لَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ.

“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” (QS. At-Taubah[9]:55).

Dimana hakekat kehidupan mereka adalah sempit dan menyiksa.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى.

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (QS. Thaha[20]:124).

"مَعِيشَةً ضَنْكًا" ini mengandung makna bahwa kehidupan orang yang berpaling dari peringatan Allah akan terasa sangat sempit, penuh kesulitan, dan ketidakbahagiaan. Meskipun dia mungkin terlihat kaya atau memiliki banyak hal secara duniawi, hatinya akan merasakan kehampaan, kegelisahan, dan ketidaktenangan. (Tafsir Ibnu Katsir, QS.Thaha[20]:124).

5.Perintah dan larangan Allah agar hamba mencapai derajat takwa.

Perintah Allah dalam berbagai bentuk ibadah tidak lain agar hamba mencapai derajat takwa, karena ketakwaan merupakan sumber kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah[2]:21).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah[2]:183).

Begitu pula semua kebaikan yang dilakukan hamba akan kembali bagi hamba sendiri.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ.

"Barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. " (QS. Lukman[31]:12).

6.Allah mencintai dan memuliakan orang-orang yang bertakwa.

Di antara kemuliaan takwa Allah sebutkan:

1) Takwa merupakan wasiat umat dahulu dan umat ini.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ.

”Dan sungguh Kami telah wasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu, bertakwalah kepada Allah.” (QS. An-Nisa’ [4]: 131).

وَصَّيْنَاكُمْ بِمَا وَصَّيْنَاهُمْ بِهِ، مِنْ تَقْوَى اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، بِعِبَادَتِهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ.

Ibnu Katsir berkata, “Kami telah berwasiat kepada dengan apa yang telah padanya kami wasiatkan kepada mereka berupa takwa kepada Allah ‘azza wa jalla, beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya. (Tafsir Ibnu Katsir, QS. An-Nisa’[4]:131).

Hal ini bisa dilihat di antaranya  di dalam surat Al-Baqarah ayat 83.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.

“Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan iringilah sesuatu perbuatan dosa (kesalahan) dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR. Tirmidzi 1987, Ahmad 21354, dihasankan Syaikh al-Albani di dalam Sunan Tirmidzi 1987).

2) Takwa menjadikan kecintaan Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:

بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ.

“(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Imran[3]:76).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ.

”Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman…, “Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.’” (HR. Bukhari 6502, shahih Ibnu Hibban 347).

3) Allah senantiasa bersama orang-orang yang bertakwa.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ.

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl[16]:128).

4) Takwa merupakan sebaik-baik bekal di dalam hidup.

Allah ta’ala berfirman:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.

“Dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah[2]:197).

5) Takwa akan menjadi sebab dibukakan keberkahan dari langit dan bumi.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ.

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf[7]:96).

6) Takwa akan diberi kemudahan dan jalan keluar dari setiap masalahnya.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا.

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS.At-Talaq[65]:2).

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا.

“Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS.At-Talaq[65]:4).

 7.Amal-amal yang menghantarkan kepada kebahagiaan.

orang-orang yang beriman dan bertakwa tidak mendapatkan kebahagiaan dan kentraman begitu saja, akan tetapi mereka berusaha dengan amal shalih yang dilakukan.

Sebagaimana Allah ta’ala janjikan:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.

“Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Nahl[16]:97).

Diantara contoh amal-amal tersebut yaitu:

1)  Beribadah dengan Ikhlas.

Berbagai macam bentuk ibadah hendaknya dilakukan dengan ikhlas.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ.

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS. Adh-Dhariyat[51]: 56).

Allah ta’ala berfirman:

ومَا أُمِرُوْا إِلاَّلِيَعْبُدُاللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ.

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…”(QS. Al-Bayyinah[98] : 5).

فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ.

“Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar [39]:2).

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا.

“Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. Alkahfi [18]:110).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

  إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى.

