MENJAGA HATI DI ERA DIGITALISASI DAN
GLOBALISASI
Kita sedang hidup di zaman teknologi yang serba canggih, cepat, instan,
mudah, namun di balik kemajuan teknologi
ini ternyata juga menyimpan kerusakan yang tidak sedikit, kebenaran menjadi
samar, kebatilan dihiasi keindahan, sehingga banyak manusia bingung membedakan
antara cahaya dan kegelapan, kebenaran dengan kebatilan, sehingga tidak sedikit
yang terjerumus di dalamnya.
Di sisi lain kita harus tetap tegar menghadapi zaman yang serba
digitalisasi dan globalisasi ini.
Digitalisasi di mana kehidupan manusia dikuasai oleh teknologi
digital: internet, media sosial, AI, data, algoritma, secara otomasi yang
menyentuh hampir diseluruh sisi kehidupan saat ini.
Globalisasi Globalisasi adalah terbukanya sekat antar daerah dan
negara dalam hitungan detik. Budaya, informasi, gaya hidup, ekonomi, dan pola
pikir dari luar dengan mudah masuk dan diserap oleh masyarakat. Sayangnya,
banyak di antaranya yang bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh
karena itu kita membutuhkan perhatian extra dan berhati-hati untuk menjaga hati
kita agar tidak terhipnotis oleh algoritma, dan senantiasa berpegang dengan Al-Qur’an
dan Sunnah.
Apa
itu Algoritma, Algoritma adalah
mekanisme otomatis yang digunakan oleh sistem
seperti Google, YouTube, Instagram, TikTok, dll. Menyediakan apa yang disukai oleh
penggunanya.
Di dalam kemajuan era digitalisasi dan
globalisasi ini Masyarakat mengalami degradasi moral yang sangat luar biasa,
diantaranya:
1) Hilangnya rasa malu.
Rasa malu adalah benteng utama penjaga moral. Tapi di era digital dan
global, banyak yang berani membuka aibnya sendiri, bahkan bangga dengan dosa.
Yang dulu disembunyikan, kini dipamerkan.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُولَىٰ: إِذَا
لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ.
“Sesungguhnya
di antara yang masih dikenal dari kalimat kenabian terdahulu adalah: Jika
engkau tidak malu, maka lakukanlah sesukamu.” (HR. al-Bukhari 6120, Ahmad
22345, Abu Dawud 655, Ibnu Majah 4183).
2) Kemaksiatan yang selalu disuguhkan dan disosialisasikan
tanpa disadari.
Apa yang dulu dianggap tabu dan haram, kini dinilai biasa saja, hal itu
hanya karena banyak dilakukan manusia, sering ditonton, dan dibungkus dalam
kemasan "kebebasan ekspresi", berjoget laki-laki perempuan, membuka
aurat dan lain-lain.
Allah
ta‘ala berfirman:
وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيْطَٰنُ أَعْمَٰلَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ ٱلسَّبِيلِ.
“Setan
menghiasi bagi mereka amal perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan
Allah.” (QS. An-Naml [27]: 24).
3) Bangga dengan maksiat dan malu dengan kebaikan.
Diantara kemrosotan moral saat ini orang yang bangga dengan kemaksiatan dan
malu dengan kebaikan.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا
فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ . وَإِنَّهُمْ
لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ.
“Barang siapa berpaling dari peringatan Tuhan Yang Maha Pengasih,
Kami jadikan setan (yang menyesatkan) sebagai teman dekatnya. Dan sesungguhnya
setan-setan itu menghalangi mereka dari jalan Allah,
sedangkan mereka mengira bahwa
mereka mendapat petunjuk.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 36–37).
4) Hilangnya adab dan sopan santun.
Komentar
di media sosial penuh hujatan. Ujaran kebencian dianggap hiburan. Debat tidak
lagi untuk mencari kebenaran, tapi untuk menang.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللِّعَانِ وَلَا
الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ.
“Seorang
mukmin bukanlah orang yang suka mencela, melaknat, berkata keji, atau berkata
kasar.” (HR. al-Bukhari di dalam al-Adabul al-Mufrad 312, at-Tirmidzi 197).
5) Sibuk dengan dunia maya lupa dengan dunia nyata.
Banyak orang yang mereka sibuk di dunia maya, tapi lupa dengan dunia nyata,
mereka gagah di dunia maya, lemah didunia nyata, banyak teman di dunia maya,
tak punya teman di dunia nyata, bahkan berkumpul dengan masyarakat untuk shalat
jama’ah sudah tidak mau.
