Senin, 31 Oktober 2016

WASIAT SYAIKH UTSAIMIN RAHIMAHULLAH PADA PENUNTUT ILMU.


Hasil gambar untuk pemandangan indah free

Pembicara: Ustad Aris Sugiantoro (hafidzahullah).

Mukadimah:

Setelah nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ada lagi nabi, yang ada adalah ulama, oleh karena itu ulama merupakan pewaris para nabi, sebagaimana sabda Rasulullallah sallallahu ‘alaihi wa sallam:
إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.”  Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud. Dishahihkan oleh Al-Albani.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam membawa hartanya saat haji wada’ dengan jumlah 100 ekor onta, untuk di hadiahkan, oleh karena itu Beliau tidak mewariskan apapun kepada anak-anaknya

Siapakah sebenarnya yang di maksud ulama pewaris nabi salallahu ‘alaihi wasallam, yang mereka mewarisi berupa:
Ilmu, ibadah, dakwah, akhlaq, manhaj dan seluruh yang berkaitan dengan hidupnya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam.

Oleh karena itu seandainya ada seorang yang di lakobi  ulama kok hidupnya jauh dari kehidupan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak bisa dikatakan sebagai ulama rabbani, ulama yang sesungguhnya.

Penting bagi para penuntut ilmu mempelajari kehidupan rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam, supaya bisa mencontoh beliau.  
Ilmu memiliki adab (etika) yang harus ada pada penuntut ilmu, baik wajib ataupun sunnah, adab yang harus di miliki penuntut ilmu adalah:


  1. Ikhlas karena Allah, karena ilmu di ambil dari Allah dan RasulNya, ketika kita ikhlas ilmu baru bisa di pelajari, supaya orang yang menuntut ilmu bukan karena harta, jabatan, kedudukan atau semisalnya.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا
Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yg seharusnya karena Allah Azza Wa Jalla, namun ia tak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan sebagian dari dunia, maka ia tak akan mendapatkan baunya Surga pada Hari Kiamat. HR. Abu Daud 3179.
Kalau seseorang belajar perkara dunia dan ingin mendapatkan dunia itu tidak salah, akan tetapi jika seseorang belajar agama untuk mendekatkan diri kepada Allah, tapi dia tujuannya mencari dunia itu yang salah.
Karena menuntut ilmu adalah tujuannya syurga sebagaimana sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam:
وَعَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ:وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًايَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا,سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الجَنَّةِ
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” HR Muslim
Karena tujuannya untuk yang tinggi bukan untuk tujuan rendah, sehingga ancaman ini sanggat keras bagi seseorang menuntut ilmu untuk tujuan dunia dia sungguh celaka dan rugi, demikian juga ilmunya tidak di berkahi.

2.       Hendaknya dia niatkan menuntut ilmu hanya menjalankan perintah Allah ta’ala, karena Allah subhanahu wa ta’ala yang memerintahkan.
Allah ta’ala berfirman:
فَٱعْلَمْ أَنَّهُۥ لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu QS. Muhammad[47]:19
Allah memulai supaya berilmu sebelum beramal.
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ
Apakah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? Sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang bisa mengambil pelajaran. QS. Az-Zumar[39]: 9.
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. QS. Al Mujadilah[58]: 11.
Tidak tersembunyi lagi bahwa realita seperti ini, berapa banyak orang yang tidak punya asal usul keturunan, bukan keturun Qurais, bukan juga bangsa arab, status sosialnya rendah kemudian Allah angkat, seperti Sahabat Bilal, dia seorang budak yang berkulit hitam dari Afrika kemudian di merdekakan Abu Bakar, kemudian menjadi orang yang mulia, bahkan Rasululah mendengar sandalnya di Syurga, ada juga orang yang cacat menjadi seorang ulama ahlul hadis.
Ada bait syair yang mengatakan ” ilmu itu akan mengangkat satu rumah yang ndak ada tiangnya,” maksudnya menjadikan terkenal pemiliknya, orang orang akan berdatangan padanya, sedangkan  “ kebodohan akan menghancurkan rumah yang mulia lagi megah ” karena yang punya tidak punya ilmu dan bodoh, maka rumah itu akan hancur dan akan binasa,” ini logika perkataan diatas.

Kewajiban seseorang hendaknya memperhatikan untuk mencari ilmu, dan mengerahkan tenaganya untuk mencari illmu tanpa putus asa, tanpa bosan dan capek,sebagaimana dahulu salafussolih radiallahu ta’ala anhum ajma’in, mereka bergadang malam di dalam mencari ilmu, padahal lampu-lampu ketika itu tidak terang, hanya dari minyak, sebagaimana imam Bukhari, menyusun kitabnya “sahih Bukhari” belasan tahun, beliau tidak meletakkan satu hadis kecuali beliau wudhu’ dan shalat istikharah dua rekaat.