“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya.” (HR Bukhari 1, 6689, Muslim 1907).

2)  Bersyukur.

Allah menjelaskan bagaimana sifat asal manusia, mereka selalu mengeluh.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا . إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا . وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا.

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir..” (QS. Al Maarij [70]: 19-21).

Oleh karena itu Allah perintahkan agar manusia bersyukur.

Allah ta’ala berfirman:

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim [14]:7).

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ.

“Jika engkau menghitung nikmat Allah engkau tak akan mampu menghitungnya, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha pengasih.” (QS. An-Nahl[16]:18).

مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ.

“Barang siapa orang yang tidak bersyuur kepada manusia dia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. Tirmidzi 1954, Ahmad 11703 di shahihkan syaikh al-Albani di dalam Al-Misykah 3025).

3)  Bersabar terhadap berbagai cobaan yang mengenai.

Allah ta’ala berfirman:

وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ.

“Dan sabarlah kalian! Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal [8]: 46) (QS Al-Baqarah [2]:153).

وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا.

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.” (QS Ali Imran [3]: 120).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.

"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin sesungguhnya segala urusannya adalah kebaikan baginya, dan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur dan itu baik baginya; dan jika ia ditimpa musibah, ia bersabar dan itu pun baik baginya." (HR. Muslim 2999).

Al-Junaid pernah ditanya tentang sabar. Dia menjawab, "Yaitu menelan kepahitan tanpa mengerutkan muka." (Tazkiyatun Nafs Dr. Ahmad Farid).

Dzun Nun Al-Mishri berkata, "Sabar adalah menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan agama bersikap tenang ketika menghadapi ujian yang berat, menampakkan kecukupan di kala kefakiran datang dalam kehidupan."(Tazkiyatun Nafs Dr. Ahmad Farid).

4)  Bertaubat jika melakukan kemaksiatan.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya.” (QS.At-Tahrim[66]:8).

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ.

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Al-Imran[3]:135).

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” ( QS. Az-Zumar[39]:53)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً.

“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari 6037)

يَآايُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّي أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ.

Hai sekalian manusia,taubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampun kepadaNya, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR Muslim 2702).

يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ.

“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.” (HR. Muslim 6737)

5)  Memaafkan dan bersikap baik kepada orang lain.

Allah ta’ala berfirman:

وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain sesungguhnya Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” QS Ali ‘Imran [3]:134.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ.

“Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Azza wa Jalla akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari Kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari.”  (HR Abu Daud 4777, Tirmidzi 2493, dihasankan Syaikh al-Albani di dalam Al-Misykah 5088).

6)  Bertawakal kepada Allah.

Allah ta’ala brfirman:

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ.

"Apabila kamu sudah bertekat maka bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal." (QS. Al-Imran[3]: 159).

إِنْ يَنصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ

"Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkan kamu." (QS. Al-Imran[3]: 160).

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan memberi baginya jalan keluar.   Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…”(QS.At Thalaq[65]:2-3).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغدُوْ خِمَاصًا ، وتَرُوْحُ بِطَانًا .

“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh tawakkal kepada-Nya, niscaya kalian akan diberikan rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung. Pagi hari burung tersebut keluar dalam keadaan lapar dan di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR Tirmidzi 2344, Ibnu Majah 4164, lihat Silsilah Al Hadist As Sahihah 310).

Tidaklah Allah perintahkan kita bertawakal kecuali hal itu akan memberi manfaat urusan dunia dan akhirat kita, manfaat akhirat yaitu Allah akan mencatat sebagai ibadah, sedang manfaat dunia yaitu akan menentramkan hati orang-orang yang beriman.

7)  Banyak berdzikir dan membaca Al-Qur’an.

Allah ta’ala berfirman:

ﻭَﻧُﻨَﺰّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺂﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺍﻟﻈّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇَﻻّ ﺧَﺴَﺎﺭﺍً.

Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-Israa’ [17]: 82).

Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithi rahimahullah berkata:

“Obat yang mencakup obat bagi penyakit jiwa dan raga, seperti keraguan, kemunafikan, dan perkara lainnya. Bisa menjadi obat bagi jasmani jika dilakukan ruqyah kepada orang yang sakit. Sebagaimana kisah seseorang yang terkena sengatan kalajengking diruqyah dengan membacakan Al-Fatihah. Ini adalah kisah yang shahih dan masyhur” (HR. Bukhari dan Muslim) (Tafsir Adhwaul Bayan, QS Al-Isra’ [17]:82).

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ.

“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS. Yunus[10]:57).

Orang-orang beriman selalu berdzkir, baik dengan lisan maupun dengan membaca Al Qur’an.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ.

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d[13]:28)

8)  Bersedekah.

Allah ta’ala berfirman:

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ.

“Infakkanlah sebagian dari apa yang Aku berikan kepada kalian, sebelum kematian mendatangi kalian, kemudian dia berkata: “Ya Rab, andai Engkau menunda ajalku sedikit saja, agar aku bisa bersedekah dan aku menjadi orang shaleh.” (QS. Al Munafiqun[63]: 10).

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ.

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas dan Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah[2]:161).

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ.

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan siang hari, secara tersembunyi maupun terang-terangan, maka bagi mereka pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati" (QS. Al-Baqarah[2]:274).

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ.

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim 2588, Ahmad 7206).

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ, فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ.

“Jauhilah api neraka, walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika kamu tidak punya, maka bisa dengan kalimah thayyibah” (HR. Bukhari 6023, Muslim 1016).

9)  Berteman dengan orang-orang shalih.

Orang shalih akan mengobati luka hati seseorang, sedangkan orang fasiq akan membuat luka.

Allah azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At-Taubah[9]:119).

Adapun orang yang fasik akan di kumpulkan besama-sama orang yang fasik.

احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ.

(kepada malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah.” (QS As-Safaat[37]:22).

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.

“Seseorang itu mengikuti agama teman dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan teman dekat.” (HR. Abu Dawud, 4833;Tirmidzi, 2378. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahihu Al-Jami’ 3545).

10)  Berdoa kepada Allah.

Allah ta’ala berfirman:

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

"Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari azab neraka." (QS. Al-Baqarah[2]:201).

اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا.

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, hawa nafsu yang tidak pernah puas dan doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim 2722).

8.Kenikmatan surga bagi orang beriman dan bertakwa setelah kenikmatan dunia.

Allah ta’ala berfirman:

تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَنْ كَانَ تَقِيًّا.

"Begitulah surga yang Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang mengerjakan takwa.” (QS. Maryam[19]:63).

1)  Gambaran surga yang tak terlukiskan.

ALlah ta’ala berfirman:

وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ.

“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.”(QS. Al-Baqarah [2]:25).

Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّا لحِينَ مَ لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرِ.

“Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih kenikmatan (tinggi di surga) yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia.” (HR. Bukhari 3072, Muslim 2824).

2)  Rombongan-rombongan orang yang masuk surga.

Allah ta’ala berfirman:

وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا ۖحَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ.

“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabb-nya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu, maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.” (QS. Az Zumar [39]: 73).

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ عَلَى صُوْرَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ عَلَى أَشَدِّ كَوْكَبٍ دُرِّيٍّ فِي السَّمَاءِ إِضَاءَةً لاَ يَبُوْلُوْنَ وَلاَ يَتَغَوَّطُوْنَ وَلاَ يَتْفُلُوْنَ وَلاَ يَمْتَخِطُوْنَ, أَمْشَاطُهُمْ مِنْ الذَّهَبِ ، وَرَشْحُهُمْ الْمِسْكُ ، وَمَجَامِرُهُمْ الْأَلُوَّةُ ، وَأَزْوَاجُهُمْ الْحُوْرُ الْعِيْنُ عَلَى خُلُقِ رَجُلٍ وَاحِدٍ عَلَى صُوْرَةِ أَبِيْهِمْ آدَمَ سِتُّوْنَ ذِرَاعًا فِي السَّمَاءِ.

“Sesungguhnya rombongan pertama yang masuk Surga dalam rupa, seperti bulan purnama. Adapun rombongan setelah mereka dalam rupa bintang yang sangat terang di langit yang cerah. Tidaklah mereka buang air kecil, buang air besar, beringus dan meludah. Sisir mereka terbuat dari emas, keringat mereka adalah misk (minyak wangi), mijmar (wadah minyak wangi) mereka adalah al ‘uluwwah (kayu gaharu India), istri-istri mereka adalah para bidadari. Mereka memiliki akhlak yang sama dan bentuk tubuh mereka semua sama, yaitu seperti bentuk tubuh ayah mereka, Adam, sepanjang enam puluh hasta menjulang ke langit.” (HR. Bukhari 3327, Muslim 2834).

3)  Sungai-sungai di surga.

Allah ta'ala berfirman:

فِيهَآ أَنْهَٰرٌ مِّن مَّآءٍ غَيْرِ ءَاسِنٍ وَأَنْهَٰرٌ مِّن لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُۥ وَأَنْهَٰرٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشَّٰرِبِينَ وَأَنْهَٰرٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى.

“Di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring.” (QS. Muhammad [47]: 15).

4)  Bangunan di surga.

Di tanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang surga:

كَيْفَ هِيَ؟ قَالَ: مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يَحْيَى لَا يَمُوتُ، وَيَنْعَمُ لَا يَبْأَسُ، وَلَا تَبْلَى ثِيَابُهُ وَلَا يُبْلَى شَبَابُهُ، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ بِنَاؤُهَا؟ قَالَ: لَبِنَةٌ مِنْ فِضَّةٍ وَلَبِنَةٌ مِنْ ذَهَبٍ، مِلَاطُهَا مِسْكٌ، وَحَصْبَاؤُهَا اللُّؤْلُؤُ وَالْيَاقُوتُ، وَتُرَابُهَا الزَّعْفَرَانُ.

“Bagaimanakah surga?” Beliau menjawab, “Barang siapa yang masuk surga akan terus hidup tak akan mati, terus akan mendapatkan kenikmatan tidak akan susah, tak akan lapuk bajunya, dan tak akan hilang masa mudanya.” Ditanyakan, “Wahai Rasulullah, bagaimana bangunannya?” Beliau menjawab, “Ada yang batanya dari perak dan ada yang dari emas, (adukan) semennya adalah misik, kerikilnya adalah mutiara dan permata, dan tanahnya adalah za’faran.” (HR. Ibnu Abi Syaibah33955 dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Bani dalam tahqiq Misykatul Mashabih).

5)  Makanan di surga.

Daging burung.

Sebagaimana yang di sebutkan Allah ta’ala:

وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ.

“Daging burung dari apa yang mereka inginkan.” (QS. Al Waqi’ah [56]: 21).

Hati Ikan Dan Daging Sapi.

Abdullah bin Salam pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di awal kedatangannya di Madinah:

مَا أَوَّلُ شَيْءٍ يَأْكُلُهُ أَهْلُ الْجَنَّةَ؟ فَقَال: زِيَادَةُ كَبِدِ الْحُوتِ.

“Apa yang pertama kali dimakan oleh penduduk surga?” Beliau menjawab, “Hati ikan.” (HR. Bukhari 6520).

6)  Minuman surga.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا.

Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur.” (QS. Al-Insan [76]: 5).

Ada seorang Yahudi bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

قَالَ: فَمَا شَرَابُهُمْ عَلَيْهِ؟ قَالَ: مِنْ عَيْنٍ تُسَمَّى سَلْسَبِيلًا.