Allah ta’ala berfirman:
فَخَلَفَ
مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ
يَلْقَوْنَ غَيًّا.
“Maka datanglah sesudah
mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan
hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan” (QS. Maryam[19]:59).
Dari
Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
ٱلْمُؤْمِنُ ٱلَّذِي يُخَالِطُ ٱلنَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَىٰ أَذَاهُمْ أَعْظَمُ
أَجْرًا مِنَ ٱلْمُؤْمِنِ ٱلَّذِي لَا يُخَالِطُ ٱلنَّاسَ وَلَا يَصْبِرُ عَلَىٰ
أَذَاهُمْ.
“Seorang
mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka, lebih
besar pahalanya daripada seorang mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan
tidak bersabar atas gangguan mereka.” )HR. Ahmad
5022, Ibn Majah no. 4032, dishahihkan
Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihah 939).
6) Ingin serba instan, cepat, simpel padahal intinya malas
untuk belajar.
Muncullah
kalimat seperti: "gak usah ribet", "sing penting yakin",
"yang penting niat", dan sejenisnya. Padahal, tidak semua yang terlihat sederhana itu
benar, dan tidak semua yang cepat itu selamat. Sering kali, kemalasan untuk
belajar membuat orang mengambil jalan pintas yang salah.
Imam
Syafi’i rahimahullah berkata:
أَخِي لَنْ تَنَالَ الْعِلْمَ إِلَّا بِسِتَّةٍۢسَأُنْبِيكَ عَنْ تَفْصِيلِهَا
بِبَيَانِ ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَٱجْتِهَادٌ
وَبُلْغَةٌوَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَطُولُ زَمَانِ.
"Wahai
saudaraku, engkau tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan enam perkara. Akan
aku jelaskan perinciannya dengan terang:
Kecerdasan, semangat (kesungguhan), kesungguhan dalam berusaha, bekal yang
cukup, berteman dekat dengan guru, dan waktu yang panjang (kesabaran dalam
proses belajar)." (Tazkiyatun nafs, Ahmad Farid).
7) Legitimasi masyarakat diukur dari viral dan
banyaknya orang yang mengatakan, bukan validasi ilmiah.
Banyak orang yang mengukur kebenaran hari ini tidak lagi diukur dengan
dalil dan ilmu, tetapi dengan seberapa viral dan populer sebuah pendapat yang
diterima masyarakat. Masyarakat lebih takut dianggap bodoh karena menyelisishi
orang banyak, akibatnya banyak yang meninggalkan ilmu.
Allah ta’ala berfirman:
وَإِن
تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي ٱلْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ إِن
يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ.
"Dan jika kamu menuruti
kebanyakan orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan
Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka
hanyalah membuat kebohongan." (QS. Al-An’am[6]:116).
8) Kondisi masyarakat lebih suka hiburan dari pada
ilmu pengetahuan.
Hiburan
kini menjadi candu, bahkan tak jarang dibungkus dengan maksiat, seperti musik,
lawakan yang melecehkan agama, konten prank yang menyakiti sesama, mengumbar
aurat semua dikonsumsi dan dianggap sebagai hiburan dan dianggap tidak berdosa,
padahal adalah kemaksiatan yang terus-menerus.
Padahal
Allah berfirman:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْتَرِى لَهْوَ ٱلْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ
ٱللَّهِ.
“Dan
di antara manusia ada yang membeli perkataan yang tidak berguna untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan Allah...” (QS. Luqman[31]: 6)
Ibn
Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu menafsirkan lahwal-ḥadits sebagai al-ghina’
(nyanyian) yang melalaikan. (QS. Ibnu Katsir, QS. Lukman[31]:6).
9) Menjauhkan dari ilmu dan menjadikan Ketergantungan.
Masyarakat
semakin bergantung pada sistem, sehingga tidak punya akar ilmu yang kokoh.
Sehingga berguncang dan goyah imannya.
Hal
itu karena fitnah gadged telah mempengaruhi pikirannya.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا.
“Fitnah-fitnah
akan dipaparkan ke hati, satu per satu seperti tikar yang dianyam benangnya...”
(HR. Muslim 144, Ahmad 23280)
10)
Banyak melecehkan syari’at islam.
Bagaimana
dengan kecanggihan alat AI memberikan informasi palsu, berita palsu, dan
pelecehan terhadap agama.
