Senin, 01 Desember 2025

BAB 4 MACAM-MACAM SYIRIK BESAR. SOAL: 13 HUKUM SIHIR.

 


BAB 4

MACAM-MACAM SYIRIK BESAR.

SOAL: 13

HUKUM SIHIR.

 

س ١٣ - ما حُكْمُ السِّحْرِ؟

Soal 13: Apakah hukum sihir itu?

ج ١٢ - السِّحْرُ مِنَ الكُفْرِ.

Jawab: Sihir termasuk perbuatan kufur.

قَالَ تَعَالَى :

Allah ta’ala berfirman:

وَلَٰكِنِ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ  . سورة البقرة: ١٠٢

"Hanya setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia." (Surat Al-Baqarah ayat: 102).

و قال :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ المُوبِقَاتِ: الشِّرْكَ بِاللهِ، وَالسِّحْرَ ... رَوَاهُ مُسْلِم.

"Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan, yakni menyekutukan Allah, sihir...". (Hadits riwayat Muslim)

 

-----000-----

Penjelasan:

 

1.   Pengertian sihir.

Sihir menurut bahasa ialah sebutan bagi sesuatu yang halus tersembunyi sebabnya.

Sedangkan menurut syar'i sihir adalah mantera-mantera dan jampi-jampi yang diucapkan, ramuan, asapan, dan buhul yang bisa memberikan pengaruh terhadap hati dan badan sehingga membuat sakit, membunuh, dan memisahkan antara suami istri. (Syarah kitab Tauhid Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan).

2.   Benarnya keberadaan sihir.

Allah ta’ala berfirman:

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ.

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).” (QS. Al-Baqarah[2]:102).

Setelah setan-setan itu mulai berdusta kepada mereka (para dukun) dan memasukkan hal-hal yang lain ke dalam berita yang dibawanya; mereka menambah tujuh puluh kalimat pada setiap kalimatnya. Lalu orang-orang menca­tat omongan itu ke dalam buku-buku hingga tersiarlah di kalangan Bani Israil bahwa jin mengetahui hal yang gaib.

Kemudian Nabi Sulaiman mengirimkan utusannya kepada semua orang untuk menyita buku-buku itu. Setelah terkumpul, semua buku dimasukkan ke dalam peti, lalu peti itu dikuburnya di bawah kursi singgasananya. Tiada suatu setan pun yang berani mendekat ke kursi tersebut melainkan ia pasti terbakar. Nabi Sulaiman berkata, "Tidak sekali-kali aku mendengar seseorang mengatakan bahwa setan-setan itu mengetahui hal yang gaib melainkan aku pasti menebas batang le­hemya (sebagai hukumannya)."

Setelah Nabi Sulaiman meninggal dunia dan semua ulama yang mengetahui perihal Nabi Sulaiman telah tiada, lalu mereka diganti oleh generasi sesudahnya, maka datanglah setan dalam bentuk se­orang manusia. Setan itu mendatangi segolongan kaum Bani Israil dan berkata kepada mereka, "Maukah kalian aku tunjukkan kepada suatu perbendaharaan yang tidak akan habis kalian makan untuk se­lama-lamanya?" Mereka menjawab, "Tentu saja kami mau." Setan berkata, "Galilah tanah di bawah kursi singgasananya."

Setan pergi bersama mereka dan memperlihatkan tempat tersebut kepada mereka, sedangkan dia sendiri berdiri di salah satu tempat yang agak jauh dari tempat tersebut. Mereka berkata, "Mendekatlah kamu ke sini." Setan menjawab, "Tidak, aku hanya di sini saja dekat dengan kalian. Tetapi jika kalian tidak menemukannya, kalian boleh membunuhku."

Mereka menggali tempat tersebut dan akhimya mereka menjum­pai kitab-kitab itu. Ketika mereka mengeluarkannya, setan berkata ke­pada mereka, "Sesungguhnya Sulaiman dapat menguasai dan me­ngatur manusia, setan-setan, dan burung-burung hanyalah melalui il­mu sihir ini." (lihat Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Baqarah[2]:102).

إِذْ يَقُولُ الظَّالِمُونَ إِن تَتَّبِعُونَ إِلاَّ رَجُلاً مَّسْحُوراً.

(yaitu) ketika orang-orang zalim itu berkata, ‘Kamu tidak lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang terkena sihir.’”


وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِ.

“Dari kejahatan perempuan-perempuan (penyihir) yang meniup pada buhul-buhul (talinya).” (QS. Al-Falaq[113]:4).

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia berkata :

سَحَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي زُرَيْقٍ يُقَالُ لَهُ لَبِيدُ بْنُ الْأَعْصَمِ حَتَّى كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ كَانَ يَفْعَلُ الشَّيْءَ وَمَا فَعَلَهُ حَتَّى إِذَا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ أَوْ ذَاتَ لَيْلَةٍ وَهُوَ عِنْدِي لَكِنَّهُ دَعَا وَدَعَا ثُمَّ قَالَ يَا عَائِشَةُ أَشَعَرْتِ أَنَّ اللَّهَ أَفْتَانِي فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ أَتَانِي رَجُلَانِ فَقَعَدَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي وَالْآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيَّ فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ مَا وَجَعُ الرَّجُلِ فَقَالَ مَطْبُوبٌ قَالَ مَنْ طَبَّهُ قَالَ لَبِيدُ بْنُ الْأَعْصَمِ قَالَ فِي أَيِّ شَيْءٍ قَالَ فِي مُشْطٍ وَمُشَاطَةٍ وَجُفِّ طَلْعِ نَخْلَةٍ ذَكَرٍ قَالَ وَأَيْنَ هُوَ قَالَ فِي بِئْرِ ذَرْوَانَ فَأَتَاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَاسٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَجَاءَ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ كَأَنَّ مَاءَهَا نُقَاعَةُ الْحِنَّاءِ أَوْ كَأَنَّ رُءُوسَ نَخْلِهَا رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا اسْتَخْرَجْتَهُ قَالَ قَدْ عَافَانِي اللَّهُ فَكَرِهْتُ أَنْ أُثَوِّرَ عَلَى النَّاسِ فِيهِ شَرًّا فَأَمَرَ بِهَا فَدُفِنَتْ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, pernah disihir oleh seseorang dari bani Zuraiq yang bernama Labid bin al-Asham, sampai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dibuat membayangkan seolah-olah beliau melakukan sesuatu padahal beliau tidak berbuat apa-apa. Sampai pada suatu hari atau pada suatu malam ketika beliau berada disisiku, akan tetapi beliau terus berdoa dan berdoa, kemudian beliau bersabda, Wahai Aisyah, apakah kamu tahu bahwa Allah telah memberikan jawaban kepadaku tentang apa yang aku tanyakan kepada-Nya tentangya(sihir)? Ada dua orang yang mendatangiku, satu diantaranya duduk di dekat kepalaku dan yang satunya lagi berada di dekat kakiku. Lalu salah seorang diantara keduanya berkata kepada temannya, Sakit apa orang ini? Disihir, sahut temannya. Siapa yang telah menyihirnya? Tanya temannya lagi. Temannya menjawab, Labid bin al-Asham. Dalam bentuk apa sihir itu? Dia menjawab, Pada sisir dan rontokan rambut ketika disisir, dan kulit mayang kurma jantan. Lalu, dimana semuanya itu berada? Tanya temannya. Dia menjawab, disumur Dzarwan. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi sumur itu bersama beberapa orang sahabat beliau. Lalu, beliau datang dan berkata, Wahai Aisyah, seakan-akan airnya berwarna merah seperti perasan daun pacar, dan seakan-akan kulit mayang kurmanya seperti kepala syaitan, Lalu kutanyakan, Wahai Rasulullah, tidakkah engkau meminta dikeluarkan? beliau menjawab, Allah telah menyembuhkanku, sehingga aku tidak ingin memberi pengaruh buruk kepada umat manusia dalam hal itu. Kemudian beliau memerintahkan untuk menimbunnya, maka semuanya pun ditimbun dengan segera. (HR. Buhkhari 5763, Muslim 2189).

