Sabtu, 19 Juli 2025

MENJAGA HATI DIERA DIGITALISASI DAN GLOBALISASI

 



MENJAGA HATI DI ERA DIGITALISASI DAN GLOBALISASI

 

Kita sedang hidup di zaman teknologi yang serba canggih, cepat, instan, mudah,  namun di balik kemajuan teknologi ini ternyata juga menyimpan kerusakan yang tidak sedikit, kebenaran menjadi samar, kebatilan dihiasi keindahan, sehingga banyak manusia bingung membedakan antara cahaya dan kegelapan, kebenaran dengan kebatilan, sehingga tidak sedikit yang terjerumus di dalamnya.

Di sisi lain kita harus tetap tegar menghadapi zaman yang serba digitalisasi dan globalisasi ini.

Digitalisasi di mana kehidupan manusia dikuasai oleh teknologi digital: internet, media sosial, AI, data, algoritma, secara otomasi yang menyentuh hampir diseluruh sisi kehidupan saat ini.

Globalisasi Globalisasi adalah terbukanya sekat antar daerah dan negara dalam hitungan detik. Budaya, informasi, gaya hidup, ekonomi, dan pola pikir dari luar dengan mudah masuk dan diserap oleh masyarakat. Sayangnya, banyak di antaranya yang bertentangan dengan ajaran Islam.    Oleh karena itu kita membutuhkan perhatian extra dan berhati-hati untuk menjaga hati kita agar tidak terhipnotis oleh algoritma, dan senantiasa berpegang dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

Apa itu Algoritma, Algoritma adalah mekanisme otomatis yang digunakan oleh sistem seperti Google, YouTube, Instagram, TikTok, dll. Menyediakan apa yang disukai oleh penggunanya.

Di dalam kemajuan era digitalisasi dan globalisasi ini Masyarakat mengalami degradasi moral yang sangat luar biasa, diantaranya:

1)  Hilangnya rasa malu.

Rasa malu adalah benteng utama penjaga moral. Tapi di era digital dan global, banyak yang berani membuka aibnya sendiri, bahkan bangga dengan dosa. Yang dulu disembunyikan, kini dipamerkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُولَىٰ: إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ.

“Sesungguhnya di antara yang masih dikenal dari kalimat kenabian terdahulu adalah: Jika engkau tidak malu, maka lakukanlah sesukamu.” (HR. al-Bukhari 6120, Ahmad 22345, Abu Dawud 655, Ibnu Majah 4183).

2)  Kemaksiatan yang selalu disuguhkan dan disosialisasikan tanpa disadari.

Apa yang dulu dianggap tabu dan haram, kini dinilai biasa saja, hal itu hanya karena banyak dilakukan manusia, sering ditonton, dan dibungkus dalam kemasan "kebebasan ekspresi", berjoget laki-laki perempuan, membuka aurat dan lain-lain.

Allah ta‘ala berfirman:

وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيْطَٰنُ أَعْمَٰلَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ ٱلسَّبِيلِ.

“Setan menghiasi bagi mereka amal perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan Allah.” (QS. An-Naml [27]: 24).

3)  Bangga dengan maksiat dan malu dengan kebaikan.

Diantara kemrosotan moral saat ini orang yang bangga dengan kemaksiatan dan malu dengan kebaikan.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ . وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ.

“Barang siapa berpaling dari peringatan Tuhan Yang Maha Pengasih, Kami jadikan setan (yang menyesatkan) sebagai teman dekatnya. Dan sesungguhnya setan-setan itu menghalangi mereka dari jalan Allah, sedangkan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 36–37).

4)  Hilangnya adab dan sopan santun.

Komentar di media sosial penuh hujatan. Ujaran kebencian dianggap hiburan. Debat tidak lagi untuk mencari kebenaran, tapi untuk menang.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللِّعَانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ.

“Seorang mukmin bukanlah orang yang suka mencela, melaknat, berkata keji, atau berkata kasar.” (HR. al-Bukhari  di dalam al-Adabul al-Mufrad 312, at-Tirmidzi  197).

5)  Sibuk dengan dunia maya lupa dengan dunia nyata.

