Sabtu, 12 Juli 2025

TABARRUK (MENCARI BARAKAH) ANTARA YANG MASYRU’ (DISYARI’ATKAN) DAN MAMNU’ (TERLARANG).

 


TABARRUK (MENCARI BARAKAH) ANTARA YANG MASYRU’ (DISYARI’ATKAN) DAN YANG MAMNU’ (TERLARANG).

 

Semakin jauh masa diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, semakin banyak kaum muslimin yang tidak memahami perkara-perkara pokok dalam agama ini. Akibatnya, mereka tidak lagi mampu membedakan antara tauhid dan syirik, antara sunnah dan bid’ah, termasuk dalam hal tabarruk (mencari barakah). Akhirnya, tidak sedikit dari mereka yang terjerumus ke dalam perbuatan syirik dan bid’ah.

Fenomena ini melanda umat Islam di berbagai penjuru dunia, termasuk di negara kita, tanpa terkecuali, kecuali sedikit orang yang dirahmati oleh Allah Ta’ala.

Oleh karena itu, bi’idznillah, kita akan membahas permasalahan ini secara ringkas, in syaa Allah.

1.   Pengertian barakah.

Secara bahasa, barakah (بَرَكَةٌ) berarti nikmat, sebagaimana disebutkan dalam Kamus Al-Munawwir.

Adapun makna barakah menurut istilah adalah:
النَّمَاءُ وَالزِّيَادَةُ tumbuh dan berkembang, sebagaimana disebutkan dalam Lisan al-‘Arab.

Selain itu, terdapat pula definisi lain yang disebutkan oleh para ulama.

Dari berbagai makna di atas, dapat disimpulkan bahwa keberkahan adalah tambahan, kelebihan, ketetapan, maupun kekekalan suatu kebaikan dalam berbagai bentuk yang Allah berikan. Wallahu a‘lam.

  2.   Orang-orang yang tabarruk (mencari barakah).

Hukum tabarruk (mencari barakah) ada tiga macam, yaitu:

      I.            Tabarruk yang masryu’ (sesuai dengan syar’iat).

   II.            Tabarruk yang bid’ah.

III.            Tabarruk yang Syirik.

      I.            Tabarruk (mencari berkah) yang masru’ (disyari’atkan).

Tabarruk yang masru’ ada dua, yaitu secara dzati dan maknawi:

Pertama : Tabarruk yang berkaitan dengan dzat yang di berkahi.

Yaitu mencari keberkahan dari benda-benda yang dzatnya memiliki keberkahan yang telah ditetapkan oleh syariat. Contohnya:

  • Madu
  • Zaitun
  • Air zam-zam
  • Kurma

Semua yang telah disebutkan di atas terdapat dalam nash-nash syar‘i, baik dalam Al-Qur’an maupun dalam hadits, yang menunjukkan bahwa padanya terdapat keberkahan, manfaat, dan penyembuhan.

Adapun dalil-dalilnya adalah sebagai berikut:

Allah ta’ala berfirman:

يَخْرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهُۥ فِيهِ شِفَآءٌ لِلنَّاسِ ۗ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةً لِّقَوْمٍۢ يَتَفَكَّرُونَ.

"Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mau berpikir." (QS. An-Nahl [16]: 69).
يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ.

"...yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, yaitu pohon zaitun, yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat..." (QS. An-Nur[24]:35).

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ مَاءٍ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ مَاءُ زَمْزَمَ فِيْهِ طَعَامُ الطَّعْمِ وَشِفَاءُ السَّقْمِ.

”Sebaik-baik air yang terdapat di muka bumi adalah zam-zam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit.” (HR. Thabrani di dalam Mu’jam al-Ausath 3912,dihasankan Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihah 1056).

Keberkahan kurma, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ وَلَا سِحْرٌ.

“ Barangsiapa di pagi hari memakan tujuh butir kurma ajwa, maka ia tidak akan terkena racun dan sihir pada hari itu.”(HR. Bukhari 5779, Muslim 2047).

