Kamis, 13 Juli 2023

BAITI JANNATI (RUMAHKU ADALAH SURGAKU)




Semua orang menghendaki memiliki rumah tangga bahagia, namun tidaklah semua orang bisa mewujudkan hal itu, bahkan tidak sedikit prahu rumah tangga yang mereka naiki kandas dan berakhir dengan perceraian.

Hal itu dikarenakan latar belakang dan cara pandang setiap orang yang berbeda-beda, ketika mereka tidak mau berjalan sesuai apa yang dituntunkan Allah dan Rasul-Nya merekapun tak akan mendapatkan apa yang mereka cari yaitu kebahagiaan.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى.

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaha [20] : 124).

Oleh karena itu berikut ini tahapan-tahapan di dalam menggapai baiti jannati (rumah tanggaku surgaku) diantaranya:

1.    Menikah.

Menikah adalah salah satu sarana mewujudkan rumah tangga bahagia, demikian pula menikah merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya.

Allah ta’ala befirman:

فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَة.

“Maka nikahilah perempuan-perempuan (lain) yang kalian senangi, dua tiga atau empat. Bila kalian takut tidak bisa berbuat adil, maka nikahilah satu perempuan saja.” (QS An Nisa [4]:3)

 وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوا إلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.” (QS Ar-Rum [30]:21)

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.

“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa dapat menekan syahwatnya (menjadikan tameng).” (HR. Bukhari 5066 Muslim 1402).

اَلنِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِي فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي.

“Menikah adalah sunnahku. Barangsiapa yang enggan melaksanakan sunnahku, maka ia bukan dari golonganku.” (HR Ibnu Majah 1846 Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah 2383).

تَزَوَّجُوْا فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ اْلأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَـامَةِ

“Menikahlah, karena sesungguhnya aku akan membangga-banggakan jumlah kalian kepada umat-umat lain pada hari Kiamat.” (HR. Al-Baihaqi (VII/78) dan dikuatkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab ash-Shahiihah).

إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗوَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur[24]: 32)

2.    Memilih suami istri yang baik.

وَلَأَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ.

“Dan sungguh wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu.” (QS Al-Baqarah[2]:221)

وَلَعَبْدٌ مُؤْمِنٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ.

“Dan sungguh laki-laki budak yang mu’min lebih baik dari laki-laki musyrik, walaupun dia menarik hatimu.” (QS Al-Baqarah[2]:221)

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ: لِمَـالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ.

“Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung.” (HR. Bukhari 5090, Muslim 1466)

إِذَا جَاءَكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَأَنْكِحُوهُ، إِلَّا تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ وَفَسَادٌ.

“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan di muka bumi” ( HR. Tirmdzi 1085, Dihasankan syaikh al-Abani di dalam al-Irwa’1868).

3.    Bila salah satu tertinggal agamanya hendaknya belajar.

Kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi dengan umur, hendaknya berusaha segera mengejar ketinggalannya. Allah ta’ala memuji orang-orang yang beriman dan berilmu:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ.

“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang orang yang di beri ilmu dengan beberapa derajat.” ( QS Al-Mujadilah[58]:11)

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah. Dishahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah  224)

Pengetahuan agama inilah nantinya yang akan megendalikan bahtera rumah tangganya dan menjadikan dasar pijakan di dalam mengarung kehidupan.

Dengan demikian suami istri akan menjadi pasangan ideal berbicara berdasarkan ilmu, diam berdasarkan ilmu, memerintah berdasarkan ilmu, melarang berdasarkan ilmu setiap tindakan didasari ilmu.

4.    Menutup masa silam.

Banyak pasutri ketika mereka sudah menikah tidak menyadari hal ini, padahal dirinya tidak lagi lajang, hendaknya menutup masa lalu.

Bukalah lembaran baru dan lupakan kenangan lama, jangan sampai kebahagiaannya rusak dengan masa silam yang kelam.

Tutuplah kekurangan di masa silam dengan kebaikan niscaya akan menghapuskan hal itu. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ..

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Hud [11]:114).

Dari Abu Dzar ia berkata Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.

“Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi 1987 di hasankan Syaikh al-Albani di dalam Al-Misykah 5083).

5.    Mengetahui hak dan kewajiban masing-masing

أَلاَ إِنَّ لَكُمْ عَلَى نِسَائِكُمْ حَقًّا وَلِنِسَائِكُمْ عَلَيْكُمْ حَقَّا.

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kalian memiliki hak atas isteri-isteri kalian dan isteri-isteri kalian juga memiliki hak atas kalian.” (HR Tirmidzi 1163, dihasankan syaikh al-Albani di dalam Sunan Ibni Majah 1851)

Haq seorang istri.

