Selasa, 20 April 2021

DIANTARA HIKMAH DAN KEUTAMAAN PUASA.

25+ Gambar Pemandangan Indah / Sketsa / Gunung / Laut / Sawah / Desa


Setiap agama atau aliran kepercayaan memiliki tatacara didalam membersihkan jiwa, namun ketika mereka menyandarkan kepada akal semata tanpa bimbingan dari Allah dzat yang menciptakan manusia itu sendiri yang ada justru bukan mensucikan tetapi malah mengotori jiwa tersebut, hal ini bisa kita lihat berbagai prilaku yang di lakukan keyakinan selain islam ketika mereka ingin mensucikan dirinya.

 

Ada yang dengan ritual merendam diri (kungkum) di sungai tertentu (gangga di India) ada yang dengan bertapa, ada yang dengan semedi atau nepi, ngrowot, mutih, ngebleng, dan lain sebagainya yang intinya mereka ingin mensucikan diri.

 

Adapun islam adalah syariat yang sempurna, semua syariat Allah ta’ala akan bermuara kepada kebaikan, baik terkait masalah keyakinan, jiwa, raga, harta, nasab, dan kehormatan.

 

Begitu pula memiliki hikmah yang sangat besar, baik yang nampak (di ketahui) ataupun tersembunyi(tidak di ketahui). sebagaimana syariat shalat, zakat dan haji, semua memiliki hikmah yang besar, begitu pula syariat puasa, akan menjadikan kebaikan bukan hanya kepada pelakunya namun juga bagi orang-orang di sekelilingnya.

 

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. QS. Al Baqarah[2]:183.

Diantara hikmah dan keutamaan puasa yaitu:

 

1.  Akan menyisihkan orang yang tulus keimanannya kepada Allah dengan orang fasiq atau munafiq.

Imam Al hafizdh Adz-Dzahabi rahimahullah berkata: sudah menjadi ketetapan bagi kaum muslimin, bahwa barangsiapa yang meninggalkan puasa tanpa udzur (syar’i) ia lebih buruk dari pada pezina dan pecandu khamer, bahkan mereka meragukan keislamannya dan menganggapnya zindiq dan menyimpang dari agama.(terjemahan dari “Risalah puasa” syaikh Muhammad Shalih Al Munajid)

 

Nampak sekali orang yang bersungguh-sungguh berpegang agama atau hanya main-main ketika bulan Ramadhan tiba, hendaknya kita menyebarkan peringatan keras bagi orang yang tidak mau puasa di bulan Ramadhan.

 

2.  Menyehatkan badan.

 

Sebagaimana telah di jelaskan oleh para pakar kesehatan, jika puasa di lakukan dengan cara yang benar hal itu akan menyehatkan badan.

 

Di saat puasa hendaknya memperhatikan:

 

1)  Sahur, karena di dalam sahur itu banyak keberkahan.

Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَسَحَّرُوافَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةٌ.

 

“Makan sahurlah kalian karena dalam sahur ada barakah” (HR Bukhari 139 Muslim 1095).

تَسَحَّرُوا وَلَوْ بِجُرْعَةِ مَاءٍ.

“Makan sahurlah kalian meski hanya dengan seteguk air.” Shahih: (HR Ibnu Hibban 223, 884 Syaikh Al Bani berkata Hasan shahih).

2) Tidak berlebih-lebihan di dalam sahur maupun berbuka.

Hanya orang yang berakal saja yang menjadikan makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan.

Allah ta’ala berfirman:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.” (QS. Al-A’raf [7]: 31)

Ibnu Katsir menjelaskan tafsir ayat ini,

قَالَ بَعْضُ السَّلَفِ: جَمَعَ اللَّهُ الطِّبَّ كُلَّهُ فِي نِصْفِ آيَةٍ: {وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا}

“Sebagian salaf berkata bahwa Allah telah mengumpulkan semua ilmu kedokteran pada setengah ayat ini.”

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan bahaya kekenyangan karena penuhnya perut dengan makanan, beliau berkata:

الشِّبَعَ يُثَقِّلُ الْبَدَن، وَيُقَسِّي الْقَلْب، وَيُزِيلُ الْفِطْنَة، وَيجلِبُ النَّوْم، وَيُضْعِفُ عَنِ الْعِبَادَة.

“Kekenyangan membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan, membuat sering tidur dan lemah untuk beribadah.” (Hayatut Tabi’in).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَنْ مِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ. بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ.

 

Dari Al-Miqdam bin Ma'dikarib -raḍiyallahu 'anhu- secara marfū' dia berkata, aku mendengan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda "Tidaklah manusia memenuhi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi anak Adam itu beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika memang harus melebihi itu, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya." (HR Tirmidzi 2380 syaikh Al Bani berkata Shahih).

 

Banyak sekarang ini kaum muslimin tidak lagi mengindahkan hadis di atas sampai-sampai perut yang sudah kembung masih terus di isi, bayangkan seandainya perut kita ini balon sudah terisi udara dan sudah besar, seandainya masih di isi angin terus apa jadinya.

