Selasa, 27 Februari 2024

BAHAYA BID’AH DALAM ISLAM.

 



 Seri (2).


4. Bid’ah akan merusak kemurnian ajaran islam dari dalam.

Kemurnian ajaran islam merupakan eksistensi (keberadaan) dan keberlangsungan bagi ajaran islam itu sendiri, apabila hal ini dirusak hilanglah kemurniannya dan tinggalah ajaran kepalsuan yang di atas namakan ajaran islam, sebagaimana agama-agama yang dahulu, telah dirubah-rubah pemeluknya dan disesuaikan dengan hawa nafsunya.

Amalan bid’ah amalan yang menodai kemurnian islam, sebagaimana musuh yang menyerang dari dalam sehingga sangat membahayakan kemurnian islam.

Allah ta’ala berfirman:

أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلْخَالِصُ.

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).(QS. Az-Zumar [39]:3).

وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ.

“Dan tidaklah ibadah mereka di sekitar Baitullah itu selain siulan dan tepuk tangan rasakanlah adzab disebabkan kekafiran kalian.” (QS. Al-Anfal [8]: 35).

Al-muka artinya bersiul, sedangkan tasdiyah artinya bertepuk tangan.(Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Anfal [8]:35).

Kita bisa saksikan bid’ah yang terjadi sekarang ini, selain mereka membuat amalan baru di dalam agama yang beraneka ragam, mereka juga melakukan tepuk tangan, bernyanyi, bahkan sambil berjoget, dan lain-lain yang in syaa Allah nanti kita bawakan contohnya.

5. Orang yang membuat bid’ah secara tidak langsung mengganggap islam belum sempurna.

Imam Asy-Syatibi berkata, “Seorang pelaku bid'ah, baik dengan perbuatannya atau dengan ucapannya, menganggap bahwa syari'at belum sempurna masih ada perkara-perkara dalam syari'at yang harus diperbaiki atau direvisi. Apabila dia yakin bahwa syari'at agama kita ini telah sempurna, tentunya dia tidak akan membuat sesuatu yang baru apalagi merevisinya. (Al-I’tisam bab 2 hal 42, Imam Asy-Syatibi).

 Padahal Allah ta’ala berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا.

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Ma’idah [5] : 3).

قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ.

Aku tinggalkan kalian dalam keadaan terang-benderang, siangnya seperti malamnya. Tidak ada yang berpaling dari keadaan tersebut kecuali ia pasti celaka.” (HR. Ahmad 17142, Ibnu Majah 43, Thabrani 619, disahihkan Syaikh al-Albani di Shahihul Jami’ 4369).

Islam asalnya putih bersih, berjalannya waktu dan jauhnya dari kenabian kemudian setiap orang ataupun kelompok mengambil bagian dari warna putih itu dan kemudian mewarnainya menurut hawa nafsunya, dari sekian warna yang banyak itu masih ada warna putih dimana orang yang datang kemudian menyangka bahwa warna putih itu bagian dari warna-warna yang ada sehingga orang memilih warna (kelompok) yang disukainya, padahal warna putih itu merupakan warna yang masih murni dan akan tetap ada sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَزَالُ مِنْ أُمَّتِي أُمَّةٌ قَائِمَةٌ بِأَمْرِ اللَّهِ، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ، وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ.

“Selalu ada dari umatku senantiasa yang menegakkan perintah Allah. Tidak dapat mencelakai mereka orang yang menghinanya dan juga orang yang menyelisihinya, hingga Allah datangkn kepada mereka perkaranya sedangkan mereka tetap kondisi seperti itu.” (HR. Bukhari 3641).

Imam Al-Baghawi mengatakan:

قَائِمَةٌ بِأَمْرِ اللَّهِ، أَيْ مُتَمَسِّكَةٌ بِدِينِهَا.

“Senantiasa ada yang selalu menegakkan perintah Allah, yaitu teguh dengan agamanya.” (Syarhu Sunnah, Imam Al-Baghawi, wafat 516 h).

Demikianlah orang yang berpegang dengan ajaran islam yang benar akan selalu ada meskipun banyak orang yang menghina dan menyelisihinya.


  6. Orang yang membuat bid’ah hakekatnya telah menuduh Rasulullah menghianati kerasulannya.

Allah ta’ala berfirman:

فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ.

“Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. As-Syu’ara [26]:216).

 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ، وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ.

“Sesungguhnya  tidak ada seorang nabi pun sebelumku kecuali wajib atasnya menunjukkan kepada umatnya kebaikan yang ia ketahui dan mengingatkan mereka kejelekan yang ia ketahui.” (HR. Muslim 1844, Ahmad 6793, Sunan Ibnu Majah 3956).

Al-Imam Malik rahimahullah berkata:

مَنِ ابْتَدَعَ فِي الْإِسْلَامِ بِدْعَةً يَرَاهَا حَسَنَةً، زَعَمَ أَنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَانَ الرِّسَالَةَ، لِأَنَّ اللَّهَ يَقُولُ: {الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ} [المائدة: 3]، فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِينًا، فَلَا يَكُونُ الْيَوْمَ دِينًا.

“Barangsiapa berbuat bid’ah dalam Islam yang ia anggap sebagai bid’ah hasanah, maka ia telah menuduh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah mengkhianati tugas kerasulan, karena Allah ta’ala berfirman,
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu…” (Al-Maidah[5]:3). Sehingga apa yang hari itu bukan ajaran agama, maka pada hari ini juga bukan ajaran agama.” (Al-I’tisham lisy Syaathibi rahimahullah, 1/65-66).

Andaikan pelaku bid’ah mau merenungkan pertanyaan berikut ini dan menyadari dengan hati nuraninya tentu mereka akan sadar.

Cobalah dijawab dengan hati yang tulus anda: Apakah bid’ah yang anda lakukan adalah kebaikan (hasanah) yang sudah diketahui oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam?

Apabila jawabannya: ya, beliau sudah mengetahui kebaikan tersebut
maka jawaban ini mengandung tuduhan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sebagai orang yang tidak amanah dalam menjalankan tugasnya sebagai rasul, yaitu mengajarkan kepada umatnya seluruh kebaikan yang beliau ketahui karena ternyata ada kebaikan yang beliau sudah ketahui dan belum beliau ajarkan kepada umat. Inilah bahaya menganggap bid’ah sebagai ‘hasanah.

Apabila jawabannya: tidak, beliau belum mengetahui kebaikan tersebut.
Maka jawaban ini mengandung kesombongan dan penyelisihan terhadap petunjuk Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, karena kalau begitu orang yang berbuat bid’ah itu secara tidak langsung menganggap dirinya lebih baik dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, sebab ia telah mampu mengetahui dan mengamalkan satu kebaikan yang Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak mengetahuinya dan tidak pula mengamalkannya.

Demikianlah bahayanya bid’ah, oleh karena itu hendaknya ditinggalkan dan dijahui.

 

Semoga bermanfaat aamiin.

 

 

Sragen 27-02-2024

Junaedi Abdullah.

 

 

Jika dianggap bermanfaat silahkan disampaikan yang lain (dishare), bila ada kritikan yang membangun ataupun belum dipahami bisa di tanyakan WA. 081229809070.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...