1)  Mempergauli dengan cara yang baik.

Berbuat baik kepada istri, baik dengan ucapan, maupun perbuatan, Lembut bukan berarti lemah, tegas bukan berarti keras, hendaknya bersikap bijaksana.

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ.

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” (QS An Nisaa’[4]:19).

Jangan sampai seorang suami bersikap keras, kasar, kaku kepada istrinya, dimana seorang istri merupakan teman setia, membantu keperluannya, melahirkan anak-anaknya, mendidik mereka, bekerja siang malam untuk kita, berapakah seandainya kita menggaji seorang pembantu.

Oleh karena itu Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا.

“Orang mukminin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya.” (HR Thirmidzi 1162 Ibnu Majah 1987  dishahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihah 284).

2)  Mendidiknya.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim[66]:6).

Ali ibnu Abi Thalib berkata, “Ajarilah keluargamu adab-adab.” (Tafsir Ibnu Katsir, QS. At-Tahrim[65]:6).

3)  Memberinya makan, pakaian dan tempat.

Allah ta’ala berfirman:

أَسْكِنُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ سَكَنْتُمْ مِنْ وُجْدِكُمْ.

“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu..” (QS. At-Thalaq[65]:6).

Rasulullah ketika di tanya tentang hak seorang istri Beliau menjawab:

أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ، وَتَكْسُوهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ، وَلاَ تَضْرِبِ الوَجْهَ، وَلاَ تُقَبِّحْ، وَلاَ تَهْجُرْ إِلاَّ فِي الْبَيْتِ.

“Engkau memberinya makan jika engkau makan, engkau memberinya pakaian jika engkau berpakaian, janganlah memukul wajah dan janganlah menjelek-jelekkannya serta janganlah memisahkannya kecuali tetap dalam rumah.” (HR. Abu Dawud 2142, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihah 687).

 

4)  Memberikan belanja untuk berhias dan berdandan.

Hendaknya suami juga memberikan belanja untuk keperluan berhias dan berdandan dirumah bagi istrinya, agar dirinya (suami) merasa senang ketika memandang istrinya.

Hal ini termasuk keumuman firman Allah ta’ala di atas.

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ.

“Dan bergaulah dengan mereka secara patut.” (QS An Nisaa’[4]:19).

Sudah semenjak dahulu sebelum islam wanita itu berhias dan berdandan, hanya saja Islam memerintahkan hal itu dilakukan dirumah.

Banyak suami yang menghendaki istrinya tampil cantik, glowing namun mereka enggan mengeluarkan uang.

5)  Menjaga kebersihan dan kebugarannya.

Suami hendaknya menjaga kebersihan dirinya, hal itu semata-mata agar istrinya bergairah kepadanya.

Nabi orang yang sangat memperhatikan kebersihannya, dari Al Miqdam bin Syuraih dari ayahnya, dia berkata, Aku bertanya pada Aisyah

بِأَىِّ شَىْءٍ كَانَ يَبْدَأُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ قَالَتْ بِالسِّوَاكِ.

“Apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan ketika mulai memasuki rumah beliau?” Aisyah menjawab, “Bersiwak” (HR. Muslim 253).

Ibnu Abbas berkata: “Sesungghnya aku senang berhias untuk istri sebagaimana aku suka ia berhias untukku.” Kemudian beliau membacakan firman Allah ta’ala berikut ini.

 وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ.

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang sepatutnya.” (Tafsir ibnu Katsir, QS. Al-Baqarah [2]:228)

 

6)  Mengajak bermain, bercanda dan menggaulinya.

Banyak suami yang merasa cuek, masa bodoh terhadap masalah ini, padahal hal ini merupakan perekat hubungan suami istri, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam dekat dengan istri-istri beliau.

Rasulullah biasa bercengkrama sesaat sebelum tidur, mandi bersama, membangunkan istrinya untuk shalat, tidur di pangkuan istrinya, mencium istrinya ketika hendak shalat, kadang berlomba lari bersama istrinya.

Semua ini akan mejadikan hubungan pasutri harmonis, bayangkan jika suami istri jauh tanpa komunikasi, keluar masuk selalu diam, makan minum tidur semua masing-masing tentu akan menjenuhkan di dalam hidupnya.

jika salah satu pasangan mengabaikan, hal ini dapat menimbulkan masalah besar dalam rumah tangga, Rasulullah biasa mencandai istrinya, mengajaknya bermain dan mengumpulinya.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ.