Adapun tabarruk (mencari barakah dengan peninggalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ada 2 yaitu:

1)  Tabarruk dengan mengamalkan sunnah beliau.

Tabarruk dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan ajaran-ajaran beliau dalam kehidupan sehari-hari. Yang dimaksud dengan sunnah di sini adalah seluruh ajaran, perintah, dan tuntunan yang dibawa oleh beliau, baik dalam aspek akidah, ibadah, akhlak, muamalah, dan seluruh sisi kehidupan.

Sesungguhnya dalam setiap ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat barakah (keberkahan) dan kebaikan yang sangat besar. Seandainya umat manusia mau mengamalkannya dengan sungguh-sungguh, maka ajaran itu akan menjadi sebab keselamatan, keberkahan, dan kebaikan yang besar bagi kehidupan mereka, baik di dunia maupun di akhirat.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا: كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِي.

“Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnahku.” (HR. Al-Hakim di dalam mustadraknya 319, disahihkan Syaikh al-Albani di dalam Sahihul Jami’ 2937).

2)  Tabarruk dengan peninggalan beliau.

Peninggalan Beliau seperti pakaian Beliau, rambut beliau, bejana atau tempat minum beliau dan lain-lain yang masih terkait dengan diri beliau.

Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha menyimpan rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diletakkan di dalam bejana yang terbuat dari perak. Apabila ada sahabat yang sakit, maka rambut tersebut direndam dengan air, lalu airnya diminumkan kepada orang yang sakit, dan dengan izin Allah mereka pun sembuh. (Lihat: Syarah Riyadhus Shalihin bab Tahrimi Inaaidz dzahabi wa inaail fidhdzati, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin).

Ini juga berlaku bagi nabi dan rasul lainnya.

Allah ta’ala berfirman:

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلَائِكَةُ.

“Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun tabut itu dibawa malaikat.” (QS. Al-Baqarah[2]:248).

Disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir.

 وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ.

“Dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun.” (QS.Al-Baqarah[2]:248).

Ada yang menafsirkan, tongkat dan kedua sandal Nabi Musa dan Harun. (Lihat tafsir Ibnu Katsir, QS Al-Baqarah[2]:248).

Kedua : Tabarruk (mencari barakah) secara maknawi.

1)  Tabarruk dengan amalan

Seperti membaca Al-Qur’an, shalat, membaca Bismillah.

Allah ta’ala berfirman:

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ .

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Qs. Shaad : 29)

2)  Tabarruk dengan tempat.

Seperti shalat di Masjidil haram, masjid Nabawi, dan masjidil Aqsha, begitu pula Makkah dan Madinah itu sendiri.

Allah ta’ala berfirman:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ.

“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami..” (QS. Al-Isra’[17]:1).

3)  Tabarruk dengan waktu.

Seperti malam Lailatul Qadar, i'tikaf di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, sepuluh hari awal bulan Dzulhijah.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ.

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.” (Qs. Ad-Dukhan[44] : 3)

         Semua ini merupakan waktu-waktu yang diberkahi, untuk mendapatkan barakahnya hendaknya seseorang melakukan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

   II.            Tabarruk yang bid’ah.

Yang dimaksud dengan tabarruk yang bid‘ah adalah mencari keberkahan (tabarruk) melalui makhluk, tempat, atau benda tertentu, dengan keyakinan bahwa perbuatan tersebut dapat mendatangkan pahala karena dianggap sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah. Meskipun pelakunya tetap meyakini bahwa yang memberi manfaat dan menolak mudarat hanyalah Allah Ta‘ala semata, namun keyakinan dan perbuatan tersebut tidak memiliki dasar dalil yang sah dari Al-Qur’an maupun Sunnah.

Contoh-contoh tabarruk bid‘ah antara lain:

·  Mengusap-usap kain Ka‘bah dengan harapan memperoleh keberkahan.

·         Meminum air dari suatu tempat yang dianggap istimewa tanpa dalil syar‘i.