3.   Haramnya mempelajari sihir.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ.

Padahal Sulaiman itu tidaklah kufur, tetapi setan-setan itulah yang kufur yang mengajarkan sihir kepada manusia. (QS. Al-Baqarah[2]:102).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ المُوبِقَاتِ, قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ, قَالَ: الشِّرْكُ بِاللَّهِ, وَالسِّحْرُ, وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالحَقِّ, وَأَكْلُ الرِّبَا, وَأَكْلُ مَالِ اليَتِيمِ, وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ, وَقَذْفُ المُحْصَنَاتِ المُؤْمِنَاتِ الغَافِلاَتِ.

“Jahuilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan, kami bertanya, “ Ya Rasulullah apa itu..? beliau berkata, “Berbuat syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan yang benar, memakan harta riba, memakan harta anak yatim, berpaling dari medan perang dan menuduh seorang wanita muslimah yang terhormat dengan tujuan yang keji.” (HR. Bukhari 2766, Muslim 89, Abu Daud 2874).

Saikh Shalih bin Fuzan al-Fauzan mengatakan: haramnya sihir, termasuk dosa besar yang dapat membatalkan keislaman seseorang. (Syarah kitab Tauhid, faedah dari hadits di atas, Syaikh Shalih bin Fauzan al Fauzan).

4.   Sihir tidak dapat mempengaruhi seseorang kecuali atas izin Allah.

Allah ta’ala berfirman:

فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ.

“Mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan (sihir)-nya, kecuali dengan izin Allah.” (QS. Al-Baqarah[2]:102).

Allah telah mengkisahkan bagaimana Musa bersama para tukang sihir Firaun, dimana sihir telah membuat pandangan mereka melihat seakan-akan tongkat mereka sebagai ular, sehingga Allah tetap meneguhkan pendirian Musa, sebagai mana yang ditunjukan oleh firman-Nya:

قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعْلَىٰ . وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا ۖ إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ ۖ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَىٰ . فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَىٰ

Kami berfirman, “Jangan takut! Sesungguhnya engkaulah yang paling unggul. Lemparkan apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya penyihir (belaka). Tidak akan menang penyihir itu, dari mana pun ia datang.” Lalu, para penyihir itu merunduk sujud seraya berkata, “Kami telah percaya kepada Tuhannya Harun dan Musa.” (QS. Thaha [20]: 68-70).

5.   Sihir salah satu ilmu yang tidak bermanfaat.

Allah ta’ala berfirman:

وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ .

Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Sungguh, mereka benar-benar sudah mengetahui bahwa siapa yang membeli (menggunakan sihir) itu niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh, buruk sekali perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir jika mereka mengetahui(-nya). (QS. Al-Baqarah[2]:102).

Dari Ibnu Abbas Radiallahu anhu, dia berkata, Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنِ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنْ سِحْرٍ مَا زَادَ زَادَ وَمَا زَادَ زَادَ.

“Barang siapa mempelajari sebagian dari ilmu nujum, berarti dia telah mempelajari sebagian dari ilmu sihir; semakin bertambah (ilmu yang dia pelajari), semakin bertambah pula (dosanya).” (HR. Ahmad 2840, Abu Dawud  3905, Ibnu Majah 3726 dishahihkan Syaikh al-Albani di di dalam as-Shahihah 793).

6.   Tanda-tanda pelaku sihir.

 

1)   Menampakkan kekufuran kepada Allah ta’ala, seperti pembakaran dupa, kemenyan, bunga, gambar makhluk bernyawa atau patung yang dipuja.

