Sabtu, 24 April 2021

BAGAIMANA SUPAYA MENJADIKAN NEGRI MAKMUR.

BAGAIMANA SUPAYA MENJADIKAN NEGRI MAKMUR.

Menurut Al Qur’an dan Sunnah.

 

Subur makmur damai sejahtera dan jauh dari bala’ merupakan dambaan semua orang, oleh karena itu hendaknya bahu-membahu untuk mewujudkan hal itu.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ.

 

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka dengan sebab apa yang telah mereka kerjakan. (Qs Al A’raf[7]:96).

 

Dahulu ada sebuah negri yang sangat makmur, yang terletak di Yaman, yaitu negri Saba’ yang di sebutkan Allah ta’ala,   
di mana Allah menyebutnya dengan “Baldatun Toyyibaun wa Rabbun Ghofur”; negeri yang penuh kebaikan, kesejahteraan, damai, aman dan penuh ampunan Allah subhanahu wa ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ ءَايَةٌ جَنَّتَانِ عَن يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِن رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ.

“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun, di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (dikatakan kepada mereka) makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugrahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang  maha pengampun” (QS. Saba’[34]: 15)

Kemakmuran negri Saba’ banyak di ceritakan oleh  para ulama salaf diantaranya Qatadah, dia menceritakan ada seorang ibu berjalan diantara pepohonan yang berbuah itu, masuk ke dalam kebun tersebut dengan membawa keranjang di atas kepalanya, ketika keluar dari kebun itu keranjang tersebut akan penuh dengan buah-buahan tanpa harus memetik buah tersebut. Abdurrahman bin Zaid menambahkan, di sana tidak ditemukan nyamuk, lalat, serangga. (Tafsir Ibnu Katsir QS Saba’[34]:15).

فَأَعْرَضُوْا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ العَرِمِ.

“Tetapi mereka berpaling, maka kami datangkan kepada mereka banjir al-‘arim.” (QS. Saba’[34]: 16)

Sebab hilangnya nikmat yaitu kufurnya mereka kepada Allah ta’ala.

 

Dari sini siapapun yang ingin menjadi penggagas sebuah negri yang makmur tenram dan damai hendaknya merumuskan apa yang telah Allah ta’ala kabarkan. Sebagaimana firman Allah pada surat Al A’raf ayat 96 di Atas.

 

Adapun untuk mencapai hal tersebut yaitu.

 

1. Beriman yang mencakup pokok dan cabangnya.

 

Seperti iman kepada Allah, para malaikat, pada kitab-kitab, kepada para Rasul, kepada hari akhir, dan iman terhadap taqdir yang baik maupun yang buruk, sebagaimana hal ini tertera di dalam hadis Jibril.

 

Ketika malaikat Jibril bertanya kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam tentang iman.

“Apa iman itu?” beliau rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.

“Beritahukanlah kepadaku tentang Iman?“ Beliau bersabda, “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir, dan kamu beriman kepada qadar yang baik maupun yang buruk.” (HR Muslim 8)

 

2. Taqwa.

 

Semua bentuk ibadah yang Allah perintahkan akan bermuara pada ketaqwaan, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan semua kebaikan.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.

“Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan juga orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al Baqarah[2]:21).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang bertakwa.” (QS Al Baqarah[2]:183).

Bilamana daerah tersebut supaya di kirim da’i dan di ajarkan perkara-perkara pokok tersebut, sebagaimana Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam di permulaan islam mengutus Mus’ab bin Umair ke Yasrib yang sekarang Madinah, kemudian Mu’adz bin Jabal ke Yaman.

3. Amal ma’ruf.

Sampaikan berbagai macam kebaikan dan di sebarkan kepada masyarakat karena ini bagian dari cabang keimanan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ.

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah [2]: 208).

Rasullullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ألإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ.

“Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari 9 dan Muslim 35).

Dengan tersebarnya kebaikan niscaya akan menjadikan masyarakat paham, sehingga daerah ataupun desa akan mengalami proses perbaikan yang lambat laun akan menjadikan keburukan menipis atau hilang.

4. Nahi mungkar.

Penting di setiap negara sampai pada desa ataupun dukuh, adanya orang-orang yang mengemban tugas untuk memberantas kemungkaran, yang mereka selalu bekerja sama dengan orang alimnya.

Allah ta’ala berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

“Kalian adalah sebaik-baik umat yang di keluarkan untuk manusia, memerintahkan kebaikan dan mencegah yang mungkar…” (QS Al Imraan[3]:110).

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”(QS Al Imraan[3]:104).

 

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْماَنِ.

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika tidak mampu lakukanlah dengan lisannya, dan jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman.” (HR Muslim 49 (78)).

 

Bahaya tidak ada yang amal makruf dan nahi mungkar.

Allah ta’ala berfirman:

 

وَاتَّقُوْا فِتْنَةً لَّا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَاۤصَّةً ۚوَاعْلَمُوْا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ .

 

“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksanya.” (QS Al-Anfal [8]:25).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ، أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ، ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يَسْتَجِيبُ لَكُمْ

“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, hendaknya kalian betul-betul melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar atau (jika kalian tidak melaksanakan hal itu) maka sungguh Allah akan mengirim kepada kalian siksa dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya (agar supaya dihindarkan dari siksa tersebut) akan tetapi Allah Azza wa Jalla tidak mengabulkan do’a kalian.” (HR Tirmidzi 2169 dan dihasankan oleh Albani dalam Shahihul Jami’).

Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu berkata:

 

مَا نَزَلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍِ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ.

 

Tidaklah musibah itu menimpa, kecuali disebabkan dosa, dan musibah itu tidak akan diangkat kecuali dengan taubat. (Addaa wad  Dawaa 118).

 

5. Menunaikan zakat yang wajib dan yang sunnah.

Allah ta’ala befirman:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ

Ambillah zakat dari harta mereka, untuk membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. (Q.S At-Taubah[9]: 103).

Allah Azza wa Jalla berfirman:

 وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ.

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’(Al-Baqarah[2]:43).

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ.

Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta, dan orang miskin yang tidak meminta. (Adz-Dzariyat[51]:19).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّكَ سَتَأْتِيْ قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَىْهِ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ– وَفِيْ رِوَايَةٍ – : إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللهَ – فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذٰلِكَ ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَـمْسَ صَلَوَاتٍ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذٰلِكَ ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذٰلِكَ ، فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ ، وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْـمَظْلُوْمِ ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ.

Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), maka hendaklah pertama kali yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat La Ilaha illallah wa anna Muhammadar Rasulullah -dalam riwayat lain disebutkan, ‘Sampai mereka mentauhidkan Allah.’- Jika mereka telah mentaatimu dalam hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah Azza wa Jalla mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah mentaati hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Dan jika mereka telah mentaati hal itu, maka jauhkanlah dirimu (jangan mengambil) dari harta terbaik mereka, dan lindungilah dirimu dari do’a orang yang teraniaya karena sesungguhnya tidak satu penghalang pun antara do’anya dan Allah.” (HR. Bukhari 1496).

 

6. Bersyukur kepada Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ.

“Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim[14]:7).

Bersyukur dengan menyebut mengakui nikmat tersebut didalam hatinya, menyebutnya di dalam lisannya, dan menggunakannya di dalam ketaatan.

Demikianlah semoga bermanfaat dan menjadikan negri kita menjadi negri di berkahi makmur dan damai.

 

Sragen 23-04-2021.

Junaedi Abdullah .

 

 



 

 

 

 

 

 

 

 

 



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...