Begitu juga imam Ahmad menghafal satu juta hadis namun yang di taruh di dalam kitab musnadnya hanya ribuan, kita lihat para ulama kita mereka tidak bosan dan memiliki semangat luar biasa, seperti itu juga seorang penuntut ilmu hendaknya tidak bosan, pelan-pelan semangat, jangan sampai semangatnya luntur.
Dahulu para salafussolih kondisinya kekurangan blm ada kertas putih seperti sekarang, terkadang yang di pakai menulis adalah kardus, syaikh Al Bani yang belum lama masanya dengan kita seperti itu, menulis dengan kerdus, dengan bekas bungkusan, beda dengan keadaan kita sekarang, semua mudah, mencari hadis ada di computer, hp, internet, namun semangatnya berbeda.
  1. Tekun dan sabar di dalam menuntut ilmu.
 Wajib seorang penuntut ilmu untuk tekun ulet dan sabar, jangan berkata “ saya tidak cocok untuk menuntut ilmu, tidak pantes, jangan sekali-kali berkata seperti itu, beliau mengatakan karena manusia pada awal menuntut ilmu itu lemah, di dalam memahami, menghapal lemah, coba lihat pohon kurma, nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan seorang mukmin seperti pohon kurma, dari lemah, lama-kelamaan menjadi kuat kokoh, hingga seratus tahun, seorang mukmin juga seperti itu semua bisa memberi bermanfaat.
Pada jaman sekarang orang yang menuntut ilmu layaknya seprti seorang alim, mengarang buku, mengarang kitab, meringkas kitabnya para ulama, segala sesuatu kalau belum mampu jangan seperti itu, karena makanan kalau belum masak akan membahayakan kita dan orang lain.

  1. Dengan ilmu itu meniatkan untuk mengangkat kebodohan dari dirinya.
Karena kita diminta untuk mempelajari ilmu. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkannya dalam urusan agama.” HR. Bukhari 71 Muslim 1037.
Perkara-perkara agama masih banyak yang belum kita ketahui, supaya kita ketahui bagaimana hukum shalat, bagaimana sifat shalat Rusulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, bagaimana sifat wudhu’ Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, kita belum tahu, kita belajar supaya tahu, oleh karena itu ilmu akan mengangkat kebodohan yang ada pada diri kita sendiri.

  1. Hendaknya kamu menuntut ilmu meniatkan untuk mengangkat kebodohan dari orang lain.
 Kalau kita sudah berilmu, kita mendakwahkan, dari orang tua kita, memberi nasehat kepada istri kita, anak kita, keluarga kita, Allah perintahkan RsulNya memberi peringatan kepada orang yang dekat:
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang dekat' QS Asy Syu'ara`[26]: 214.
Berkata imam Ahmad ” ilmu tidak bisa ditandingi oleh amalan yang lain dengan syarat benar niatnya.” Kemudian murid-muridnya bertanya, “ ya imam niat yang benar itu seperti apa” beliau menjawab, “ hendaknya meniatkan dengan menuntut ilmu untuk mengangkat kebodohan yang ada pada dirinya dan juga orang lain.”
  1. Hendaknya didalam menuntut ilmu untuk menjaga syariat islam.
Sedangkan menjaga syariat islam ini hukumnya wajib bagi kaum muslimin, yang menjaganya adalah laki-laki,  satu negri itu akan hidup apa bila ada orang alim, seperti di Bagdad ada imam Ahmad, ada Yahya ibnu Main,  seperti juga di qasim ada syikh Utsaimin, sebelumnya ada Syaikh Abdurrahman Assa’di, yang mana sebelumnya tidak di ketahui, ketika ada orang alimnya tempat tersebut menjadi hidup.
7.      Hendaknya seseorang menuntut ilmu berniat untuk melindungi syariat.
Seandainya kita di serang ahli bid’ah, seorang penuntut ilmu wajib melindungi syariat islam, apa bila di masjid ini kita memiliki perpustakaan, ada Al Qur’an, ada kitab-kitabnya tapi tidak ada yang bisa membaca, kemudian datang ahli bid’ah ingin membawa kebid’ahannya, karena orang-orang tidak bisa membaca kitab, sehingga kita tidak tahu, bagaimana membantah pelaku bid’ah tersebut, padahal di perpustakaan sudah ada jawabannya lengkap, oleh karena itu wajib melindungi syariat dari ahli bid’ah.