2)   Meminta syarat-syarat yang tak bisa di nalar tidak pula dibenarkan syari’at, seperti minta bunga 3 macam, ayam hitam mulus, mandi bunga, tengah malam.

3)   Menanyakan sesuatu yang tak ada kaitannya dengan penyakit pasien, seperti kelahiran suami, istri, pakaia, foto, rambut dan lain-lain.

4)   Melakukan ritual penyembuhan tidak mau ditemani dan ditempat sepi, seperti ditengah malam, di kebun, disumur, dikamar sendirian.

5)   Melakukan ritual penyembuhan dengan melakukan perbuatan tidak senonoh, seperti suruh membuka baju, mencabuli, menggauli dan lain-alain.

6)   Menggunakan jimat-jimat, seperti menggoyangkan kerisnya, batu menyerupai manusia, patung ular, patung perwayangan dan lain-lain.

7)   Memanggil-manggil jin (kadamnya) untuk disuruh.

8)   Melakukan tawsul dan meminta-minta kepada orang yang telah mati,  Ya syaikh Fulan…. Aku memohon kepadamu agar kau mintakan kepada Allah…

9)   Menggunakan rapalan doa yang tidak bisa di mengerti dan bukan dari Al-Qur’an dan Sunnah.

10)                    Menggunakan kata-kata keras, kaku, kasar, dan kejam, seperti, sakiti dia,  bunuhlah dia, jangan biarkan hidup.

11)                    Memerintahkan pasien untuk menanam benda-benda yang telah dirajai ditempat usahanya, atau di tempat saingannya.

12)                    Membuat miniatur manusia yang akan disakiti kemudian menusuk-nusuk dengan paku, jarum dan selainnya.

13)                    Menunjukan keanehan pada benda, buah, telur dan lain-lain, karena terkadang diisi oleh sidukun berbagai benda yang kemudian ditunjukkan kepada pasien.

14)                    Menuliskan rajah-rajah di kain mori, kulit, maupun kertas, kemusian disuruh menyimpan.

15)                    Memerintahkan untuk mengambil tanah kuburan dan membuangnya ditempat saingan dagangnya dan lain-lain.

7.   Membentengi dan menghilangkan sihir.

Sebagaimana di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah[2]:102) dukun dan sihir tidaklah mampu menyakiti seseorang kecuali atas ijin Allah ta’ala.

وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ

“Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah” (QS. Al-Baqarah[2]:102).

Diantara yang harus kita lakukan untuk selamat dari dukun dan sihir yaitu:

1)   Berlindung kepada Allah dari kejahatan sihir dan perdukunan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta perlindungan untuk Hasan dan Husain, yaitu:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ , وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ

Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari godaan setan, binatang beracung dan dari pengaruh ‘ain yang buruk.” (HR. Bukhari 3371).

2)   Membaca doa dzikir pagi dan petang.

3)   Memakan kurma azwa 7 butir tiap pagi.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ وَلَا سِحْرٌ.

“ Barangsiapa di pagi hari memakan tujuh butir kurma ajwa, maka ia tidak akan terkena racun dan sihir pada hari itu.”(HR. Bukhari 5779, Muslim 2047).

4)   Membacakan rumahnya dengan surat Al-Baqarah, karena syaitan lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan:

لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ

 “Jangan jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya setan itu akan lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah di dalamnya.”(HR. Muslim 780, Tirmidzi 2877, Ahmad 8424).

5)   Menjauhkan gambar-gambar dan patung bernyawa dirumah.

Dari Abu Thalhah radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لَا تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا صُورَةٌ

“Malaikat tidak masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar makhluk bernyawa” (HR. Bukhari 3225, Muslim 2106).

6)   Dirukyah dengan bacaan Al-Qur’an dan do’a.

7)   Tidak mempraktekan dirumah untuk memanggil jin maupun syaitan.

8)   Tidak melakukan sesajen dirumah, apa yang bisa mengundang jin.

9)   Tidak melakukan ritual sihir karena bisa mengundang balasan.

10)                    Membakar benda yang dicurigai dipakai untuk sarana sihir, seperti buhul-buhul (tali yang dililit-lilit).

Demikianlah semoga bermanfaat.

-----000-----

 

Sragen 02-12-2025

Abu Ibrahim, Junaedi Abdullah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Senin, 24 November 2025

BAB 4 MACAM-MACAM SYIRIK BESAR. SOAL: 12 HUKUM THAWAF

 


BAB 4

MACAM-MACAM SYIRIK BESAR.

SOAL: 12

HUKUM THAWAF 

 

س ١٢ - هَلْ تَطُوْفُ بِالْقُبُورِ لِلتَّقَرُّبِ بِهَا ؟

Soal 12: Apakah kita boleh melakukan thawaf di kuburan-kuburan untuk mendekatkan diri kepada Alloh dengan perbuatan tersebut?

ج ١٢ - لا تَطُوفُ إِلَّا بِالْكَعْبَةِ.

Jawab: Kita tidak boleh melakukan thowaf melainkan di Ka'bah.

قَالَ تَعَالَى :

Allah ta’ala berfirman:

{ وَلْيَطَّوَّفُوْا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ } سورة الحج :٢٠

"Dan hendaklah mereka melakukan thawaf di sekeliling rumah yang tua

itu (Baitullah)." (Surat Al-Hajj ayat 29)

و قال :

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(مَنْ طَافَ بِالْبَيْتِ سَبْعًا وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَ كَعِتْقِ رَقَبَةٍ) صحيح رواه ابن ماجه.

"Barangsiapa yang melakukan thawaf sekeliling Ka'bah sebanyak 7 kali dan shalat dua rakaat, maka seakan-akan ia telah membebaskan seorang budak." (Hadits shahih riwayat ibnu Majah)

-----000-----

 

Penjelasan:

 

1.   Thawaf merupakan ibadah yang agung.

Allah ta’ala berfirman:

وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ.

“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud.” (QS Al-Baqarah [2]: 125).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ وَبَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَرَمْيُ الْجِمَارِ لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ.

Disyariatkan Thawaf di Ka’bah dan antara Shafa dan Marwa (Sa’i) serta melempar jumrah untuk menegakkan dzikrullah. (HR. Ahmad 24351, Abu Dawud 1888, al-Baihaqi 3787, dihasankan Syaikh Syu’aib al- Arnauth di dalam Musnad Ahmad 24512).

Adapun syarat-syarat thawaf yaitu:

1)  Suci dari hadats besar dan kecil.

 

Hal ini didasarkan pada sabda Nabi:

لَا يَقْبَلُ صَلَاةً بِغَيْرِ طُهُورٍ وَلَا صَدَقَةً مِنْ غُلُولٍ.

“Allah tidak menerima shalat tanpa thaharah (bersuci), dan tidak menerima sedekah dari hasil ghulul (harta khianat  atau korupsi).” (HR. ath-Tirmidzi 1, Ibnu Majah 274, Ahmad 5419, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam al-Irwa’ 120).

Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الطَّوَافُ حَوْلَ البَيْتِ مِثْلُ الصَّلَاةِ إِلَّا أَنَّكُمْ تَتَكَلَّمُونَ فِيهِ فَمَنْ تَكَلَّمَ فِيهِ فَلَا يَتَكَلَّمَنَّ إِلَّا بِخَيْرٍ.

“Thawaf di sekitar Ka‘bah itu seperti shalat, hanya saja kalian boleh berbicara di dalamnya. Maka siapa yang berbicara ketika thawaf, janganlah ia berbicara kecuali dengan perkataan yang baik.”  (HR. at-Tirmidzi 960,  al-Bazar 4853, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam al-Misykah 2576).

2)  Menutup aurat.

