وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ
لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan
kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
(Al Furqan[24] : 74).
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ:
يَعْنُونَ مَنْ يَعْمَلُ بِالطَّاعَةِ، فتقرُّ بِهِ أَعْيُنُهُمْ فِي الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ.
Berkata Ibnu Abbas, “ Yakni baraang siapa beramal ketaatan sehingga mereka menjadi penyejuk mata di dunia dan akhirat.” (Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Furqan[25]:74).
2. Pahala tetap mengalir meskipun orang tua sudah meninggal.
Allah ta’ala berfirman:
وَأَنْ لَيْسَ
لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى.
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya.” (QS. An-Najm[53]:39).
Berdasarkan ayat ini Imam Syafii dan para pengikutnya menyimpulkan bahwa
bacaan Al-Qur'an yang dihadiahkan kepada mayat tidak dapat sampai karena bukan
termasuk amal perbuatannya dan tidak pula dari hasil upayanya.. (Tafsir Ibnu Katsir, QS. An-Najm[53]:39).
Adapun anak shalih
merupakan bagian dari hasil usaha orang tua.
Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِنْ أَطْيَبِ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ
كَسْبِهِ وَوَلَدُهُ مِنْ كَسْبِهِ.
“Sesungguhnya yang paling baik dari makanan seseorang adalah
hasil jerih payahnya sendiri. Dan anak merupakan hasil jerih payah orang tua.”
(HR. Abu Daud 3528, Baihaqi 15743, Ibnu Majah 2290, dishahihkan Syaikh
al-Albani di dalam shahih Ibnu Majah 2137).
Lebih jelas bagaimana
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ
انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ
جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ.
"Apabila manusia itu meninggal dunia maka
terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kepadanya." (HR. Muslim
1631, Tirmidzi 1376).
Betapa besarnya pahala seseorang apabila mendidik anaknya menjadi anak shalih dan shalihah, kemudian anak-anak tersebut beradakwah dan mengajarkan kebaikan, begitu pula memiliki anak-anak lagi dan demikian seterusnya, sehingga pahala orang tua mengalir sangat banyak, inilah asset yang tak bisa dibandingkan dengan harta.
3. Anak shalih akan meninggikan derajat orang tuanya di surga.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ
فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ: أَنَّى هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ.
“Sungguh seorang akan ditinggikan derajatnya di surga, maka dia bertanya, ‘Bagaimana aku bisa mencapai semua ini? Maka dikatakan padanya: (Ini semua) disebabkan istigfar (permohonan ampun kepada Allah yang selalu diucapkan oleh) anakmu untukmu.” (HR. Ibnu Majah 3660, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 1598).
4. Anak shalih akan memberikan manfaat kepada masyarakat.
Mereka akan mewarnai dengan kebaikan
di masyarakat dan bahkan di dunia ini. Mereka akan menghentikan keburukan dan
kedzoliman yang ada.
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا
وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ.
“Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl[16]:128).
Rasulullah shallallahu ‘alaiahi
wa sallam bersabda:
خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم
لِلنَّاسِ.
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. tabrani di dalam al-Mu’jam al-Awasath 6/52, Dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam shahihul jami’ 3289, Ash-Shahihah 427).
5. Anak shalih akan menemani di dunia dan kelak di akhirat.
Di dunia mereka setiap saat akan mendatangi jika dipanggil,
akan menemani jika dibutuhkan, begitu pula di akhirat akan bersama-sama dengan
orang tuannya.
Allah
ta’ala berfirman:
جَنَّاتُ
عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ
وَذُرِّيَّاتِهِمْ.
“(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama
orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.” (QS.
Ar-Ra‘du[13]: 23)
Ibnu
Katsir rahimahullah mengatakan: “Allah menghimpunkan mereka bersama
kekasih-kekasih mereka di dalam surga, yaitu bapak-bapak mereka, keluarga
mereka, dan anak-anak mereka yang layak untuk masuk surga dari kalangan kaum
mukmin, agar hati mereka senang. Sehingga dalam hal ini Allah mengangkat
derajat orang yang berkedudukan rendah ke tingkat kedudukan yang tinggi sebagai
anugerah dari-Nya dan kebajikan-Nya, tanpa mengurangi derajat ketinggian
seseorang dari kedudukannya. Hal ini sama dengan yang diungkapkan oleh Allah ta’ala
dalam firman-Nya:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ
ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ
مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شِيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ.
“Dan orang-orang yang
beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami
pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak
mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat
dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath-Thur[52]: 21).
2.
Berdoa kepada kepada Allah agar diberi anak shalih.
Orang tua memiliki doa yang mustajab hendaknya tidak menyia-nyiakan
agar memohon kepada Allah ta’ala, janganlah seseorang meninggalkan dua perkara
yaitu berusaha dan berdoa.
Nabi Ibrahim ‘alaihi sallam memohon kepada Allah agar di beri anak
yang Shalih, beliau terus memohon kepada Allah ta’ala hingga umur 86 tahun baru
Allah karuniai anak kepada beliau. (Qashasul Anbiya, kisah nabi Ibrahhim).
Allah ta’ala berfirman:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ . فَبَشَّرْنَاهُ
بِغُلَامٍ حَلِيمٍ.
“Ya
Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.
Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang
sangat sabar (Ismail).” (QS. Ash-Shafat[37]: 100-101).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلَاثُ
دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ : دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ ،
وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِه.
“Ada tiga doa yang mustajab tanpa diragukan
lagi: doa orang yang terzalimi doa orang yang sedang safar doa orang tua kepada
anaknya” (HR. Ahmad 7510, Tirmidzi 1905, Abu Daud 1536, dihasankan Syaikh al-Albani
di d alam Ash- Shahihah 596).
Banyak orang tua yang tidak memahami permasalahan ini, dimana seharusnya mereka banyak-banyak mendoakan anaknya dengan kebaikan namu tidak mau mendoakan, yang lebih menyedihkan, apabila anak tak sesuai yang diharapkan justru didoakan keburukan.
3. Mendidik yang benar.
4. Memberikan makanan yang halal.
5. Menjauhkan dari berbagai macam keburukan.
-----000----
Sragen
07-03-2025
Junaedi
Abdullah