“Hubungan salah satu diantara kalian juga shadaqqah.” (HR. Muslim 1006, Ahmad).

 

7)  Menasehati apabila keliru.

Istri kita mereka adalah manusia, bukan malaikat yang tak pernah salah, meskipun sudah dididik, namun pasti masih punya kekurangan, hendaknya kita menasehati dengan baik.

Allah ta’ala berfirman:

وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا.

Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz(tidak lagi taat), hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya.” (QS. An-Nisa[4]:34).

 

Nuzuz yakni wanita-wanita yang membangkang terhadap suaminya.

Ibnu Abbas, berkata: “Hendaknya suami menasihatinya sampai istri kembali taat. Tetapi jika si istri tetap membangkang, hendaklah si suami berpisah dengannya dalam tempat tidur, jangan pula berbicara. (Tafsir Ibnu Katsir[4]:34).

 

Dari ‘Atha, dia berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu Abbas, ‘Apa maksud pemukulan yang tidak menyakitkan?”

مَا الضَّرْبُ غَيْرُ الْمُبَرِّحِ؟ قَالَ: السِّوَاكُ وَشِبْهُهُ، يَضْرِبُهَا بِهِ.

Dia menjawab, ‘Memukul dengan siwak atau yang serupa dengannya.’” (Tafsir At-Thabari QS. An-Nisa[4]:34).

 

Teladan nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah memukul istri-istrinya, pembantu, dan budaknya, baik laki-laki maupun perempuan. Umul mu’minin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ، وَلَا امْرَأَةً، وَلَا خَادِمًا، إِلَّا أَنْ يُجَاهِدَ فِي سَبِيلِ اللهِ.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sama sekali tidak pernah memukul dengan tangannya, tidak pernah memukul istri, dan tidak pernah memukul pembantu, kecuali ketika berjihad fii sabilillah.” (HR. Muslim 2328).


Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ …

“Berwasiatlah kalian dengan kebaikan kepada para wanita (para istri), karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk…” (HR. Al-Bukhari 3331, Muslim1468).

 

8)  Menyambung persaudaraan keluarga istri.

Hendaknya suami menyambung persaudaraan keluarga iistrinya.

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.

”Barangsiapa ingin dilapangkan baginya rezkinya dan dipanjangkan untuknya umurnya hendaknya ia melakukan silaturahim.” (HR. Bukhari 5986, Muslim 2557).

9)  Berbuat adil terhadap istrinya.

Hendaknya suami bersikap adil terhadap pasangannya, baik terhadap dirisendiri maupun keluarganya.

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl [16]:90).

10)                    Mengajak bermusyawarah.

Hendaknya suami mengajak bermusyawarah istrinya, terlebih dalam perkara-perkara besar, hal ini untuk menghindari kegagalan dalam sebuah rencana yang dapat menimbulkan kerugian sehingga rumah tangga bisa retak dan goyah.

Allah ta’ala berfirman:

وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ.

“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (QS. Al-Imran[3]: 159).

Rasulullah biasa bermusyawarah dengan istrinya, sebagaimana di dalam kisah perjanjian damai Hudaibiyyah.

Hendaknya suami tidak otoriter(merasa kuasa dan menang sendiri) karena hal ini akan menjadikan istri tidak dianggap sehingga rumah tangga bisa rapuh.

 

Hak suami

 

1)  Menjadikan suami sebagai pemimpinnya.

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِم.

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisaa’[4]: 34)

Suami memiliki kedudukan yang besar, hendaknya seorang istri menyadari hal itu, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا.

“Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi 1159, Ibnu Hibban 1291, di shahihkan syaikh al-Albani di dalam Irwaa’ ul ghaliil 1998)

2)  Hendaknya istri menjaga kebersihan dan bersolek untuk suami.

Di antara perkara yang memprihatinkan adalah banyak dari istri yang tidaklah mau berdandan dan berhias, kecuali karena hendak keluar rumah, tentu ini terbalik, seorang istri hendaknya berdandan untuk suaminya bukan yang lain.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya wanita seperti apa yang baik, Beliau menjawab:

الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ.

“Yang paling menyenangkan jika dilihat suami, mentaati suami jika suami memerintahkan sesuatu, dan tidak menyelisihi suami dalam diri dan hartanya dengan apa yang dibenci oleh suaminya.” (HR. An-Nasa’i 3231, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani).

إِنَّ اللهَ إِذَا ارَادَ بِاهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا أَدْخَلَ عَلَيْهِم الرِّفْقَ.

