Kamis, 06 April 2023

CONTOH PRAKTEK AKHLAQ YANG BAIK

 


Kemuliaan Akhlaq merupakan ciri bagi seorang muslim, hal ini merupakan perintah Allah ddan meneladani Rasul-Nya.

Allah ta’ala berfirman:

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam [68]: 4)

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21).

Dari Al-Hasan ia berkata: Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dia menjawab:

عَنِ الْحَسَنِ قَالَ : سُئِلَتْ عَائِشَةُ عَنْ خُلُقِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ فَقَالَتْ : كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ.

“Akhlaknya adalah Al-Qur’an.” (HR. Ahmad 25813, Shahih menurut Syaikh Syu’aib Al-Arnauth)

قال رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ مَكاَرِمَ اْلأَخْلاَقِ.

“Sesungguhnya aku diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad 273, dishahihkan syaikh Al-Albani dalam Silsilah As Shahihah 45)

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ.

“Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl[16]:128).

Baiknya akhlaq menunjukkan kesempurnaan iman seseorang.

Rasulullah sallallahu ‘alaaihi wa sallam bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا .

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya, dan yang paling baik di antara kamu sekalian adalah yang paling baik akhlaqnya terhadap isteri-isterinya.” (HR. Ahmad 7402, Tirmidzi 1162, Abu Dawud 4682 dihasan oleh syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 284).

Akhlaq yang baik merupakan pemberat timbangan kelak pada hari kiamat.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ. 

"Tidak ada sesuatupun yang lebih berat dalam timbangan (amalan) seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlaq yang mulia." (HR. Tirmidzi 2002, di hasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Ash-Shahihah 876).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke surga, maka beliau bersabda:

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ  تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ. وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ  الْفَمُ وَالْفَرْجُ.

“Taqwa kepada Allah dan bagusnya akhlak.” Dan beliau ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke neraka, maka beliau bersabda: “mulut dan farji (kemaluan).” (HR Tirmidzi 2004, Abu Dawud 2596, Ibnu Majah 4246. Dihasankan syaikh al-Albani, Lihat As-Shahihah 977)

Diantara Bentuk Akhlak Yang Baik Yaitu:

Jujur, sabar, adil, pemaaf, dermawan, amanah, istiqamah, berseri-seri, ramah, lembut, tegas, tegar, pembrani, belas kasih, penyayang, ulet, teliti, santun, semangat, tabah, toleran, qanaah (merasa puas), itsar (mementingkan saudaranya) yang semua itu diukur sesuai dengan ketentuan Syari’at.

Oleh karena itu ada satu ungkapan yang baik, “ Li kulli maqal maqam” yang artinya “ Setiap ucapan ada tempatnya,” bahkan terkadang masih di butuhkan “saatnya”.

Ini sebagai bantahan kepada orang-orang yang menganggap bahwa Allah tidak mempermasalahkan apa yang nampak yang penting hatinya baik.

Kita katakan bahwa Allah ta’ala selain melihat hati seseorang juga menilai amal seseorang berdasarkan akhir hadis tersebut,bahkan hati yang baik akan terlihat pada perbuatan yang baik karena perbuatan merupakan aplikasi dari hatinya.

 

Contoh praktek sahabat di dalam kejujuran.

1.   Jujur.

Kisah kejujuran kaab bin Malik

Padahal, Ka'ab bin Malik tidak memiliki uzur saat itu. Usianya belumlah tua dan beliau pun tidak sedang dalam keadaan sakit. Beliau juga bukan golongan orang-orang munafik di Kota Madinah. Ka'ab bin Malik tidak turut serta dalam perang hanya karena faktor kelalaiannya. Sepulangnya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersama pasukan kaum Muslimin ke Madinah, Ka'ab bin Malik pun menghadap kepada Rasulullah. Sebenarnya ketika itu Ka'ab bin Malik bisa saja menyampaikan alasan-alasan yang dibuat-buat, ia bisa saja mengatakan kedustaan demi menyelamatkan dirinya di hadapan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam Akan tetapi, Ka'ab bin Malik tidak melakukannya. la justru menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi, mengapa ia tidak turut serta dalam pasukan kaum Muslimin di Perang Tabuk. Ka'ab bin Malik menyampaikan apa adanya secara jujur di hadapan Rasulullah, karena ia tahu sesungguhnya Allah Maha Tahu dan ia mengharapkan ampunan-Nya.

Akibatnya sesudah semua sahabat kembali ke Madinah, Ka'ab bin Malik dikenai sanksi sosial yakni dikucilkan selama 50 hari. Dia juga belum bisa menemui Rasulullah untuk memberikan klarifikasi karena banyak tamu yang juga ingin bertemu Rasulullah.

2.   Kesabaran.

1)   Kisah umu sulaim dan abu Talhah, bagaimana disaat kehilangan anaknya.

2)   Urwah bin Zubair di undang oleh amirul mukminin di Damaskus, Beliau mengajak putra sulungnya, datanglah ketetapan dan kehendak Allah, anaknya melihat-lihat kuda pilihan, tiba-tiba saja seekor kuda menyepakkan kakinya hingga anaknya tewas.

Belum lagi bersih tangannya mengubur anaknya salah satu telapak kakinya terluka, betisnya tiba-tiba membengkak dan menjalar dengan cepat.

Amirul mukminin mendatangkan tabib dari seluruh negri dan memerintahkan mengobati dengan cara apapun, para tabib memutuskan untuk mengamputasi kakinya.

Beliau tidak mau meminum arak untuk menghilangkan rasa sakitnya saat di amputasi, atau di bius, beliau memilih untuk shalat di saat di amputasi kakinya.

setelah minyak didihkan dan di teteskan pada luka untuk menghentikan pendarahannya, beliaupun pingsan.

 

Disaat bersamaan dengan itu di rumah Khalifah datang serombongan Bani Abbas, salah seorang diantara mereka buta matanya.

 

Al-Walid menanyakan sebab kebutaanya, dia menjawb:

"Wahai Amirul mukminin, dulu tidak ada seorangpun di kalangan Bani Abbas yang lebih kaya dalam harta dan anak dibandingkan saya, saya tinggal bersama keluarga saya di suatu lembah di tengah kaum saya.

Mendadak muncullah air bah yang langsung menelan habis seluruh harta dan keluarga saya, yang tersisa bagi saya hanyalah seekor onta dan seorang bayi yang baru lahir.

Onta itu sangat liar dan dia lari dari saya, maka saya taruh bayi saya lalu saya kejar onta tersebut, belum jauh saya berlari saya mendengar jerit bayi tadi, setelah saya menoleh ternyata kepalanya telah berada di mulut srigala dia telah memangsanya, saya kembali tapi tak bisa berbuat apa-apa karena bayi itu telah di lahapnya, setelah itu srigala itu lari kencang.

Saya kembali mengejar onta saya, setelah dapat, onta itu menyepakkan kakinya sehingga wajah saya hancur dan kedua mata saya buta, demikianlah saya dapati diri saya kehilangan harta dan keluarga dalam semalam saja dan hidup tanpa penglihatan. Demikian kisah orang yang buta tersebut.

Amirul mukminin menyuruh membawa orang tadi kepada Urwah agar menceritakan untuk menghibur dirinya.

Ketika pulang ke Madinah beliau menjumpai keluarganya, Urwah berkata sebelum di tanya:

"Janganlah kalian risau dengan apa yang kalian lihat Allah memberiku empat orang anak (ada yang menyebut tujuh) kemudian Dia mengambil satu, maka masih tersisa tiga, puji syukur kepada-Nya, Aku diberi empat kekuatan lalu Allah mengambil satu, maka masih tersisa tiga. puji syukur kepada Allah, masih banyak yang di tinggalkan untukku.  Maraji': "Mereka adalah Tabi'in" DR. Abdurahman Ra'fat Basya.

 

Oleh karena itu bentuk kebaikan iman seseorang yaitu, membenarkan dalam hatinya, mengucapkan didalam lisannya, mengamalkan pada anggota badannya.

3.   Kedermawanan.

1)   seperti kisah nabi Ibahim

2)   Kisah Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam.

3)   Abu Bakar, umar, Utsman.