Syaikh
Muhammad bin ‘Abdul Wahab ke menyebutkan pembatal kesilaman yang 6 yaitu:
مَنْ اسْتَهْزَأَ بِشَيْءٍ مِنْ دِينِ الرَّسُولِ.
Siapa yang memperolok
sesuatu dari agama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, baik berupa
pahala, siksa, atau syariat.
قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ
وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ . لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ.
"Katakanlah: Apakah dengan
Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian berolok-olok? Tidak perlu kalian
minta maaf, sungguh kalian telah kafir setelah keimanan kalian." (QS.
At-Taubah: 65-66).
Tanda-tanda
orang yang sudah kecanduan gadged.
1) gelisah.
2) Malas berpikir.
3) Malas belajar.
4) Mudah emosi.
5) Tidak memahami lawan bicara (ngebleng)
6) Sulit mengontrol jiwa.
7) Mengabaikan kewajiban.
8) Ikut-ikutan
9) Kwalitas ibadah menurun.
10)
Sulit
berhenti dan tidak mampu mengontrol waktu.
Kunci
keselamatan
1. Bertakwa kepada Allah.
Allah
akan melindungi orang yang bertakwa.
وَمَكَرُوا
وَمَكَرَ ٱللَّهُ ۖ وَٱللَّهُ خَيْرُ ٱلْمَـٰكِرِينَ.
"Orang-orang
kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka. Dan Allah
adalah sebaik-baik pembalas tipu daya." (QS. Al-Imran[3]:54).
Allah
subḥanahu wa ta‘ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا
اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا .
“Wahai
orang-orang yang beriman! Jika kalian bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan
memberikan kepada kalian furqan (pembeda antara yang haq dan batil)...” (QS.
Al-Anfal [8]: 29).
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ
أَمْرِهِ يُسْرًا.
“Siapa
yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam
urusannya.” (QS. At-Thalaq[65]:4).
Ayat-ayat
ini merupakan pondasi utama, karena di era digital dan globalisasi, fitnah
terbesar karena tercampurnya kebenaran dengan kebatilan. Maka yang dibutuhkan
adalah keimanan yang kuat, ketakwaan hati sehingga dapat membedakan kebaikan
dan keburukan serta meninggalkan keburukan tersebut.
2. Merasa diawasi oleh Allah.
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ
ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
"Sesungguhnya Allah selalu mengawasi
kalian." (QS. An-Nisa[4]:1).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi w sallam
bersabda:
أَنْ
تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ, فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ
يَرَاكَ.
"Engkau
beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak dapat
melihat-Nya, maka (yakinlah) sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Muslim 8).
3. Takut kepada Allah.
Allah
ta’ala berfirman:
اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ
الْعُلَمٰۤؤا.
“Hanya saja yang takut kepada Allah dari sekian hamba-Nya adalah
ulama.” (QS. Fatir[35]:28).
Ayat
ini menunjukkan bahwa membangun rasa takut yaitu dengan ilmu.
Ilmu
juga akan menjadi penangkal berbagai subhat dan kesesatan.
4. Menyibukkan dengan amal shalih dan hal-hal yang
bermanfaat.
Allah
ta’ala berfirman:
إِنَّ
اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ.
“Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang
yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl[16]:128).
ٱحْرِصْ عَلَىٰ مَا يَنفَعُكَ وَٱسْتَعِنْ بِٱللَّهِ وَلَا تَعْجِزْ.
"Bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu, mintalah
pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah (putus asa)." (HR. Muslim no. 2664, shahih Ibnu Hibban 5721).
Allah
berfirman:
وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِى ٱلْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ.
“Dan
jika kamu menuruti kebanyakan manusia di muka bumi ini, niscaya mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. Al-An‘am[6]: 116)
5. Tabayyun (Menganalisa Setiap
Berita Yang Sampai).
Setiap muslim
hendaknya mencari kejelasan setiap informasi, baik masalah pribadi ataupun
menyangkut kepentingan umum.
Allah ta’ala telah
memberikan tuntunannya di dalam kitab suci-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ
بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا.
“Hai orang-orang yang
beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
dengan teliti…” (QS. Al-Hujurat [49]: 6).
Ibnu Katsir
rahimahullah dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim berkata, “Allah ta’ala memerintahkan
untuk melakukan kroscek terhadap berita dari orang fasik. Karena boleh jadi
berita yang tersebar adalah berita dusta atau keliru.”
Demikianlah semoga
bermanfaat.
-----000-----
Sragen 19-07-2025
Abu Ibrahim Junaedi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar