Selasa, 09 April 2024

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN.



Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah menerima amal kita, sementara kita tidak tahu bagaimana sesungguhnya ibadah kita hanya Allah yang tahu.


Orang-orang shalih dahulu mereka beramal shalih namun hati mereka takut seandainya amal tersebut tidak diterima oleh Allah ta’ala.

Qleh karena itu ada beberapa hal yang hendaknya kita perhatikan di bawah ini.


1. Mengoreksi amal-amal kita.


 Di dalam menjalankan ibadah ini banyak kekurangan kita di sana-sini.

Allah ta’ala berfirman:


هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ . وُجُوهُ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ . عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ . تَصْلَى نَارًاحَامِيَةً . تُسْقَى مِنْ عَيْنٍءَانِيَةٍ . لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلاَّ مِن ضَرِيعٍ . لاَيُسْمِنُ وَلاَيُغْنِي مِن جُوعٍ.

“Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan? Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka), diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas. Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.” (QS. Al Ghasyiyah[88]: 1-7).


Jangan sampai kita terlena dengan amal kita sehingga berakhir dengan penyesalan, dan masuk neraka, lihat tafsir Ibu Katsir pada surat di atas.



Betapa banyak kekurangan ibadah-ibadah kita, diantara kita ada yang puasa tapi masih suka berdusta, padahal Rasulullah sallallahu ‘alaihhi wa sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari 1903). 

Berapa banyak diantara kita yang berpuasa tapi masih melakukan perkara-perkara yang tidak bermanfaat.

Rasulullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ.

“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh al-Albani berkata shahih di dalam Shahih at-Targib wa at-Tarhib  1082).

 رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ibnu Majah, Nasa’i 3236, di shahihkan Syaikh al Albani dalam Shahih at-Targib wa-at Tarhib 1083).

Membersihkan kekurangan puasa dengan zakat, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ.

”Zakat Fitrah merupakan pembersih bagi yang berpuasa dari hal-hal yang tidak bermanfaat dan kata-kata keji ( yang dikerjakan waktu puasa ), dan bantuan makanan untuk para fakir miskin. ” (HR. Abu Daud 1609, Ibnu Majah 1827. Syaikh al Albani mengatakan hadits ini hasan).


2. Tanda amal seseorang diterima Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:


إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

"Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Maidah [5]:27).


لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ

“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu.”(QS. Al-Hajj [22]:37).


Apa tanda amal seseorang diterima Allah ta’ala..?, Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Sesungguhnya, jika Dia menerima amal (kebaikan) seorang hamba maka Dia akan memberi taufik kepada hamba-Nya tersebut untuk beramal shalih setelahnya, sebagaimana ucapan salah seorang dari mereka (ulama salaf) bahwa ganjaran perbuatan baik adalah (taufik dari Allah Ta’ala untuk melakukan) perbuatan baik setelahnya. Maka barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan, lalu dia mengerjakan amal kebaikan lagi setelahnya, maka itu merupakan pertanda diterimanya amal kebaikannya yang pertama (oleh Allah Ta’ala), sebagaimana barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan, lalu dia mengerjakan perbuatan buruk (setelahnya), maka itu merupakan pertanda tertolak dan tidak diterimanya amal kebaikan tersebut” (Lihat Kitab Latha-iful Ma’aarif, hal. 311).  


Meskipun begitu kita tetap berdoa dan memohon semoga Allah menerima amal ibadah kita.

اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amalan yang diterima.”  (Musnad Imam Ahmad, 6/322, Sunan Ibnu Majah 925, Shahih Ibni Majah 753).   


3. Istiqamah setelah bulan Ramadhan.

Hendaknya kita istiqamah setelah Ramadhan.

Agar kita bisa istiqamah hendaknya kita senantiasa mengamalkan kebiasaan yang baik dari apa yang kita amalkan selama bulan Ramadhan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ 

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling konsisten meskipun sedikit.” (HR. Bukhari 6464, Muslim 783).


4. Menuntut ilmu agar menguatkan iman kita.

Menyirami ruh kita dengan menuntut ilmu, karena hal ini akan menguatkan kesabaran kita, menguatkan keimanan kita, menghilangkan berbagai macam subhat dan syahwat.


Allah ta’ala berfirman:


يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ.


“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah[58] : 11)

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Di shahihkan Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah : 224).

Terutama ilmu tentang pokok-pokok keimanan, ilmu tentang  syari’at  seperti:  wudhu, shalat, zakat, puasa dan haji jika telah mampu.

Kemudian mempelajari apa yang berkaitan dengan muamalah seseorang,  seperti : hukum jual beli dan lain-lain. Semua ini wajib untuk diketahui agar kita bisa istiqamah di atas ilmu.


5. Menyiapkan jiwa untuk menghadapi tipu daya iblis.

Allah ta’ala berfirman:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ . ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ.


Iblis berkata: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al  A’raf [7]: 16: 17).

Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda: jika datang bulan Ramadhan di bukalah pintu-pintu surga, di tutup pintu-pintu neraka dan syaitan-syatan di belenggu. HR.Bukhari 1780, Muslim 1079.

Hukum kebalikan dari hadist itu bahwa syaitan akan kembali terlepas setelah Ramadhan, sehingga kita saksikan kemaksiatan merajalela, kewajiban kita mewaspadainya.



6. Berdoa memohon supaya istiqamah serta ketetapan hati.

Allah ta’ala berfirman:


إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Rabb kami adalah Allah,” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”( QS Fushshilat[41]:30)

“Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam beliau biasa berdoa:


اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.

 Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, keterjagaan, dan kekayaan)”(HR. Muslim 2721, At Tirmidzi 3489, Ibnu Majah 3105, Ibnu Hibban 900).

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ.

                                                                                    

“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”  HR. At-Tirmidzi  3522, Al-Hakim I/525. Lihat Shahih Sunan At-Tirmidzi Syaikh Al Bani 2792.

Tulisan sedikit ini semoga bisa  menjadikan kita istiqamah diatas al haq hingga ajal memjemput kita, Aamiin.



-----000-----


Sragen 04-4-2024

Abu Ibrahim Junaedi.





ISTIQAMAH DI DALAM KEBAIKAN.

Ringkasan khutbah 1445 h.
2024.m.

Khutbah hajad.

1. Agar tetap Istiqomah setelah puasa.

Hal itu bisa dicapai dengan: 
1). Tetap menuntut ilmu.
Ilmu akan menyadarkan seseorang dari kekliruan dan menuntun di dalam beratnya cobaaan, meneguhkan hati dan menguatkan iman.

2) Bersahabat dengan orang-orang shalih.

3) Meninggalkan semua bentuk kebiasaan buruk.

4) Membiasakan dengan sesuatu yang baik, diawali dengan yang rendah sampai yang berat dengan cara bertahap.

5) Menghiasi diri dengan berakhlak yang baik.

2. Menunaikan haq kepada siapapun yang memiliki haknya kepada kita.

1) Haq Allah ta'ala.

2) Haq Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam.

3) Haq orang tua kita.

4) Haq saudara kita.

5) Haq anak dan istri.

6) Haq tetangga.

3. Melupakan masa lalu yang suram.

4. Optimis di dalam menatap masa depan.

5. Menjadikan oriantasi kehidupan kita untuk akhirat.

Terakhir wasiat bagi para wanita.kalian penghuni neraka yang paling banyak.
Hendaknya kalian bersyukur dan banyak sedekah .

Demikianlah khutbah ini semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung.
Aamiin.

Kamis, 28 Maret 2024

4 SIFAT WANITA PENGHUNI NERAKA DAN 4 SIFAT PENGHUNI SURGA.

 



Allah menyebutkan dahsyatnya neraka.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim[66]:6).

إِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًا . لِلطَّاغِينَ مَآبًا . لَابِثِينَ فِيهَا أَحْقَابًا . لَا يَذُوقُونَ فِيهَا بَرْدًا وَلَا شَرَابًا . إِلَّا حَمِيمًا وَغَسَّاقًا.

Sesungguhnya neraka Jahanam itu (padanya) ada tempat pengintai, lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas, mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya, mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah. (QS. An-Naba [88]:21-25).

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :

نَارُكُمْ هَذِهِ الَّتِى يُوقِدُ ابْنُ آدَمَ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ حَرِّ جَهَنَّمَ .

“Api kalian yang dinyalakan oleh anak cucu Adam ini hanyalah satu bagian dari 70 bagian neraka Jahanam.” (H. R Muslim 7344).

اطَّلَعْتُ فِى الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِى النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ.

“Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari, 3069 dan Muslim 7114).

Sifat-sifat wanita penghuni neraka.

Dari ‘Abdullah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:

يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ، فَإِنَّكُنَّ أَكْثَرُ أَهْلِ النَّارِ فَقَالَتِ امْرَأَةٌ: وَمَا لَنَا أَكْثَرُ أَهْلِ النَّارِ؟ قَالَ: لِأَنَّكُنَّ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ.

“Wahai para wanita bersedekahlah, karena kalian yang paling banyak di dalam neraka, seorang wanita berkata: kenapa kami yang paling banyak dineraka (Ya Rasulullah), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: karena kalian banyak melaknat  dan tidak bersyukur. (HR. Bukhari 304,   Muslim 79, Ahmad 4122).

 

1.   Suka mengeluh.

Wanita yang suka mengeluh, maksudnya sering sekali mengeluh.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا

“Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh.” (QS. Al-Ma’arij[70]: 19).

Mengeluhkan suami ada dua:

1)    Mengeluh kepada suami.

2)   Mengeluhkan suami kepada orang lain.

 

2.   Tidak berterimakasih kepada suami.

Allah ta’ala berfirman:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ.

“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (QS. Al Baqara[2]:152).

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim [14]:7).

وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ  .

“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. (QS. Saba’ [34]: 13].

أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ  قَالَ: يَكْفُرْنَ العَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ.

“Diperlihatkan kepadaku neraka dan aku dapati kebanyakan penghuninya adalah para wanita yang ingkar. Rasul ‘alaihish shalatu wassalam ditanya: “Apakah mereka ingkar kepada Allah ? Nabi bersabda: “Mereka ingkar kepada suaminya dan ingkar kepada kebaikan suaminya. Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang mereka (istri-istrimu) selama satu tahun, kemuadian wanita tersebut melihat satu kejelekan darimu, maka ia akan berkata: “Aku tak pernah melihat engkau berbuat baik sedikitpun”( HR. Bukhari 1052, Muslim 907).

لَا يَنْظُرُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى امْرَأَةٍ لَا تَشْكَرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لَا تَسْتَغْنِي عَنْهُ.

“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri suaminya sedang ia selalu membutuhkannya.” (HR. Nasa’i 9086, al Bazzar dalam musnadnya (2349) Hakim dalam Mutadraknya 2771, dari Abdullah bin ‘Amr). Di shahihkan oleh syaikh al-Albani di dalam ash-Shahihah 289).

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ.

“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad 18449,  Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana di dalam Ath-Targhib wa Tarhib 976).

 

3.   Suka mengumpat.

Allah ta’ala berfirman:

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ.

“Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela.” (QS. Al-Humazah [104]:1).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.” (QS. Ah-Hujrat [49]:11).

Orang-orang yang suka menggibah saudaranya yang lain.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tatkala Rabbku memi’rajkanku (menaikkan ke langit), aku melewati beberapa kaum yang memiliki kuku dari tembaga, dalam keadaan mereka mencabik-cabik wajah dan dada mereka dengan kukunya. Maka aku bertanya  “Siapakah mereka ini wahai Jibril?” Dia menjawab:

هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ، وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ.

“Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (suka mengghibah) dan menjatuhkan kehormatan manusia’.” (HR. Ahmad 13340, Abu Daud 4878, dishahihkan Syaikh al Albani di salam Shahihu AL-Jami 5213).

 

4.   Menuda-nunda kebaikan.

Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memegang kedua pundak saya seraya bersabda:


كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ.  وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ، يَقُولُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ المَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ.

"Hiduplah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara". Ibnu Umar berkata: "Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu." (HR. Bukhari 6416).

 

Empat sifat wanita penghuni surga yaitu:

1.   Menjaga shalat lima waktu.

 

sholat merupakan hak Allah. Kewajiban kita adalah memenuhi hak Allah tersebut. Ketika hubungan kita semakin dekat dengan Allah, maka semakin dekat hubungan kita dengan manusia dan makhluk lainnya. Demikian pula jika hubungan kita renggang dengan Allah, maka renggang pula hubungan kita dengan orang lain. Jika kita menunaikan hak Allah, maka Allah yang akan memjaga kita dan urusan kita, termasuk memberikan rezeki, dan kebaikan hubungan kita dengan orang lain.