“Sesungguhnya jika Allah menghendaki kebaikan bagi sebuah keluarga maka Allah akan memasukan kelembutan kepada mereka.” (HR Ahmad 2669, Baihaqi di dalam Su’abul iman 6140, dishahikan oleh al-Albani dalam As-Shahihah 523).

Seorang istri hendaknya menyenangkan dengan tutur katanya, penampilannya, dan perbuatannya yang sopan santun.

 

3)  Mentaati suami di dalam kebaikan.

Dalam hal ini termasuk apabila suami mengajak ketempat pembaringannya, apa bila tidak ada udzur maka istri dilarang keras menolak.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ أَنْ تَجِىءَ لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ.

“Jika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang, lantas istri enggan memenuhinya, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu Shubuh” (HR. Bukhari 5193, Muslim 1436)

 

ثَلَاثَةٌ لَا تَرْتَفِعُ صَلَاتُهُمْ فَوْقَ رُءُوسِهِمْ شِبْرًا رَجُلٌ أَمَّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ وَأَخَوَانِ مُتَصَارِمَانِ.

“Ada tiga kelompok yang shalatnya tidak terangkat walau hanya sejengkal di atas kepalanya (tidak diterima oleh Allah). Orang yang mengimami sebuah kaum tetapi kaum itu membencinya, istri yang tidur sementara suaminya sedang marah kepadanya, dan dua saudara yang saling mendiamkan (memutuskan hubungan).” (HR. Ibnu Majah 971 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Misyakatul Mashabih 1128, dengan lafad yang shahih, “saudara yang saling mendiamkan dengan seorang budak yang lari dari tuannya).

 

4)  Hendaknya istri menjaga dari berbagai fitnah.

Hendaknya istri menjaga dari berbagai macam fitnah seperti yang terjadi dewasa ini, baik yang muncul dari Internit, televise, maupun tetangga.

Allah ta’ala berfirman:

فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ.

“Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). (QS. An-Nisa[4]:34).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ.

“Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya.” (HR. Ahmad 1661, Hibban 1296 Tabrani mu’jam al-Ausath 4596, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ 660).

 

5)  Hendaknya istri menyambung silaturahmi dengan keluarga suami.

Janganlah seorang istri hanya bersemangat mengunjungi saudara dari pihak keluarganya saja, akan tetapi juga bersemangat mengunjungi keluarga suaminya, melarang suaminya memutuskan silaturhmi dengan kerabatnya.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

 

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا.

"Silaturahmi bukanlah yang saling membalas kebaikan, akan tetapi seseorang yang berusaha menyambung hubungan persaudaraannya meskipun diputus hubungan persaudaraan dengan dirinya.” (HR. Bukhari 5991, Abu Daud 1697, Tirmidzi 1908)

 

6)  Hendaknya istri qana’ah (puas dengan karunia Allah).

Salah satu kunci kebahagiaan rumah tangga yaitu seorang istri merasa cukup dengan pemberian suaminya, tidak membanding-bandingkan dengan yang lain, apalagi berkata yang menyakitkan kepada suami.

Allah ta’ala berfirman:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ.

“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah[2]:152).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ.

“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad 18449, Baihaqi Syu’abul iman 8698, Di hasankan Syaikh al-Albani  dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 667).

 

اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.

Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." (HR Bukhari 6490 Muslim 2963).

 

7)  Tidak kufur terhadap kebaikan suami.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ  قَالَ: يَكْفُرْنَ العَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ.

“Diperlihatkan kepadaku neraka dan aku dapati kebanyakan penghuninya adalah para wanita yang ingkar. Rasul ‘alaihish shalatu wassalam ditanya: “Apakah mereka ingkar kepada Allah ? Nabi bersabda: “Mereka ingkar kepada suaminya dan ingkar kepada kebaikan suaminya. Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang mereka (istri-istrimu) selama satu tahun, kemuadia wanita tersebut melihat satu kejelekan darimu, maka ia akan berkata: “Aku tak pernah melihat engkau berbuat baik sedikitpun” (HR. Bukhari 1052, Muslim 907).

 

8)  Bersabar terhadap akhlaq buruk suami dan mendoakan kebaikan.

Rasulullah sallallahu ‘alai wa sallam besabda:

أَلَاْ أُخبِرُكُم بِنِسَائِكُم فِي الجَنَّةِ ؟ كُلُّ وَدُودٍ وَلُودٍ ، إِذَا غَضِبَت أَو أُسِيءَ إِلَيهَا أَو غَضِبَ زَوجُهَا، قَالَت : هَذِه يَدِي فِي يَدِكَ ، لَاْ أَكْتَحِلُ بِغُمضٍ َحتَّى تَرضَى.