·    Mengambil dan menyimpan batu yang terdapat tulisan atau bentuk lafaz tertentu karena diyakini membawa berkah.

·  Menganggap binatang tertentu memiliki keistimewaan dan dapat membawa keberkahan.

Perbuatan-perbuatan tersebut dilakukan dalam rangka mencari barakah dan mengharap pahala dari Allah, namun tanpa dasar syariat. Oleh karena itu, termasuk dalam kategori tabarruk yang bid‘ah, yaitu bentuk mencari keberkahan yang tidak diajarkan dalam Islam. Bahkan, praktik semacam ini dapat menjadi pintu menuju kesyirikan.

Adapun tabarruk kepada orang shalih, maka hendaknya dirinci bentuk dan tujuannya. Jika seseorang mencari keberkahan dari orang shalih dengan cara mengambil ilmunya, mengikuti petunjuk dan bimbingannya yang benar, serta meneladani akhlaknya, maka hal ini dibenarkan dalam syariat.

Namun, apabila yang dimaksud dengan tabarruk kepada orang shalih adalah dengan dzat mereka, seperti:

·         Mengusap atau mengambil berkah dari keringat mereka.

·         Meminum air bekas minum mereka.

·         Mengambil air bekas wudhu mereka.

·         Menyentuh pakaian mereka.

·         Menganggap barakah dari tempat yang mereka singgahi (petilasan).

Maka perbuatan semacam ini tidak benar dan tidak didukung oleh dalil yang sahih. Banyak ulama Ahlus Sunnah telah menjelaskan bahwa hal itu termasuk dalam bentuk tabarruk yang tidak disyariatkan.

Para sahabat tidak melakukan hal ini kecuali hanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak kepada Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali, atau sahabat lainnya yang telah dijamin masuk surga.

Oleh karena itu orang-orang yang mencari kepada selain beliau telah terjerumus ke dalam penyimpangan.

Rasulullah sallallahu’alaihiwa sallam bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.

“Barangsiapa yang menciptakan dalam perkara kami ini apa-apa yang bukan merupakan bagian darinya, maka hal tersebut ditolak.” “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Bukhari 2697, Muslim 1718).


Ke tiga : Tabarruk yang syirik.

Yang dimaksud dengan tabarruk yang syirik adalah mengharapkan keberkahan semata-mata kepada makhluk, atau menjadikannya perantara, seperti kuburan, pohon, batu, atau tempat-tempat yang dianggap keramat, dengan keyakinan bahwa makhluk ataupun benda-benda tersebut dapat memberikan manfaat atau menolak mudarat dengan sendirinya, tanpa menjadikan Allah sebagai satu-satunya sumber keberkahan.

Perbuatan semacam ini termasuk dalam syirik akbar (syirik besar), karena pelakunya telah menyekutukan Allah dalam perkara yang menjadi kekhususan-Nya, yaitu pemberian manfaat, keberkahan, dan perlindungan. Ini sama dengan perbuatan kaum musyrikin terdahulu, yang mengagungkan berhala-berhala dan sesembahan selain Allah, serta meyakini bahwa benda-benda tersebut bisa menjadikan perantara, atau memberikan keberkahan.

Allah Ta‘ala berfirman:

وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰٓؤُلَآءِ شُفَعَـٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّهِ ۚ

“Dan mereka menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat mendatangkan mudarat dan tidak (pula) manfaat kepada mereka, dan mereka berkata: ‘Mereka itu adalah pemberi syafa‘at kepada kami di sisi Allah’...” (QS. Yunus[10]: 18).

أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّىٰ . وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَىٰ .

“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza, dan Manat yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?” (QS. An-Najm [53]: 19-20).

Ayat ini menunjukkan pengingkaran terhadap orang musyrik Qurais dimana mereka mengagungkan Lata, ‘Uzza dan Manat  bahwa berhala tersebut dapat mendatangkan keberkahan.

Latta adalah batu yang diukir, dahulu dia adalah seorang penumbuk gandum yang diberikan kepada orang berhaji.