Diantara tanda orang yang khusyu’, shalat pada waktu yang ditentukan, tidak terburu-buru, thuma’ninah yaitu, dia menghadap kepada Allah dengan jiwa dan raganya, berusaha memahami apa yang dibaca, merasa nyaman dengan shalatnya.

Allah ta’ala berfirman:

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

“Dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut [29]45).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَشَع لَكَ َ سَمْعِي وَبَصَرِي وَمُخِّي وَعَظْمِي وَعَصَبِي.

Khusyu’ kepadaMu pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku dan otot-ototku. (HR Muslim 771, Ahmad 960, Tirmidzi 3421). 

وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ.

“Dan dijadikan penyejuk hatiku dalam shalat. (HR Nasai 3940, Ahmad 14037 dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahihu Al-Jami’ 3124, Al Misykah 5261).

Shalat khusu’ mampu mempengaruhi dalam keseharian seseorang.

2.   Puasa bulan Ramadhan.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah[2]:183).

Puasa merupakan pendidikan akhlaq tertinggi, diantaranya:

1)  Membersihkan diri kita dari sifat pemarah:

Rasulullah shallallhu a’lai wa sallam bersabda:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْإِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ.

“Puasa adalah tameng janganlah berkata kotor dan jangan berbuat bodoh, jika seseorang mengajak berkelahi atau mencelamu maka katakanlah aku sedang puasa dua kali.” (HR Bukhari 1894).

Allah ta’ala berfirman:

وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memberi maaf kepada orang lain, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al Baqarah[2]:134).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.

“Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR Bukhari 5763 Muslim 2609).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ.

“Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Azza wa Jalla akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari Kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari.”  (HR Abu Daud 4777 Tirmidzi 2493 di hasankan syaikh al-Albani).

2)  Membersihkan diri dari sifat pendusta.

Rasulullah sallallahu ‘alaihhi wa sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَ.

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari 1903). 

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً.

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab[33]:70).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah[9]:119).

3)  Membersihkan diri dari sifat pelit.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ .

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan, dan beliau bertambah kedermawanannya di bulan Ramadlan ketika bertemu dengan malaikat Jibril.”  (HR. Ahmad 2616, Bukhari 3220).

Orang yang puasa merasakan lapar dan dahaga, sehingga menumbuhkan rasa belas kasih kepada sesama.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ

“Sayangilah penduduk bumi niscaya Yang di atas langit pun akan menyayangi kalian.”  (HR. Abu Dawud 4941, dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani di dalam shahihu al-Jami’ 3522).

4)  Membersihkan diri dari ucapan yang kotor dan tidak bermanfaat.

Rasulullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ.

“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh al-Albani berkata shahih di dalam Shahih at-Targib wa at-Tarhib  1082).

 رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ibnu Majah, Nasa’i 3236, di shahihkan Syaikh al Albani dalam Shahih at-Targib wa-at Tarhib 1083).

5)  Membersihkan perut dari kotoran.

Karena lambung dan usus akan bekerja terus menerus, dengan adanya puasa akan mengistirahatkannya dan juga membersihkan (detoksifikasi) bagi tubuh dari perbagai kolestrol jahat.

Allah ta’ala berfirman:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ.

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.” (QS. Al-A’raf [7]: 31)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan tafsir ayat ini.

قَالَ بَعْضُ السَّلَفِ: جَمَعَ اللَّهُ الطِّبَّ كُلَّهُ فِي نِصْفِ آيَةٍ: وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا.

“Sebagian salaf berkata bahwa Allah telah mengumpulkan semua ilmu kedokteran pada setengah ayat ini.”

Dari Al-Miqdam bin Ma'dikarib raḍiyallahu 'anhu secara marfu' dia berkata, aku mendengan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ. بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ.

"Tidaklah manusia memenuhi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi anak Adam itu beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika memang harus melebihi itu, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya." (HR Tirmidzi 2380 Ibnu Majah 3349, dishahihkan Syaikh al Abani di dalam Ash Shahihah 2265).

 

3.   Menjaga kemaluannya.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا.

"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra:[17]: 32).

4.   Taat pada suaminya.

Allah ta’ala berfirman:

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ.

