Minggu, 02 Oktober 2016

MENYINGKAP SUBHAT BID'AH DAN BAHAYANYA.


Hasil gambar untuk gambar kitab ternoda
sebelum kita membahas tentang subhat masalah bid'ah ini ada baiknya kita kita membahas bagaimana kita bisa terhindar dari bid'ah, diantaranya yaitu:

1.       Ikhlas di dalam menjalankan ibadah kepada Allah ta’ala.
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. Al Bayyinah[75]:5 
Ini merupakan pondasi setiap ibadah seseorang, karena jika seseorang itu ikhlas tak ada yang akan di lakukan pada ibadahnya kecuali dirinya akan cinta, taat, tunduk berharap agar diterima ibadahnya, dan tidak ada yang lain selain melaksanakan perintah dengan sebaik-baiknya, menjahui sejauh-jauhnya dari mengada-ada di dalam tatacara beribadah yang tak ada perintah dari Allah dan RasulNya. Dengan demikian Allah akan  menyelamatkan hamba-hambanya yang shalih dari syaitan lantaran ke ikhlasanya. Adapun pelaku bid'ah pada dasarnya tidak ikhlas karena telah menjalankan ibadah yang tidak di perintah Allah dan RasulNya.

2.      Ittiba’ (mengikuti) dan menjadikan Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam sebagai suri teladan di dalam hidupnya. Allah ta'ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ الَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو الَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ الَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. QS Al Azab[33]:21.

Kewajiban kita mempelajari kehidupanNya, mencintaiNya, membenarkan apa yang di beritakan, mengamalkan apa yang di perintahkan, meninggalkan apa yang di larang, tidak beribadah kecuali apa yang di syariatkan Beliau sallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat Kitab Tauhid : makna Syahadatain oleh Syaikh Dr Salih bin Fauzan Al Fauzan) ini juga Allah sebutkan di dalam surat Al Hasyr:7.
 Adapun SunnahNya bisa  ucapan, perbuatan, taqrir (apa yang didiamkan dan di benarkan ) Rasullullah sallallahu ‘alaihi wa sallam. Perbuatan bid'ah hukumnya apa....?
Karena tidak di contohkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam sehingga yg muncul adalah kerancuan.

3.     Menjadikan Sahabat sebagai tolak ukur setelah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam menerapkan agama ini, para sahabat manusia pilihan yang telah di muliakan Allah ta’ala sebagai generasi yang akan diikuti generasi setelahnya, mereka memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh generasi setelahnya, dan telah mendapatkan keridhan Allah ta’ala.
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ.
Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha pada mereka dan merekapun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya itulah kemenangan yang besar QS At Taubah[9]: 100.
Banyak contoh mengenai ketaatan mereka kepada Allah dan RasulNya, diantaranya saat di anjurkan berinfak pada perang tabuk, perintah hijab, pada QS An Nur 31[24]: 31, begitu pula cepatnya mereka meninggalkan larangan, seperti hadis riwayat Bukhari dari sahabat Annas bin Malik tentang larangan khamer, bagaimana kecintaan mereka pada Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, sebagaiman kisah Hubaib saat menjelang di salib dan masih banyak sekali.

4.   Meyakini islam adalah agama yang telah sempurna.
Di antara nikmat terbesar yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan kepada umat ini adalah disempurnakannya agama ini sebagaimana dalam firman-Nya:
ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَـٰمَ دِينً.
Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. QS Al Maidah[5]:3
Dengan keyakinan ini, sesuatu jika telah dikatakan sempurna tidak membutuhkan tambahan, yang ada hanyalah pelaksanaan.

5.       Mengambil ibrah atas kebinasaan umat-umat terdahulu di karenakan banyak menyelisihi para nabinya.
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللهِ .
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah. QS At Taubah[9]: 31
Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam meluruskan Adi bin Hatim ketika memahami ayat di atas penyembahan itu jika seseorang melakukan sujud ataupun rukuk, tetapi apa yang di halalkan Allah  kemudian di haramkan, apa yang di haramkan Allah kemudian di halalkan. HR Tirmidzi Lihat Fathul Majid hal. 109.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Sungguh, engkau akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian, sehasta demi sehasta, sejengkal demi sejengkal, hingga kalaulah mereka masuk liang biawak, niscaya kalian mengikuti mereka. Kami bertanya, Wahai Rasulullah,apakah Yahudi dan nasranikah? Nabi menjawab: Siapa lagi kalau bukan mereka? HR.Bukhari 6775 Muslim 2669.
Demikianlah semoga kita senantiasa menjalankan sunnahNya dan menjahui bid'ahNya.
Aamiin.