‘Uzza adalah pohon yang dinaungi tirai, dan takbir yang berada di Thaif.

Adapun Manah terletak di musyalal daerah Qadid antara Makkah dan Madinah. (tafsir Ibnu Katsir QS-An-Najm[53]:10-23, lihat pula kitab Tauhid Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab.).

“Dari Abu Waqid al-Laitsi radhiyallahu’anhu, dia menceritakan, “Kami keluar bersama Rasulullah sallallhu ‘alaihi wa sallam menuju Hunain, sedang kami baru saja meningalkan kekafiran, kami melewati sebuah pohon dimana orang-orang musyirik menggantungkan pedang-pedang mereka, pohon tersebut dinamakan, “Dzatu Anwath”, mereka menggelantungkan senjata-senjata mereka pada pohon tersebut. Lalu, kami berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ فَقَالَ: " اللَّهُ أَكْبَرُ قُلْتُمْ كَمَا قَالَ أَهْلُ الْكِتَابِ لِمُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ {اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ} [الأعراف: 138] " ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّكُمْ سَتَرْكَبُونَ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ.

“Wahai Rasulullah jadikanlah untuk kami Dzatu Anwath sebagaimana mereka memiliki Dzatu Anwath.” Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allahu akbar, kalian telah mengatakan seperti perkataan ahli kitab kepada Musa ‘jadikanlah untuk kami ilah(sembahan) seperti halnya mereka mempunyai ilah(QS. Al-A’raf[7]:138), sesungguhnya kalian akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kalian.” (HR. Abu Dawud 1443, Tirmidzi 2180 di sahihkan Syaikh al-Albani di dalam al-Miyskah 5369).

3.   Kekliruan sebagian kaum muslimin.

Di antara bentuk-bentuk tabarruk yang banyak dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin, yang tidak berdasarkan dalil syar‘i dan dapat menjerumuskan kepada kesyirikan, adalah sebagai berikut:

1)  Tabarruk kepada tempat-tempat tertentu.

Hal ini bisa menjadikan syirik kecil maupun syirik besar. Contohnya:

  • Kuburan. Apa bila seseorang merasa lebih nyaman, puas, mantab berdoa di dekat kuburan, meskipun yang dimintai Allah maka hal ini adalah perkara bid’ah.

Dan lebih berbahaya lagi apabila seseorang menjadikan perantara penghuni kubur tersebut dengan Allah ta’ala, atau diyakini dengan sendirinya penghuni kubur tersebut dapat mengabulkan doanya, maka dia telah terjerumus kedalam syirik besar.

Allah ta’ala berfirman:

وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۘ مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ , اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كٰذِبٌ كَفَّارٌ

“Orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata,) “Kami tidak menyembah mereka, kecuali (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sesungguhnya Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta lagi sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar[39]:3).

وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰٓؤُلَآءِ شُفَعَـٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّهِ ۚ

“Dan mereka menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat mendatangkan mudarat dan tidak (pula) manfaat kepada mereka, dan mereka berkata: ‘Mereka itu adalah pemberi syafa‘at kepada kami di sisi Allah’...” (QS. Yunus[10]: 18).

  • Alas Purwa atau pepohonan yang dianggap keramat.
  • Punden, yaitu susunan batu yang diagungkan.
  • Gunung seperti Gunung Kawi, Gunung Kemukus, Merapi, dan lainnya.
  • Pantai.
  • Gua dan sumur yang dianggap keramat.
  • Sungai tempuran, dan tempat-tempat serupa lainnya.

2)  Tabarruk kepada waktu tertentu dalam melakukan kegiatan yang tidak syar’i.

Seperti:

  • Bulan As-Syura (Muharram), dengan kegiatan mencuci gaman (membersihkan senjata pusaka), kirab kerbau, dan lain-lain.
  • Naik ke puncak gunung, mandi di laut, dan berbagai bentuk ritual lainnya yang dilakukan di waktu dan tempat tertentu dengan keyakinan akan mendatangkan keberkahan.