Banyak orang yang mereka sibuk di dunia maya, tapi lupa dengan dunia nyata, mereka gagah di dunia maya, lemah didunia nyata, banyak teman di dunia maya, tak punya teman di dunia nyata, bahkan berkumpul dengan masyarakat untuk shalat jama’ah sudah tidak mau.

Allah ta’ala berfirman:

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا.

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan” (QS. Maryam[19]:59).

 

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ٱلْمُؤْمِنُ ٱلَّذِي يُخَالِطُ ٱلنَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَىٰ أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ ٱلْمُؤْمِنِ ٱلَّذِي لَا يُخَالِطُ ٱلنَّاسَ وَلَا يَصْبِرُ عَلَىٰ أَذَاهُمْ.

“Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka, lebih besar pahalanya daripada seorang mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas gangguan mereka.” )HR. Ahmad 5022, Ibn Majah no. 4032,  dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihah 939).

6)  Ingin serba instan, cepat, simpel padahal intinya malas untuk belajar.

Muncullah kalimat seperti: "gak usah ribet", "sing penting yakin", "yang penting niat", dan sejenisnya. Padahal, tidak semua yang terlihat sederhana itu benar, dan tidak semua yang cepat itu selamat. Sering kali, kemalasan untuk belajar membuat orang mengambil jalan pintas yang salah.

Imam Syafi’i rahimahullah berkata:

أَخِي لَنْ تَنَالَ الْعِلْمَ إِلَّا بِسِتَّةٍۢسَأُنْبِيكَ عَنْ تَفْصِيلِهَا بِبَيَانِ ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَٱجْتِهَادٌ وَبُلْغَةٌوَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَطُولُ زَمَانِ.

"Wahai saudaraku, engkau tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan enam perkara. Akan aku jelaskan perinciannya dengan terang:
Kecerdasan, semangat (kesungguhan), kesungguhan dalam berusaha, bekal yang cukup, berteman dekat dengan guru, dan waktu yang panjang (kesabaran dalam proses belajar)."
(Tazkiyatun nafs, Ahmad Farid).

 

 

7)  Legitimasi masyarakat diukur dari viral dan banyaknya orang yang mengatakan, bukan validasi ilmiah.

Banyak orang yang mengukur kebenaran hari ini tidak lagi diukur dengan dalil dan ilmu, tetapi dengan seberapa viral dan populer sebuah pendapat yang diterima masyarakat. Masyarakat lebih takut dianggap bodoh karena menyelisishi orang banyak, akibatnya banyak yang meninggalkan ilmu.

 Allah ta’ala berfirman:

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي ٱلْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ.

"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka hanyalah membuat kebohongan." (QS. Al-An’am[6]:116).

8)  Kondisi masyarakat lebih suka hiburan dari pada ilmu pengetahuan.

Hiburan kini menjadi candu, bahkan tak jarang dibungkus dengan maksiat, seperti musik, lawakan yang melecehkan agama, konten prank yang menyakiti sesama, mengumbar aurat semua dikonsumsi dan dianggap sebagai hiburan dan dianggap tidak berdosa, padahal adalah kemaksiatan yang terus-menerus.

Padahal Allah berfirman:

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْتَرِى لَهْوَ ٱلْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ.

“Dan di antara manusia ada yang membeli perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah...” (QS. Luqman[31]: 6)

Ibn Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu menafsirkan lahwal-ḥadits sebagai al-ghina’ (nyanyian) yang melalaikan. (QS. Ibnu Katsir, QS. Lukman[31]:6).

9)  Menjauhkan dari ilmu dan menjadikan Ketergantungan.

Masyarakat semakin bergantung pada sistem, sehingga tidak punya akar ilmu yang kokoh. Sehingga berguncang dan goyah imannya.

Hal itu karena fitnah gadged telah mempengaruhi pikirannya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا.

“Fitnah-fitnah akan dipaparkan ke hati, satu per satu seperti tikar yang dianyam benangnya...” (HR. Muslim 144, Ahmad 23280)

10)                    Banyak melecehkan syari’at islam.

Bagaimana dengan kecanggihan alat AI memberikan informasi palsu, berita palsu, dan pelecehan terhadap agama.

Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab ke menyebutkan pembatal kesilaman yang 6 yaitu:

 مَنْ اسْتَهْزَأَ بِشَيْءٍ مِنْ دِينِ الرَّسُولِ.

 Siapa yang memperolok sesuatu dari agama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, baik berupa pahala, siksa, atau syariat.

قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ . لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ.

"Katakanlah: Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian berolok-olok? Tidak perlu kalian minta maaf, sungguh kalian telah kafir setelah keimanan kalian." (QS. At-Taubah: 65-66).

Tanda-tanda orang yang sudah kecanduan gadged.

1)   gelisah.

2)   Malas berpikir.

3)   Malas belajar.

4)   Mudah emosi.

5)   Tidak memahami lawan bicara (ngebleng)

6)   Sulit mengontrol jiwa.

7)   Mengabaikan kewajiban.

8)   Ikut-ikutan

9)   Kwalitas ibadah menurun.

10)        Sulit berhenti dan tidak mampu mengontrol waktu.

Kunci keselamatan

1.   Bertakwa kepada Allah.

Allah akan melindungi orang yang bertakwa.

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ ٱللَّهُ ۖ وَٱللَّهُ خَيْرُ ٱلْمَـٰكِرِينَ.

"Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya." (QS. Al-Imran[3]:54).

Allah subḥanahu wa ta‘ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا .

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kalian bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepada kalian furqan (pembeda antara yang haq dan batil)...” (QS. Al-Anfal [8]: 29).

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا.

“Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.” (QS. At-Thalaq[65]:4).

Ayat-ayat ini merupakan pondasi utama, karena di era digital dan globalisasi, fitnah terbesar karena tercampurnya kebenaran dengan kebatilan. Maka yang dibutuhkan adalah keimanan yang kuat, ketakwaan hati sehingga dapat membedakan kebaikan dan keburukan serta meninggalkan keburukan tersebut.

2.   Merasa diawasi oleh Allah.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.

"Sesungguhnya Allah selalu mengawasi kalian." (QS. An-Nisa[4]:1).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi w sallam bersabda:

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ, فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.

"Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka (yakinlah) sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Muslim 8).

3.   Takut kepada Allah.

Allah ta’ala berfirman:

اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤا.

“Hanya saja yang takut kepada Allah dari sekian hamba-Nya adalah ulama.” (QS. Fatir[35]:28).

Ayat ini menunjukkan bahwa membangun rasa takut yaitu dengan ilmu.

Ilmu juga akan menjadi penangkal berbagai subhat dan kesesatan.

4.   Menyibukkan dengan amal shalih dan hal-hal yang bermanfaat.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ.

“Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl[16]:128).

ٱحْرِصْ عَلَىٰ مَا يَنفَعُكَ وَٱسْتَعِنْ بِٱللَّهِ وَلَا تَعْجِزْ.

"Bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah (putus asa)." (HR. Muslim no. 2664, shahih Ibnu Hibban 5721).

Allah berfirman:

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِى ٱلْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ.

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan manusia di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. Al-An‘am[6]: 116)

5.   Tabayyun (Menganalisa Setiap Berita Yang Sampai).

Setiap muslim hendaknya mencari kejelasan setiap informasi, baik masalah pribadi ataupun menyangkut kepentingan umum.

Allah ta’ala telah memberikan tuntunannya di dalam kitab suci-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا.

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti…” (QS. Al-Hujurat [49]: 6).

Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim berkata, “Allah ta’ala memerintahkan untuk melakukan kroscek terhadap berita dari orang fasik. Karena boleh jadi berita yang tersebar adalah berita dusta atau keliru.”

Demikianlah semoga bermanfaat.

 

-----000-----

Sragen 19-07-2025

Abu Ibrahim Junaedi.

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sepuluh Pilar Dalam Mendidik Anak

  عَشْرُ رَكَائِزَ فِي تَرْبِيَةِ الْأَبْنَاءِ       إِعْدَادٌ الشَّيْخِ عَبْدِ الرَّزَّاقِ بْنِ عَبْدِ الْمُحْسِنِ الْبَدْرِ Sep...