Ia bertanya “Apa minuman mereka?” Beliau menjawab, “(Minuman mereka diambil dari) mata air salsabila.” Lalu ia mengatakan, “Engkau benar.” (HR. Muslim 315).

7)  Istri-istri di surga.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ.

“Dan untuk mereka, di dalamnya ada isteri-isteri yang suci, dan mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 25).

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ يُرَى مُخُ سَاقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ مِنَ الْحَسَنِ لاَ اخْتِلاَفَ بَيْنَهُمْ وَلاَ تَبَاغُضَ قُلُوْبُهُمْ قَلْبٌ وَاحِدٌ يُسَبِّحُوْنَ اللهَ بُكْرَةً وَعَشِيًّا.

“Bagi setiap penghuni surga dua orang istri, terlihat sum-sum betisnya dari balik dagingnya, karena indahnya, tidak ada perselisihan diantara mereka, serta tidak ada permusuhan. Hati-hati mereka seperti hati yang satu, mereka bertasbih kepada Allah pagi dan petang.” (HR. Muslim 2834).

8)  Penghuni surga merasa puas.

Allah ta’ala berfirman:

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاعِمَةٌ . لِسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ . فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ . لَا تَسْمَعُ فِيهَا لَاغِيَةً . فِيهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌ . فِيهَا سُرُرٌ مَرْفُوعَةٌ . وَأَكْوَابٌ مَوْضُوعَةٌ . وَنَمَارِقُ مَصْفُوفَةٌ . وَزَرَابِيُّ مَبْثُوثَةٌ. 

“Banyak muka pada hari itu berseri-seri, merasa senang karena usahanya, dalam surga yang tinggi, tidak kamu dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna. Di dalamnya ada mata air yang mengalir. Di dalamnya ada tahta-tahta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya), dan bantal-bantal sandaran yang tersusun, dan permadani-permadani yang terhampar.” (QS. Al-Ghasiah [88]:8-16).

9)  Mereka akan dikumpulkan bersama dengan keluarga mereka yang beriman.

Allah ta’ala berfirman:

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ . سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ.

“(Yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang shalih dari bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya, sedangkan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), "Keselamatan terlimpahkan kepada kalian berkat kesabaran kalian." Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar Ra’d [13]: 23-24).

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Allah menghimpunkan mereka bersama kekasih-kekasih mereka di dalam surga, yaitu bapak-bapak mereka, keluarga mereka, dan anak-anak mereka yang layak untuk masuk surga dari kalangan kaum mukmin, agar hati mereka senang. Sehingga dalam hal ini Allah mengangkat derajat orang yang berkedudukan rendah ke tingkat kedudukan yang tinggi sebagai anugerah dari-Nya dan kebajikan-Nya, tanpa mengurangi derajat ketinggian seseorang dari kedudukannya. Hal ini sama dengan yang diungkapkan oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya:

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شِيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ.

“Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath-Thur[52]: 21).

 10) Orang beriman akan melihat Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ . إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ.

 "Pada hari itu, wajah-wajah (orang-orang beriman) berseri-seri. Kearah Tuhan mereka, mereka melihat." (QS.Al-Qiyamah [75]:22-23).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذِهِ الْقَمَرَ لَيْلَةَ الْبَدْرِ.

“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian seperti kalian melihat bulan pada malam purnama.” (HR. Bukhari 7437).

Demikianlah kebahagiaan orang yang beriman dan bertakwa, mereka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

 

-----000-----

 

Sragen 13-03-2025

Junaedi Abdullah. 

HUD AQIDATAKA BAB 5 SOAL: 3 FENOMENA KESYIRIKAN PADA MASYARAKAT.

  BAB 5 SYIRIK BESAR. SOAL: 3 FENOMENA KESYIRIKAN PADA MASYARAKAT.   م - هَلِ الشِّرْكُ مَوْجُودٌ فِي هٰذِهِ الأُمَّةِ . Soal: A...