Abu Ibrahim.
Dari lima kaedah ini dengan ijin Allah ta’ala kita akan kupas subhat yang ada, namun kita mengetahui terlebih dahulu.  pengertian bid’ah secara bahasa adalah sesuatu yang baru, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
“Allah Pencipta langit dan bumi.” (QS. Al Baqarah [2] : 117
Adapun menurut Istilah : yang paling bagus adalah definisi yang dikemukakan oleh Al Imam Asy Syatibi dalam Al I’tishom. Beliau mengatakan bahwa bid’ah adalah:
عِبَارَةٌ عَنْ طَرِيْقَةٍ فِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا المُبَالَغَةُ فِي التَّعَبُدِ للهِ سُبْحَانَهُ
Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat  yang menyerupai syari’at, yang dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala. “Kitab I’tisham karya Imam Abu Ishaq as-Syathibi.”
Dari  sini pelaku bid’ah mereka seakan-akan melaksanakan  syari’at, namun pada hakekatnya mereka menyelisihi syari’at, karena yang dilakukan bukan bagian dari syari’at, dan ini sangat banyak sekali, dan seiring bertambahnya akal manusia maka bertambah pula bid’ah-bid’ah yang mereka sandarkan pada agama, beraneka ragam serta berbeda-beda dari tempat satu dengan tempat yang lain, begitu pula akan memenuhi bumi-numi Allah yang kosong dari bid’ah, dan tidak dapat di tanggulangi kecuali dengan manhaj dan ilmu yang benar, Allahu musta’an.

Subhat pertama: memandang bolehnya seseorang membuat kreasi, inovasi, atau tatacara baru di dalam agama dengan dalih para sahabat juga melakukannya, diantaranya:
 - Bilal yang menjalankan shalat setelah wadhu, (Fatul Bari 111/276).
 - Sahabat yang shalat dengan bacaan “wal hamdulillahi hamdan katsiran tayyiban mubarakan fiih ( sahih Muslim 1:419).
 - Sahabat yang shalat tidak pernah meninggalkan surat Al Ikhlas. (ada yang mengatakan bernama Qatadah bin Nu’man)
 - Sahabat yang merukyah dengan membaca Al Fatikhah. (HR Bukhari).

Sebagaimana Rasulullah mentaqrir (membenarkan atau mendiamkan) para sahabat, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam juga meluruskan mereka, inilah yang tidak di sebutkan orang-orang yang menyukai perbuatan bid’ah. Diantaranya:
  - Tiga sahabat yang mendatangi Aisyah dan bertanya tentang ibadah Rasulullah. (HR Bukhari dan Muslim).
 -  Berqurban sebelum shalat Id.
 -  Meminta dibuatkan Dzatu anwath.
اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « سُبْحَانَ اللَّهِ هَذَا كَمَا قَالَ قَوْمُ مُوسَى..
Wahai Rasulullah! Buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath (tempat menggantungkan senjata) sebagaimana mereka memiliki Dzatu Anwath.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Subhanallah! Sebagaimana yang dikatakan oleh kaum Musa: HRTirmidzi 2180.
 Orang yang melakukan bid’ah mereka lupa bahwa para sahabat mereka manusia pilihan yang di naungi oleh wahyu, mereka di keluarkan untuk generasi berikutnya, sehingga mereka akan di tegur Allah melalui RasulNya jika mereka keliru, Allah ta’ala berfirman:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. QS Al Imran[3]:110.
Dari apa yang di biarkan Rasulullah dan apa yang di larang, menunjukkan jelas mereka berada dalam naungan wahyu, lalu kita bandingkan keadaan orang-orang sekarang siapakah yang akan menjamin mereka bahwa mereka berada didalam kebenaran…? Tidak lain mereka seperti yang di firmankan Allah:
وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلَّا ظَنًّا إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ.
Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan QS Yunus[10]:36.
 Subhat kedua: Apa yang di ucapkan Umar ibnul khatab masalah shalat tarwih  “ senikmat-nikmat bid’ah adalah ini”, dengan ucapan ini dianggap bolehnya melakukan bid’ah.
Jawab : bahwa sesuatu di anggap sesuai dengan hakekatnya, karena hakekatnya amalan tersebut telah di lakukan pada jaman Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam, hanya beliau kuatir seandainya hal tersebut menjadi di wajibkan sehingga beliau tinggalkan, dengan demikian perkaranya jelas amalan tersebut bukanlah bid’ah.
Subhat ketiga: adzan dua kali pada jaman Usman bin afwan radiallahu ‘anhu, bukankan itu juga tidak di lakukan pada jaman Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam.
Jawab: Adzan dua kali yang memerintahkan adalah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu,  Beliau radhiyallahu ‘anhu adalah orang yang bertaqwa, zuhud, dermawan, yang syahid, sehingga malaikat saja malu kepadanya, bahkan Beliau telah di jamin masuk syurga, Beliau memandang orang-orang semakin banyak sehingga Utsman menambahkan adzan yang ke dua yaitu di zauro.Dalam hal ini Ijtihad beliau sama sekali tidak mengurangi kedudukanNya,
Sudah menjadi kesepakatan di dalam  aqidah ahlu sunnah wal jamaah bahwa selain Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ada yang maksum. (lihat “Mujmal usul ahlu sunnah wal jama’ah fil aqidah” Dr. Nashir Ibn Abdul karim Al ‘Aql).
Ijtihad beliau ini kalau mau di jadikan dalil bukan dalil yang mutlak, karena sahabat yang lain, seperti Ali bin abi Thalib radhiyallahu ‘anhu ketika berada di kuffah, Beliau hanya mengamalkan yang disunahkan Rasulullah dan meninggalkan ijtihadnya Utsman bin Affan. Demikian pula Abdullah bin Umar (Lihat kitab Al-Ajwibah An-Nafi’ah Karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani). 
Di sisni terdapat pelajaran penting, Usman bin Affan  yang beliau telah di jamin syurga dan memiliki keutamaan seperti di atas, tidak di jadikan panutan mutlak oleh sahabat yang lain, bagaimana dengan orang yang memiliki derajad dibawah Usman bin Affan di jadikan panutan setiap ijtihadnya secara mutlak…?, Karena kita dapati berbagai perbedaan muncul diantaranya karena hasil ijtid para imam, mereka lebih suka mengikuti imam meskipun telah nyata shahih ari Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, sampai sampai Ibnu Abas berkata:
فَقَالَ: يَعْنِي ابْنَ عَبَّاسٍ: أَرَاهُمْ سَيَهْلِكُونَ، أَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَيَقُولُ: قَالَ أَبُو بَكْرٍ.
“Berkata Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu: “Sungguh aku sangat khawatir hujan batu akan menimpa kalian, aku mengatakan: “Telah berkata Rasulullah”, sedangkan kalian mengatakan: “Telah berkata Abu Bakar dan Umar.” HR Ahmad dan lainnya, dan di sahihkan Ahmad Syakir.
Para imam madzhab mereka sepakat akan hal ini, yaitu mengikuti Sunnah nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam apa bila telah jelas dalil dari Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat “sifat shalat nabi “ karya Syaikh Nasrudin Al Bani).
Subhat keempat: pengumpulan Al Qur’an, karena di jaman Nabi belum di kumpulkan bukankah itu juga bid’ah.
Jawab: ada tiga fase dalam masalah ini:
Pertama pada jaman Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam dan Al Quran masih di tulis di berbagai tempat, daun, kulit dan lain-lain karena banyaknya penghapal dan sedikitnya penulis.
Kedua merupakan ijtihad Umar karena kuatir setelah perang Yamamah para qari’ mereka banyak yang terbunuh seperti salim maula Abu khudaifah. Kemudian Umar mendatangi Abu Bakar dan Beliau menolak sehingga Allah bukakkan hati Abu Bakar.
Ketiga pada masa Usman bin Affan, tahun 25 hijriah, di sebabkan banyak  yang berselisih. (Lihat “usul fi tafsir” syaikh  Muhammad Shalih Al ‘Ustaimin Rahimahullah)
 Yang perlu di garis bawahi adakah para sahabat yang menyelisihi hal ini…? Jika tidak ijtihad ini adalah ijtihad yang benar, bahkan telah di isyaratkan oleh Al Quran sendiri di dalam firman Allah ta’ala:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ.
"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. QS. Al Baqarah[2]:2.
Tidak dikatakan kitab kecuali tumpukan dari beberapa lembaran.
Subhat kelima: pembolehan mengkususkan surat sebagaiman yang di lakukan sahabat Qatadah bin Nu’man dengan Al Ikhlas, sehingga yasinan 3 hari, 7 hari, 40 hari, dan seterusnya bukan hal bid’ah. Kalaupun itu ada persamaan dengan apa yang dilakukan orang hindu, mereka tidaklah membaca yasin, dan tahlil, serupa tidak mesti sama,  Sebagaimana Rasulullah beliau bertanya tentang puasanya orang Yahudi, maka Beliau sallallahu ‘alahi wa sallam berpuasa yang mirip dengan mereka namun tidaklah bisa dikatakan mengikuti mereka. HR. Muslim 1163
Jawab: pertama: kita telah jelaskan kalau sahabat mereka adalah orang-orang yang telah dinaungi wahyu melalui Rasulnya, apa bila benar akan di kabarkan pada mereka atau di diamkan, begitu pula jika salah mereka akan di larang ataupun di luruskan, siapa yang memberi jaminan  mereka para pelaku bid’ah ini pada kebenaran…? Ataukah justru mereka pada kesesatan….? Tidak lain dan tidak bukan mereka tidak berdiri diatas hujah yang stiqah, sehingga yang ada justru ayat dan hadis yang mengancam akan perbuatan ini sebagaimana  ayat dan hadis di bawah nanti.
kedua : perlu di ketahui bahwa Rasulullah melakukan puasa As Syura bukan hanya di madinah akan tetapi semenjak di makkah, Aisyah menuturkan: “Dahulu orang Quraisy berpuasa A’syura pada masa jahiliyyah. Dan Nabi-pun berpuasa ‘Asyura pada masa jahiliyyah..” HR.Bukhari 2002 Muslim 1125, hal ini bukanlah dalil amalan Rasulullah ikut-ikutan terhadap orang-orang Yahudi kemudian di pakai untuk tidak mempermasalahkan orang yang Yasinan 3 hari, 7hari, 40hari, dan seterusnya.
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُإِنْ شَاءَ اللَّهُصُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.” Lantas beliau mengatakan,“Apabila tiba tahun depan insya Allah kita akan berpuasa pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan,
فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” HR. Muslim 1134
Ketiga: kalau Rasulullah memerintahkan puasa pada hari ke sembilan mereka menganggab ini mirip apa yang dilakukan Yahudi, kemudian mereka memutuskan tidak apa-apa mereka menyerupai agama hindu karena mereka tidak ada tahlil dan yasin sebagaimana amalan Rasulullah mirip dengan Yahudi, lantas Rasulullah itu siapa dan mereka itu siapa…? Adapun Rasulullah sallallahu ‘alaihi w sallam sebagaimana Allah ta’ala sebutkan:
 
وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ . إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ.
 “Dan Tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. Q.S An Najm [53]: 3-4
Adapun mereka sangkaan saja seperti firman Allah ta’ala:
وإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللّهِ إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ
“Seandainya kalian mengikuti kebanyakan orang di muka bumi, sungguh mereka akan menyesatkan kalian dari jalan Allah mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangkaan saja.“ Qs Al An’am[6]:116
Siapapun yang mentaati Allah dan RasulNya dengan pemahaman sebagaimana yang di pahami sahabat, lebih selamat dan Allah jamin syurga, sebagaimana pada QS At Taubah[9]:100. Dan tidak ada jaminan bagi mengikuti berbagai bid’ah yang ada justru yang ada adalah ancaman dengan Neraka.
Adapun perintah supaya kita mentaati Allah dan rasulNya begitu pula sahabat sangat banyak.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا.
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.QS. An-Nisa[4]:59.
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.QS. An-Nisaa[4]: 65.
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. QS. Al Hasyr [59]:7
فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ ۖ فَأَنَّىٰ تُصْرَفُون
Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. bagaimana kamu dipalingkan? QS Yunus[10]:32.

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih. QS An Nur[24]:63.
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Maksud dari menyelisihi perintah rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam,ialah menyelisihi jalanNya, manhajNya, thariqahNya, sunnahNya, dan syariatNya,  Maka dari itu, semua ucapan dan perbuatan wajib ditimbang dengan ucapan dan perbuatan beliau sallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila sesuai dengan ucapan dan perbuatan beliau, diterima, dan apabila berbeda atau menyelisihinya, tertolak dan kembali kepada pengucap dan pelakunya, siapa pun dia.”
 Sebagaimana Allah firmankan pada QS An Nisa[4]:115.
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا.
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali. QS.  An Nisa[4]:115.
مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقْرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَ يُبَاعِدُ مِنَ الْنَّارِ إِلاَّ وَ قَدْ بُيِّنَ لَكُم . قال الألباني في " السلسلة الصحيحة " 4 / 416 : صحيح
“Tidaklah tersisa suatu perkara yang dapat mendekatkan ke surga dan menjauhkan diri dari neraka kecuali telah dijelaskan (Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ) kepada kalian” HR. At Tabrani   berkata syaikh Al Bani di Silsillah As Sahihah 4/416: Sahih.
Rasulullah Sallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
عن أبي هريرة رضي الله قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم يقول مانهيتكم عنه فاجتنبوه وما أمرتكم به فأتوا منه ما استطعتم فإنما أهلك الذين من قبلكم كثرة مسائلهم واختلافهم على أنبيائهم.  رواه البخاري ومسلم
Dari Abu Hurairah radiallahu 'anhu  Dia  berkata saya telah mendengar Rasulullah ` bersabda: “ Apa yang aku larang hendaknya kalian menjahuinya apa yang aku perintahkan, hendaklah kalian laksanakan semampu kalian sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah karena mereka banyak bertanya,dan menyelisihi nabi-nabi mereka”. HR Bukhari 7288, Muslim 1337.
Demikianlah semoga Allah membuka hati siapa saja yang selama ini terjerumus kedalam berbagai macam bid'ah.  Amin.

Semoga bermanfaat
Sragen 01-10-2016.
Di Susun Oleh: Abu Ibrahim Junaedi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...