“Maka wanita-wanita yang shalehah ialah yang taat lagi memelihara diri di balik belakang karena Allah telah memelihara mereka.” (QS. An-Nisa’[44]: 34).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا.

“Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi 1159, Ibnu Hibban 1291, di shahihkan syaikh al-Albani di dalam Irwaa’ ul ghaliil 1998).

إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ.

“sesungguhnya Allah itu lembut, mencintai kelembutan.” (HR, Bukhari 6927).

Sebuah pertanyaan diajukan kepada Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah,

هل الأوصاف التي ذكرت للحور العين في القرآن تشمل نساء الدنيا يا فضيلة الشيخ؟

“Apakah sifat-sifat (kecantikan) bidadari dalam Al-Qur’an juga mencakup sifat para wanita dunia (yang masuk surga), wahai syaikh?

Beliau menjawab,

الذي يظهر لي أن نساء الدنيا يكنّ خيراً من من الحور العين حتى في الصفات الظاهرة، والله أعلم.

“Pendapat terkuat menurutku bahwa wanita dunia lebih baik daripada bidadari, termasuk sifat dan karakteristik lahiriahnya (penampilan dan kecantikan), wallahu a’lam.” (Fatwa Nur ‘Alad Dard, kaset 283)

Di kesempatan lain, beliau menjelaskan bahwa para suami mereka (wanita dunia) lebih tertarik pada wanita dunia (istri mereka di dunia) dibandingkan bidadari. Beliau rahimahullah berkata,

المرأة الصالحة في الدنيا- يعني: الزوجة- تكون خيراً من الحور العين في الآخرة ، وأطيب وأرغب لزوجها

“Wanita shalihah di dunia, yaitu para istri, lebih baik daripada bidadari di akhirat, lebih cantik dan lebih menarik bagi suaminya.” (Fatwa Nur ‘Alad Dard 2: 4, Syamilah)

Ahli Tafsir Al-Qurthubi rahimahullah, menjelaskan bahwa wanita dunia lebih baik dan lebih cantik dari bidadari karena amal baik mereka di dunia, berbeda dengan bidadari yang langsung Allah Ta’ala ciptakan di dalam surga. Wanita dunia juga akan menjadi ratu dan tuan putri di surga. Beliau rahimahullah berkata,

حال المرأة المؤمنة في الجنة أفضل من حال الحور العين وأعلى درجة وأكثر جمالا ؛ فالمرأة الصالحة من أهل الدنيا إذا دخلت الجنة فإنما تدخلها جزاءً على العمل الصالح وكرامة من الله لها لدينها وصلاحها ، أما الحور التي هي من نعيم الجنة فإنما خُلقت في الجنة من أجل غيرها وجُعلت جزاء للمؤمن على العمل الصالح ….؛ فالأولى ملكة سيدة آمرة ، والثانية – على عظم قدرها وجمالها – إلا أنها ـ فيما يتعارفه الناس ـ دون الملكة ، وهي مأمورة من سيدها المؤمن الذي خلقها الله تعالى جزاءً له

“Keadaan wanita beriman di surga lebih utama dari bidadari dan lebih tinggi derajat dan kecantikannya. Wanita shalihah dari penduduk dunia masuk surga sebagai balasan atas amal saleh mereka. Hal ini adalah kemuliaan dari Allah untuk mereka karena bagusnya agama dan kebaikan mereka. Adapun bidadari adalah bagian dari kenikmatan surga. Mereka diciptakan di dalam surga sebagai kenikmatan bagi makhluk selainnya, sebagai balasan bagi orang beriman atas amal salihnya.

Jenis yang pertama, (yaitu wanita dunia) adalah sebagai ratu, tuan putri, dan yang memerintah. Adapun jenis kedua, (bidadari surga) dengan keagungan kedudukan dan kecantikannya – sebagaimana yang diketahui oleh manusia – maka kedudukan bidadari di bawah ratu. Dia menjadi pelayan bagi tuannya yang beriman yang Allah ciptakan sebagai balasan bagi orang beriman.” (Tafsir Al-Qurthubi, 16: 154)

 

Demikianah semoga bermanfaat. Aamiin.

 

 

-----000-----

 

Sragen 28-03-2024

Junaedi Abdullah.




MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...