Allah berfirman:

يَا بَنِي ءَادَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِد.

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (QS. Al-A'raaf[7]: 31).

Dan berdasarkan hadits Rasulullah :

أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ: بَعَثَنِي أَبُو بَكْرٍ فِي تِلْكَ الحَجَّةِ فِي مُؤَذِّنِينَ يَوْمَ النَّحْرِ نُؤَذِّنُ بِمِنًى: أَنْ لاَ يَحُجَّ بَعْدَ العَامِ مُشْرِكٌ وَلاَ يَطُوفَ بِالْبَيْتِ عُرْيَانٌ.

Bahwa Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Abu Bakar mengutusku pada haji tersebut bersama para muadzin pada hari Nahr, kami menyerukan di Mina: ‘Mulai tahun ini, tidak boleh lagi ada orang musyrik yang berhaji, dan tidak boleh thawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang.” (HR. al-Bukhari 369, Muslim 1347).

3)  Melakukan thawaf tujuh kali sempurna.

Melakukan thawaf tujuh kali putaran sempurna, karena Nabi melakukannya tujuh kali putaran, sebagaimana yang ditegaskan Ibnu Umar, "datang ke Mekkah, lalu thawaf di Baitullah tujuh kali putaran dan shalat di belakang maqam Ibrahim dua raka'at, melakukan sa'i antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali; dan sungguh pada diri Rasulullah itu terdapat suri tauladan yang baik bagi kalian." Dengan demikian perbuatan, Rasulullah ini sebagai penjelasan bagi firman Allah Ta'ala:

وَلْيَطَّوْفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ.

"Dan hendaklah mereka melakukan thawaf di sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). (QS. al-Hajj [22]: 29).

4)  Memulai thawaf dari Hajar Aswad.

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ مَكَّةَ أَتَى الْحَجَرَ فَاسْتَلَمَهُ ثُمَّ مَشَى عَلَى يَمِينِهِ فَرَمَلَ ثَلَاثًا وَمَشَى أَرْبَعًا.

 

“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Makkah, beliau mendatangi Hajar Aswad lalu menyentuhnya (istilam), kemudian berjalan di sebelah kanannya. Lalu beliau berlari-lari kecil (ramal) pada tiga putaran dan berjalan biasa pada empat putaran.” (HR. Muslim 1218).

5)  Hendaknya thawaf dilakukan di luar baitullah.

Allah ta’ala berfirman:

وَلْيَطَّوْفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ.

"Dan hendaklah mereka melakukan thawaf di sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). (QS. al-Hajj [22]: 29).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْحِجْرُ مِنَ الْبَيْتِ.


“Hijr Isma‘il itu termasuk bagian dari Ka‘bah.” (HR. ath-Tabrani al-Mu’jam al-Kabir 10988, shahih Ibnu Huzaimah 3018).

6)  Harus berurutan langsung.

Hal ini sebagaimana thawah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

خُذُوا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ

“Ambillah dariku cara manasik kalian.” (Shahih Irwa’ al-Ghalil 9524).  (lihat pula al-Wajiz, Syaikh Abul ‘Adhim al-Badawi).

2.   Jenis-jenis thawaf.

1)  Pertama: Thawaf Qudum

Thawaf qudum biasa juga disebut thawaf wurud atau thawaf tahiyyah. Hukumnya adalah sunnah bagi orang yang mendatangi Makkah sebagai bentuk penghormatan kepada Baitullah.

 

2)  Kedua: Thawaf Ifadhah

Thawaf yang satu ini merupakan salah satu rukun haji yang telah disepakati. Setelah dari ‘Arafah, mabit di Muzdalifah lalu ke Mina pada hari ‘ied, lalu melempar jumrah, lalu nahr dan menggunduli kepala lalu thawaf keliling ka’bah untuk melaksanakan thawaf ifadhah ini.