  1. Hendaknya seorang penuntut ilmu berakhlaq dengan akhlaqnya para ulama.
Akhlaq kepada Allah dengan menjalankan ketaatan kepada Allah, senantiasa bertaubat kepada Allah,  berdzikir kepada Allah, kembali kepada Allah, itu adalah akhlaqnya para ulama, begitu juga berakhlaq kepada hamba-hamba Allah, kepada manusia, senantiasa memberikan kebaikan kepada orang lain, membantu orang lain, jadi orang yang pemurah sebagaimana Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى
Tangan yg di atas lebih baik dari pada tangan yg dibawah HR. Muslim 1715.
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظيم
Dan sesungguhnya, engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang agung” QS Al Qalam [68]: 4.
9.      Hendaknya dia menyebarkan ilmunya sesuai dengan kemampuan.
Jangan bahil dengan ilmunya, meskipun kita baru bisa menyampaikan kepada jamaah kita di masjid, seperti kultum tidak mengapa yang penting benar.
Sampaikan dariku walaupun satu ayat HR.Bukhari 3461.
Tapi ayat yang betul di pahami, kalau ndak kita mempelajari ya kita salah, satu ilmu lebih baik kita amalkan dari pada banyak ilmu tapi tidak di amalkan, jangan menjadi orang yang bahil, orang yang bahil di dalam harta tidak di senangi oleh manusia, demikian juga orang yang bahil terhadap ilmu juga tidak di cintai oleh manusia.
Ilmu itu akan bertambah jika kita infaqkan, yaitu dengan diajarkan kepada orang lain, kalau dia tidak mengajarkan ilmunya bisa berkurang bahkan hilang, inilah keistimewaan ilmu.

10.  Hendaknya seorang penuntut ilmu menempuh jalan terbaik untuk mendapatkan ilmu.
Penuntut ilmu bisa menggunakan metode yang ringkas, ilmu sekarang mudah, bahasa arab ada, terjemahan juga ada, di internet ada, di computer juga ada jika di instal maktabah syamilah, tinggal kita mau belajar apa tidak,mulailah mempelajari buku matan-matan (ringkasan-ringkasan) jangan baca yang tebal-tebal dulu, seperti utsul tsalasah, kitab tauhid, aqidah wasitiyah, itu matan-matan yang ringkas pendek dan bagus, kalau itu sudah baru yang lain.

11.  Tidak layak bagi seorang penuntut ilmu, untuk bersaing dengan ahli dunia.
Seorang penuntut ilmu menyaingi dunia mereka akan jatuh martabatnya, ahli dunia pakaiannya setiap hari berganti, kendaraannya setiap tahun berganti, ahli ilmu tidak seperti itu, ada kemajuan dunia kita menyaingi mereka, jika demikian kita tidak akan mendapatkan, kata syaikh rahimahullah, “ kalau seorang berilmu menyaingi ahli dunia atau lebih menang mereka, kalau di hormati bukan karena ilmunya, tapi karena dunianya.  Syaikhul islam Ibnu Taimiyah rahimahullah beliau berkata “ jadikanlah harta itu seperti keledai atau kamar mandi, keledai kamu naiki kalau ada perlu, kamar mandi kamu masuki kalau buang hajad, tidak mungkin mau tidur di kamar mandi, tidak mungkin mau tidur terus di atas keledai, itu harta dunia.
Oleh karena itu ulama sekarang terbagi menjadi tiga:
1)      Alimu millah ( seorang betul-betul berilmu tentang agamannya, dia tidak menginginkan kecuali agamannya supaya syariat ini menjadi lurus, benar)
2)      Alimu umat ( seorang alim yang mengikuti umat, jika umat menghendaki seperti ini maka dia akan berfatwa seperti ini, dia tidak mementinggkan agama, tapi mengikuti umat)
3)      Alimu daulah (orang berilmu tapi hanya menjadikan tolak ukur Negara, mentaati Negara itu yang paling utama, dia melihat apa yang butuhkan pemerintah kemudian berfatwa seperti itu).

12.  Hendaknya jangan sampai hasad sesama penuntut ilmu.
Hasad adalah akhlaqnya Yahudi.
Hasad adalah membenci kalau orang lain mendapat kenikmatan, atau berangan-angan hilangnya nikmat orang lain.
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَ تَحَاسَدُوْا ، وَلاَ تَنَاجَشُوْا ، وَلاَ تَبَاغَضُوْا ، وَلاَ تَدَابَرُوْا ، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا ، اَلْـمُسْلِمُ أَخُوْ الْـمُسْلِمِ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan kalian saling mendengki, jangan saling mencari keburukan, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, janganlah sebagian kalian membeli barang yang sedang ditawar orang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allâh yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain. HR.Muslim 2564.
Hasad akan memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.


13. Jangan  bermusuhan dengan orang lain, sesama para penuntut ilmu.
Bermusuhan yang tidak ada alasan yang syar’I, kalau kita berselisih kita musyawarah, kita saling memberi nasehat, saling diskusi satu sama yang lain, di dalam masalah ini, dalilnya seperti ini, itu adalah ciri-ciri penuntut ilmu.
وَلاَتَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu”. QS Al Anfal[8]:46.
Inilah wasiat Syaikh Utsaimin rahimahullah kepada para penuntut ilmu.
Semoga bermanfaat. Mohon maaf segala kekurangannya.

Diringkas oleh Abu Ibrahim

Sragen 31-10-2016

NB. ada penambahan riwayat hadist, penomeran surat, dan juga ayat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...