 

3)  Bersegera di dalam berbuka puasa.

 

لاَيَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

“Manusia Senantiasa di dalam kebaikan selama menyegerakan bebuka.” (HR. Bukhari 173 Muslim 1093).

Manusia ada yang fisiknya kuat dan ada yang lemah, hanya Allah yang mengetahui kesempurnaan hikmahnya.

 

3.  Menumbuhkan rasa kemanusiaan.

 

Orang yang mendengar kabar tidaklah sama seperti orang yang merasakan, banyak saudara kita yang kelaparan akibat perang, terusir dari negrinya, terkena bencana, dan ditindas, menjadikan mereka kelaparan, ketika kita puasa dengan puas kita berbuka dengan beraneka macam makanan, tapi bagaimana dengan mereka yang terus menerus dalam keadaan tidak ada yang di makan, bahkan sampai ada seorang penanya bertanya kepada syaikh, dalam kondisi sudah tidak ada lagi yang di makan apakah mereka sudah di halalkan makan binatang yang haram…? Syaikh pun menangis mendengar pertanyaan tersebut.

 

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

 

اِرْحَمُوْا مَنْ فِى الأَرْضِ يَرحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ.

“Sayangilah siapa saja yang di bumi, niscaya yang di atas langit akan menyayangimu” (HR. Tirmidzi 1925 dan dishahihkan oleh Albani).

 

4.  Pendidikan akhlaq.

Puasa melatih akhlaq menjadi baik.

Sudah menjadi pembahasan ulama takbiat manusia itu bisa di rubah, oleh karena itu kita sering menyaksikan hewan liar menjadi jinak, demikian pula akhlak yang buruk jika terus-menerus di biasakan berbuat baik, kebiasaan tersebut lama-kelamaan akan menjadi takbiat seseorang, oleh karena itu para sahabat setelah masuk islam akhlaq mereka menjadi orang-orang yang baik. Seandainya Akhlak tidak bisa di rubah tentunya sia-sia Allah menurunkan Al Qur’an.

Allah ta’ala berfirman:

كَمَآأَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِّنكُمْ يَتْلُوا عَلَيْكُمْ ءَايَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّالَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ.

"Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat atas kalian) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu, yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu, dan menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui." (QS Al-Baqarah[2]: 151).

Melatih kesabaran.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ.

Rasulullah sallallhu a’lai wa sallam bersabda “ Puasa adalah tameng janganlah berkata kotor dan jangan berbuat bodoh, jika seseorang mengajak berkelahi atau mencelamu maka katakanlah aku sedang puasa dua kali”. (HR. Bukhari 1805).

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ.

“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat jahil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa.” (HR. Ibnu Khuzaimah 1996 Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targib wa At Tarhib 1082).

Melatih jujur.

Rasullallah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلُ الزُّوْرِ وَالعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ عَزَّوَجَلَّ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ.

 

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan (tetap) mengamalkannya, maka tidaklah Allah Azza wa Jalla butuh (atas perbuatannya meskipun) meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari 1903).

 

Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلا الْجُوعُ ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلا السَّهَرُ.

“Betapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapatkan dari puasanya selain lapar, dan betapa banyak orang menunaikan shalat malam, tidak mendapatkan dari shalat malamnya selain begadang (semata).” HR. Ibnu Majah 1690.

Rasullallah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ

 “Barang siapa memaksa jiwanya untuk bersabar, Allah akan menjadikannya penyabar.” HR Bukhari 1469.

5.  Puasa membersihkan hati.

 Puasa bukan hanya membersihkan lambung tapi juga hati kita, oleh karena itu jika puasa di lakukan dengan sebenar-benarnya akan menjadikan seseorang takwa.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: "كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ، صَدُوقِ اللِّسَانِ". قَالُوا: صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ، فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ؟ قَالَ: "هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ، لَا إِثْمَ فِيهِ، وَلَا بَغْيَ، وَلَا غِلَّ، وَلَا حَسَدَ"

Dari Abdullah bin Amru, dia berkata: Ditanyakan  kepada Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam, “Siapakah manusia yang paling mulia?” Beliau menjawab, “Setiap Makhmumul Qalbi dan orang yang jujur lisannya.” Para sahabat berkata, “Orang yang jujur lisannya kami telah mengerti, namun siapakah Makhmumul Qalbi?” Beliau menjawab: “Adalah seorang yang yang memiliki hati yang bertakwa dan hati yang suci. Hati yang tidak ada kedurhakaan di dalamnya, tidak ada dendam, permusuhan, dan kedengkian.” (HR Ibnu Majah 4216 Tabrani 1218 dan di sahihkan syaikh Al Bani dalam As Shahihah).

 

6.  Puasa membersihkan dari dosa-dosa.

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِر.

“Antara shalat lima waktu, antara shalat jumat satu ke shalat jumat berikutnya, dan antara puasa ramadhan ke puasa ramadhan berikutnya adalah penghapus untuk dosa di antara keduanya, apabila dia menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim 857)

Semoga bermanfaat.

 

Sragen 21-04-2021

 

Abu Ibrahim.

 







 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...