 

3)  Thawaf Wada’

Thawaf wada’ biasa disebut thawaf akhirul ‘ahd. Menurut jumhur (mayoritas ulama), hukum thawaf seperti ini adalah wajib.

4)  Thawaf ‘Umrah

Thawaf ‘umrah merupakan di antara rukun ‘umrah. Pertama kali setelah orang berihram untuk ‘umrah, maka ia melakukan thawaf ini dan tidak mengakhirkannya.

5)  Thawaf Nadzar

Hukumnya adalah wajib dilakukan sewaktu-waktu.

6)  Thawaf Tahiyyatul Masjidil Haram

Ini hukumnya sunnah bagi setiap orang yang memasuki masjidil haram

7)  Thawaf Tathawwu’ (Sunnah)

Yang termasuk thawaf ini adalah thawaf tahiyyatul masjidil haram di atas yaitu dilakukan ketika masuk Masjidil Haram.

3      Tidak boleh thawaf mengusap-usap Kiswah dengan anggapan biar mendapat kemuliaan atau berkah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ,  وفي رواية لمسلم : مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ .

“Barang siapa yang membuat perkara baru dalam urusan agama yang tidak ada perintah dari kami maka tertolak.” Dalam riwayat Muslim, “Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka tertolak.” (HR. Bukhari 2697, Muslim 1718).

فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.

“Karena setiap perkara yang baru (yang diada-adakan dalam perkara agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Ahmad 17144, Ibnu Majah 42, Abu Dawud 4607 dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam as-Shahihah 937).

4      Tidak boleh thawaf selain di Ka'bah.

Allah ta’ala berfirman:

ثُمَّ لْيَقْضُوْا تَفَثَهُمْ وَلْيُوْفُوْا نُذُوْرَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوْا بِالْبَيْتِ الْعَتِيْقِ .

 

“Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada di badan mereka, menyempurnakan nazar-nazar mereka, dan melakukan tawaf di sekeliling al-Bait al-‘Atiq (Baitullah).” (QS. Al-Hajj[22]:29).

Thawaf yang menyelisihi Sunnah dan bisa menjerumuskan ke dalam kesyirikan:

1)   Thawaf di Karbala, seperti sebagian orang Syi’ah

2)   Thawaf mengelilingi benteng, seperti yang ada di Jogja, mereka thawah dan tidak boleh berbicara.

3)   Thawah mengelilingi pohon.

4)   Thawaf mengelilingi desa.

5)   Thawaf mengelilingi sumur.

Seperti di Pati, Desa Kuryokalangan, kec. Gabus, Kab. Pati.

6)   Thawaf mengelilingi kuburan, dan lain-lain.

Orang yang melakukan thawaf di selain Kakbah bisa terjerumus kepada kebid’ahan dan bahkan syirik jika diyakini dapat mendatangkan manfaat dan madharat dari selain Allah.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ.

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim." (QS Yunus[10]:106).

5. Keutamaaan thawaf di Ka'bah adalah seperti memerdekakan budak.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(مَنْ طَافَ بِالْبَيْتِ سَبْعًا وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَ كَعِتْقِ رَقَبَةٍ) صحيح رواه ابن ماجه.

"Barangsiapa yang melakukan thawaf sekeliling Ka'bah sebanyak 7 kali dan shalat dua rakaat, maka seakan-akan ia telah membebaskan seorang budak." (HR. Ibnu Majah 2956, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam as- Shahihah 2725).

Demikianlah semoga bermanfaat. Aamiin.

 

-----000-----

 

Sragen 18-11-2025

Abu Ibrahim Junaedi.


BAB 4 MACAM-MACAM SYIRIK BESAR. SOAL: 13 HUKUM SIHIR.

  BAB 4 MACAM-MACAM SYIRIK BESAR. SOAL: 13 HUKUM SIHIR.   س ١٣ - ما حُكْمُ السِّحْرِ؟ Soal 13: Apakah hukum sihir itu? ج ١٢ ...