3)  Tabarruk kepada binatang tertentu.

Menganggap hewan tertentu membawa keberkahan, seperti:

  • Sapi, sebagaimana yang terjadi di India.
  • Kerbau, yang ada di Indonesia.
  • Burung, kucing, ikan dan hewan-hewan lainnya yang dianggap dapat mendatangkan keberkahan.

4)  Tabarruk kepada Benda-Benda.

Mengagungkan benda tertentu dengan keyakinan dapat mendatangkan manfaat atau menolak mudarat. Misalnya:

  • Keris, batu akik, tombak, sabuk, kulit hewan, tulang, taring, dan batu-batu khusus.

Benda-benda tersebut sering diberi sajen seperti minyak wangi atau bunga, dan diyakini dapat menjadi sumber keberkahan atau perlindungan.

Seluruh perbuatan di atas merupakan bentuk tabarruk yang tidak diajarkan dalam Islam, sehingga dapat menjerumuskan pelakunya ke dalam kesyirikan. Karena keberkahan hanyalah milik Allah dan hanya dapat diperoleh melalui cara yang disyariatkan.

Allah Ta‘ala berfirman:

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ.

“Dan janganlah engkau menyeru (menyembah) selain Allah, sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu. Jika engkau lakukan (yang demikian), maka sungguh engkau termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Yunus [10]: 106).

4.   Bahaya dan keburukan yang ditimbulkan oleh kesyirikan.

1)  Apa bila mati dalam keadaan musyrik, maka pelakunya akan kekal di dalam neraka.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.”(QS. An Nisaa [4]: 48)

     2)   Menghapuskan pahala amal kebaikan seseorang.

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.

“Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar [39]: 65)

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.

“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang Telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am [6]: 88)

 3) Kemusyrikan sumber  petaka di dunia dan akhirat.

 Sebagaimana banyak di sebutkan bahwa umat-umat terdahulu mereka dihancurkan karena mereka menyukutukan Allah ta’ala, maka demikian pula berbagai bencana saat ini terjadi  tidak lain karena manusia banyak menyekutukan Allah. Allah ta’ala berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.

“Jikalau penduduk kota-kota beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raf [7]: 97)

مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ وَقُلْتُ أَنَا وَمَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّة.

Barang siapa mati dalam keadaan menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam neraka, barang siapa mati tidak menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam surga.” (HR. Bukhari 4227, Muslim 92).

Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala:

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُم بِاللَّهِ إِلَّا وَهُم مُّشْرِكُونَ .

"Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)." (QS. Yusuf [12]:106).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ, وَحَتَّى تَعْبُدَ الْأَوْثَانَ.

"Tidak akan tegak hari Kiamat hingga sebagian kabilah dari umatku bergabung dengan kaum musyrikin, sampai mereka menyembah berhala." (HR. Ahmad 22452, Tirmidzi 2219, Abu Dawud 1084, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 1683, Al-Misykah 5406).

5.   Allah mengampuni semua dosa.

Namun meskipun demikian Allah mengampuni semua dosa bagi hamba-hambanya yang bertaubat sebelum meninggal.

Allah ta’ala berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Katakanlah (Nabi Muhammad), "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar[39]:53).

Demikianlah semoga kita dan keluarga kita dijauhkan dari berbagai macam bentuk kesyirikan dan bisa berkumpul bersama keluarga kita di dalam surga-Nya Aamiin.

 

-----000-----

 

Sragen 12-07-2025

Junaedi Abdullah.

 

 

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TABARRUK (MENCARI BARAKAH) ANTARA YANG MASYRU’ (DISYARI’ATKAN) DAN MAMNU’ (TERLARANG).

  TABARRUK (MENCARI BARAKAH) ANTARA YANG MASYRU’ (DISYARI’ATKAN) DAN YANG MAMNU’ (TERLARANG).   Semakin jauh masa diutusnya Rasulullah shal...