Kamis, 06 Maret 2025

KEUTAMAAN ANAK SHALIH

 


Setiap orang tua pasti menghendaki anaknya menjadi orang yang shalih dan shalihah, karena anak shalih dan shalihah memiliki keutamaan yang besar, adapun di antara keutamaannya yaitu:

1.   Anak shalih akan menjadi penyejuk hati.

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.

“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al Furqan[24] : 74).

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: يَعْنُونَ مَنْ يَعْمَلُ بِالطَّاعَةِ، فتقرُّ بِهِ أَعْيُنُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.

Berkata Ibnu Abbas, “ Yakni baraang siapa beramal ketaatan sehingga mereka menjadi penyejuk mata di dunia dan akhirat.” (Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Furqan[25]:74).

2.   Pahala tetap mengalir meskipun orang tua sudah meninggal.

Allah ta’ala berfirman:

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى.

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm[53]:39).

Berdasarkan ayat ini Imam Syafii dan para pengikutnya menyimpulkan bahwa bacaan Al-Qur'an yang dihadiahkan kepada mayat tidak dapat sampai karena bukan termasuk amal perbuatannya dan tidak pula dari hasil upayanya.. (Tafsir Ibnu Katsir, QS. An-Najm[53]:39).

Adapun anak shalih merupakan bagian dari hasil usaha orang tua.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ مِنْ أَطْيَبِ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ وَوَلَدُهُ مِنْ كَسْبِهِ.

“Sesungguhnya yang paling baik dari makanan seseorang adalah hasil jerih payahnya sendiri. Dan anak merupakan hasil jerih payah orang tua.” (HR. Abu Daud 3528, Baihaqi 15743, Ibnu Majah 2290, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam shahih Ibnu Majah 2137).

Lebih jelas bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ.

"Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kepadanya." (HR. Muslim 1631, Tirmidzi 1376).

Betapa besarnya pahala seseorang apabila mendidik anaknya menjadi anak shalih dan shalihah, kemudian anak-anak tersebut beradakwah dan mengajarkan kebaikan, begitu pula memiliki anak-anak lagi dan demikian seterusnya, sehingga pahala orang tua mengalir sangat banyak, inilah asset yang tak bisa dibandingkan dengan harta.

3.   Anak shalih akan meninggikan derajat orang tuanya di surga.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ: أَنَّى هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ.

“Sungguh seorang akan ditinggikan derajatnya di surga, maka dia bertanya, ‘Bagaimana aku bisa mencapai semua ini? Maka dikatakan padanya: (Ini semua) disebabkan istigfar (permohonan ampun kepada Allah yang selalu diucapkan oleh) anakmu untukmu.” (HR. Ibnu Majah 3660, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 1598).

4.   Anak shalih akan memberikan manfaat kepada masyarakat.

Mereka akan mewarnai dengan kebaikan di masyarakat dan bahkan di dunia ini. Mereka akan menghentikan keburukan dan kedzoliman yang ada.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ.

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl[16]:128).

Rasulullah shallallahu ‘alaiahi wa sallam bersabda:

خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. tabrani di dalam al-Mu’jam al-Awasath 6/52, Dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam shahihul jami’ 3289, Ash-Shahihah 427).

5.   Anak shalih akan menemani di dunia dan kelak di akhirat.

Di dunia mereka setiap saat akan mendatangi jika dipanggil, akan menemani jika dibutuhkan, begitu pula di akhirat akan bersama-sama dengan orang tuannya.

Allah ta’ala berfirman:

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ.

“(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.” (QS. Ar-Ra‘du[13]: 23)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Allah menghimpunkan mereka bersama kekasih-kekasih mereka di dalam surga, yaitu bapak-bapak mereka, keluarga mereka, dan anak-anak mereka yang layak untuk masuk surga dari kalangan kaum mukmin, agar hati mereka senang. Sehingga dalam hal ini Allah mengangkat derajat orang yang berkedudukan rendah ke tingkat kedudukan yang tinggi sebagai anugerah dari-Nya dan kebajikan-Nya, tanpa mengurangi derajat ketinggian seseorang dari kedudukannya. Hal ini sama dengan yang diungkapkan oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya:

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شِيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ.

“Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath-Thur[52]: 21).


 Bagaimana agar kita memiliki anak shalih:

 1.   Memilih istri shalihah.

2.   Berdoa kepada kepada Allah agar diberi anak shalih.

Orang tua memiliki doa yang mustajab hendaknya tidak menyia-nyiakan agar memohon kepada Allah ta’ala, janganlah seseorang meninggalkan dua perkara yaitu berusaha dan berdoa.

Nabi Ibrahim ‘alaihi sallam memohon kepada Allah agar di beri anak yang Shalih, beliau terus memohon kepada Allah ta’ala hingga umur 86 tahun baru Allah karuniai anak kepada beliau. (Qashasul Anbiya, kisah nabi Ibrahhim).

Allah ta’ala berfirman:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ . فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ.

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh. Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail).” (QS. Ash-Shafat[37]: 100-101).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ : دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِه.