Maukah ku beritahu wanita di antara kalian yang menjadi penghuni surga? Yaitu setiap wanita yang penuh kasih (kepada suaminya), banyak keturunannya, apa bila dia marah, atau suaminya berbuat buruk kepadanya, atau apabila suaminya marah kepadanya, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata, ‘Demi Allah, aku tidak dapat tidur sebelum engkau rida’. (HR. Tabrani 1743, dishahihkan Syaikh al-Albani 3380).

9)  Tidak meminta cerai kepada suami tanpa alasan.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam melarang keras bagi wanita meminta cerai kepada suaminya tanpa alasan yang dibenarkan syariat.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


أيُّما امرأةٍ سألت زوجَها طلاقاً فِي غَير مَا بَأْسٍ؛ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الجَنَّةِ.

“Wanita mana saja yang meminta kepada suaminya untuk dicerai tanpa kondisi mendesak maka haram baginya bau surga” (HR Abu Dawud 2226, Tirmidzi 1187 dan dihahihkan al-Albani di dalam al-Misykah 3279).

 

10)                    Meminta ijin apa bila keluar rumah kecuali apa yang biasa diketahui suami.


Asalnya seorang istri tinggal di rumah suami, oleh karena hendaknya ijin apabila keuar rumah apa yang tidak biasa dilakukan.

Allah ta’ala berfirman:

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى.

Tetaplah tinggal di rumah kalian, dan jangan melakukan tabarruj seperti tabarruj jahiliyah yang dulu. (QS. al-Ahzab [33]: 33).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا اسْتَأْذَنَكُمْ نِسَاؤُكُمْ بِاللَّيْلِ إِلَى الْمَسْجِدِ فَأْذَنُوا لَهُنَّ.

Apabila istri kalian meminta izin kepada kalian untuk berangkat ke masjid malam hari, maka izinkanlah… (HR. Ahmad 5211, Bukhari 865, dan Muslim 1019)

Ketika Aisyah sakit beliau minta izin kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَتَأْذَنُ لِى أَنْ آتِىَ أَبَوَىَّ

“Apakah anda mengizinkan aku untuk datang ke rumah bapakku?” (HR. Bukhari 4141, Muslim 7169).



Nasehat suami istri

 

1)  Menjadikan akhirat sebagai tujuan bahtera rumah tangganya.

Hendaknya pasutri menjadikan akhirat sebagai tujuan hidupnya, bila hal ini bisa mewujudkan hatinya akan tentram, tak lagi menghiraukan perkataan orang, bila sudah berada pada jalur yang benar.

Allah ta’ala berfirman:

 قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am[6]:162).  

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam Bersabda,

مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ.

“Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, Allah memporak-perandakan urusannya, menjadikan miskin di dalam pandangannya, tidak mendapatkan dunia kecuali yang telah ditetapkan baginya. Dan barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai niatnya, maka Allah menghimpun urusannya, menjadikan kecukupan ada di dalam hatinya, dan dunia pun menghampirinya sementara ia memandangnya sebagai sesuatu yang hina.” (HR. Ibnu Majah 4105 dan di shahihkan syaikh al-Albani).

2)  Selalu mensyukuri nikmat yang ada.

Allah ta’ala berfrman:

 لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim[14]:7).

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ.

“Tidaklah kaya itu diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Akan tetapi yang dikatakan kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari 6446, Muslim 1051).

 

3)  Bersabar kepada Allah.

Tak ada satu keluargapun pasti semua akan mendapatkan ujian, kadang angin yang datang menerpa prahu rumah tangga sepoi-sepoi, tapi terkadang datang ombak besar di sertai dengan badai.

Allah ta’ala berfirman:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ .

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqara[2]:153).

4)  Bertawakal kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Jika kita telah berusaha semaksimal mungkin, ternyata usaha kita tak seperti yang kita harapkan hendaknya kita serahkan kepada Allah ta’ala, mendekat kepada Allah.

Allah ta’ala berfirman:

 

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (QS. Ath Thalaq[65]:3).

 

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا.

“Barang siapa bertaqwa kepada Allah, Allah akan mudahkan perkaranya.” (QS. At-Thalaq[65]:4).

 

5)  Keberhasilan yang sesungguhnya adalah membawa keluarga masuk Syurga.

Allah ta’ala berfirman:

فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ.

“Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS Al Imran[3]:185).

 

Demikianlah semoga kita semua dikumpulkan bersama orang tua kita, anak istri kita di surge kelak aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

 

Demikianlah semoga bermanfaat.

 

Sragen 14-07-2023

Junaedi Abdullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...