4.   Itsar. (mementingkan orang lain dibandingkan diri sendiri masalah dunia.)

1)   Kisah Abu Talhah dan umu Sulaim

2)   Di akhir hadits disebutkan, “Maka turunlah ayat:

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ

“Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” (QS. Al-Hasyr [59] : 9). (Muttafaqun ’alaih)

 

3)   Al-Harits bin Hisyam, Ayyasy bin Abi Rabi'ah, dan Ikrimah bin Abu Jahal.

 

 

 

Manusia Diberi Kemampuan Mengubah Akhlaknya.

Termasuk apa yang di bahas para ulama bahwa seseorang dengan izin Allah, di beri kemampuan untuk merubah akhlaknya.

Allah ta'ala berfirman:

كَمَآأَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِّنكُمْ يَتْلُوا عَلَيْكُمْ ءَايَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّالَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ.

"Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat atas kalian) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu, yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu, dan menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui". (QS. Al-Baqarah [2]: 151)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Wayuzakkihim” (menyucikan kamu), yaitu menyucikan mereka dari akhlak yang rendah, dari kotoran jiwa dan dari perbuatan jahiliah, serta mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. (Tafsir Ibnu Katsir QS. Al Baqarah[2]:151)

Dari sini kita bisa memperhatikan bagaimana buruknya masa jahiliyah namun setelah mereka mendapat cahaya Islam, mereka berubah seakan-akan seperti permata yang sangat indah sebagaimana kisah-kisah di bawah nanti in syaa Allah.

Sebagaimana hal ini juga disampaikan Ibnu Jauzy rahimahullah di dalam kitab “Minhajul Qasidin” beliau berkata:

Andaikata takbiat (akhlak) manusia tidak bisa berubah tentu tidak ada artinya nasehat dan peringatan, lalu bagaimana kamu mengingkari perubahan akhlak, padahal kami pun bisa melihat binatang galak menjadi lembut, anjing bisa tahu kapan harus tidak makan, kuda tahu bagaimana cara berjalan yang baik dan mudah dihela, hanya sebagian manusia ada yang cepat berubah, dan sebagian yang lain sulit diubah.”

Beliau juga berkata, “Suatu penyakit harus diobati dengan kebalikan”, Beliau juga berkata,”Yang perlu di catat seseorang harus bisa menahan diri merasakan pahitnya obat dan bersabar diri dari hal-hal yang diinginkan jiwanya.”

Beberapa hal yang bisa untuk mendapatkan akhlak yang baik.

1.     Memikirkan manfaat dan madharat yang mengenainya baik di dunia dan di akhirat.

2.     Berusaha sungguh-sungguh melatih jiwanya untuk meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

3.     Mempelajari dari kisah-kisah orang yang memiliki akhlak yang baik.

4.     Bersahabat dengan orang-orang yang baik.

5.     Mengintrospeksi diri dari orang yang memusuhi kita dan mengambil pelajaran darinya.

6.     Senantiasa berdoa kepada Allah, agar dikaruniai akhlak yang baik, karena Allahlah yang membolak-balikkan hati kita.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah berdo’a dengan do’a sebagai berikut:

اللَّهُمَّ جَنِّبْنِيْ مُنْكَرَاتِ الْأَخْلاَقِ وَالْأَعْمَالِ وَالْأَهْوَاءِ و الأَدْوَاءِ.

"Wahai Allah, jauhkanlah aku dari kemungkaran-kemungkaran akhlak, dari kemungkaran-kemungkaran amal, dari kemungkaran-kemungkaran nafsu dan dari penyakit." (HR. Hakim 1/532 beliau berkata shahih sesuai syarat Muslim. Di shahihkan Syaikh Al Bani Fi Zhilalil Jannah 13)

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الْأَخْلاَقِ وَالْأَعْمَالِ وَالْأَهْوَاءِ.

Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepadaMu dari kemungkaran-kemungkaran akhlak, dari kemungkaran-kemungkaran amal, dari kemungkaran-kemungkaran hawa nafsu" (HR. Tirmidzi 5/233, dan dishahihkan oleh Al-Bani dalam Shahih Tirmidzi 3/184)

اللَّهُمَّ كَمَا أَحْسَنْتَ خَلْقِي فَأَحْسِنْ خُلُقِي

"Ya Allah sebagaimana Engkau telah membaguskan tubuhku, maka baguskanlah akhlakku.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Bani dalam Shahih Jami’ush Shagir 1/280)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...