“Ada tiga doa yang mustajab tanpa diragukan lagi: doa orang yang terzalimi doa orang yang sedang safar doa orang tua kepada anaknya” (HR. Ahmad 7510, Tirmidzi 1905, Abu Daud 1536, dihasankan Syaikh al-Albani di d    alam Ash- Shahihah 596).

Banyak orang tua yang tidak memahami permasalahan ini, dimana seharusnya mereka banyak-banyak mendoakan anaknya dengan kebaikan namu tidak mau mendoakan, yang lebih menyedihkan, apabila anak tak sesuai yang diharapkan justru didoakan keburukan.

3.   Mendidik yang benar.

4.   Memberikan makanan yang halal.

5.   Menjauhkan dari berbagai macam keburukan.

 

-----000----

 

Sragen 07-03-2025

Junaedi Abdullah

 

BAHAYA ROKOK

 



BAHAYA ROKOK

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwasanya rokok membahayakan kesehatan seseorang, bahkan siapapun yang berada disekatnya, oleh karena itu di antara dalil dalil yang melarang sesuatu yang buruk ini:

1.   Rokok merupakan salah satu sebab kematian seseorang.

Hal ini disebabkan jantung, paru, dan ginjal seseorang akan mudah mengalami kerusakan sebagaimana sudah diketahui para ahli kesehatan.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ.

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.“ (QS. Al Baqarah[2]: 195).

وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا.

“Dan janganlah kalian membunuh diri kalian, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada kalian.” (QS. An-Nisa[4]:29).

“Yakni dengan mengerjakan hal-hal yang diharamkan Allah dan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat terhadap-Nya.” (Tafsir Ibnu Katsir, QS. An-Nisa[4]:29).

2.   Rokok adalah termasuk perkara yang buruk.

يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ

“(Yaitu Nabi) Yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar, dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharam­kan bagi mereka segala yang buruk.” (QS. Al-A’raf[7]:157).

Seandainya pelaku rokok meyakini baik, tentu mereka akan menyuruh kepada anak istri untuk merokok, sebagaimana mereka memakan buah-buahan, nyatanya mereka sadar bahwa rokok adalah tidak baik.

3.   Rokok selain membahayakan diri sendiri juga orang lain.

Dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ.

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain.” (HR Ahmad 2865, Ibnu Majah 2341, At-Tabrani di dalam al-Mu’jam al-Kabir 1387, Al-Baihaqi di dalam Sunan Al-Kubra 11384, di shahihkan Syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 250).

Orang yang tidak merokok sangat terganggu dengan rokok, mereka seringkali tidak menyadari bahwa orang-orang di sekelilingnya menahan asap tersebut, bahkan orang yang menghirup tanpa sengaja terus-menerus juga dinyatakan bahaya bagi para dokter.

4.   Rokok adalah perbuatan mubadzir.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا . إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا.

“Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros." "Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-Isra’[17]:26-27).

Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa istilah tab'zir berarti membelanjakan harta bukan pada jalan yang benar. Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Abbas.

Mujahid mengatakan, "Seandainya seseorang membelanjakan semua hartanya dalam kebenaran, dia bukanlah termasuk orang yang boros. Dan seandai­nya seseorang membelanjakan satu mud bukan pada jalan yang benar, dia termasuk seorang pemboros." (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Isra’ [17]:26-27).

5.   Bertentangan dengan tujuan syari’at.

Dimana syari’at menjaga lima perkara, menjaga agama, jiwa, akal, keluarga dan harta.

Dimana para perokok sebagiannya menahan hartanya untuk kebutuhan keluarga, namun tidak untuk keperluan rokoknya.

 

Subhat dan bantahannya.

Sebagian orang berdalil dengan ayat ini untuk pembolehan rokok.

Allah ta’ala berfirman:

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا.

Dia-lah Allah, yang telah menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu“. (QS. Al Baqarah: 29).

Ayat ini menjelaskan bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah di atas bumi ini halal untuk manusia termasuk tembakau yang digunakan untuk bahan baku rokok.

Akan tetapi dalil ini lemah, karena segala sesuatu yang diciptakan Allah dilihat dari manfaat bagi tubuh, apa bila hal itu dapat meracuni, merusak akal, dan tubuh jelas Allah tidak menghendaki hambanya menderita.

Karena jelas-jelas tembakau mengandung nikotin yang secara ilmiah telah terbukti merusak kesehatan dan membunuh penggunanya secara perlahan.

Oleh karena itu para ulama mengharamkan rokok dengan alasan antara manfaat dan madharatnya lebih besar madharatnya, sebagaimana di sepakati ahli kesehatan yaitu para dokter.

Allah ta’ala berfirman:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ ۖ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا.

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar  (minuman keras) dan judi. Katakanlah,  “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya.” (QS. Al-Baqarah[2]:219).

Demikianlah semoga bermanfaat.

-----000-----

 

Sragen 06-03-2025

Junaedi Abdullah.

KEUTAMAAN ANAK SHALIH

  Setiap orang tua pasti menghendaki anaknya menjadi orang yang shalih dan shalihah, karena anak shalih dan shalihah memiliki keutamaan yang...