Jumat, 12 Desember 2025

KISAH RASULULLAH SERI 8, MASUKNYA HAMZAH BIN ABDUL MUTHALIB DAN UMAR BIN KHATAB.

 



 

Masuk Islamnya Hamzah Bin Abdul Muththalib

Di tengah suhu yang diliputi awan kezhaliman dan penindasan, tiba-tiba muncul seberkas cahaya yang menyinari jalan, yaitu masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Muththalib. Dia masuk Islam pada penghujung tahun keenam kenabian, lebih tepatnya pada bulan Dzulhijjah.

Mengenai sebab keislamannya, bahwa suatu hari Abu Jahal melewati Rasulullah di bukit Shafa, lalu dia mengganggu dan mencacimaki beliau. Rasulullah diam saja, tidak berbicara sedikit pun kepadanya. Kemudian dia memukul kepala beliau dengan batu sehingga melukainya dan mengalirkan darah. Selepas itu, dia pulang menuju tempat kaum Quraisy berkumpul di sisi Ka'bah dan berbincang dengan mereka. Kala itu, budak wanita Abdullah bin Jad'an berada di kediamannya di atas bukit Shafa dan menyaksikan kejadian tersebut. Kebetulan, Hamzah pulang dari berburu dengan menenteng busur panah, ia memberitahukan kepadanya perihal perlakuan Abu Jahal tersebut. Menyikapi hal itu, sebagai kalangan suku Quraisy, Hamzah marah besar dan langsung bergegas pergi dan tak perduli pada orang yang menegurnya. Dia berkonsentrasi mempersiapkan segalanya bila berjumpa dengan Abu Jahal dan akan membuat perhitungan dengannya. Maka, manakala dia masuk Masjid al-Haram, dia langsung tegak tepat di hadapan Abu Jahal seraya berkata, "Hai si hina dina! Engkau berani mencaci maki keponakanku padahal aku sudah memeluk agamanya?." Kemudian dia memukulinya dengan busur panah dan membuatnya luka-luka dan babak-belur. Melihat hal itu, sebagian orang-orang dari Bani Makhzum -yakni dari suku Abu Jahal- terpancing emosinya, (melihat hal tersebut) orang-orang dari Bani Hasyim -dari suku Hamzah tidak kalah emosi. Maka Abu Jahal melerai dan berkata, "Biarkan Abu "Imarah panggilan Hamzah-penj.,)! Sebab aku memang telah mencaci-maki keponakannya dengan cacian yang amat jelek." (Diringkas dari Ibnu Hisyam, Op.cit., h.291,292)

Keislaman Hamzah pada mulanya adalah sebagai pelampiasan harga diri seseorang yang tidak, sudi keluarganya dihina, namun kemudian Allah membuatnya cinta terhadap Islam. Dia kemudian menjadi orang yang berpegang teguh pada al-'Urwatul Wutsqa dan menjadi kebanggaan kaum Muslimin.

Masuk Islamnya 'Umar Bin Al-Khaththab

Di tengah suhu yang sama pula, seberkas cahaya yang lebih benderang dari yang pertama kembali menyinari jalan. Itulah, keislaman 'Umar bin al-Khaththab. Dia masuk Islam pada bulan Dzulhijjah, tahun ke-6 kenabian (Tarikh "Umar bin al-Khaththab karya Ibnu al-Jawziy, h.11), yaitu tiga hari setelah keislaman Hamzah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memang telah berdoa kepada Allah agar dia masuk Islam sebagaimana hadits yang dikeluarkan oleh at-Tirmidzi -dan menshahihkannya- dari Ibnu 'Umar dan hadits yang dikeluarkan oleh ath-Thabaraniy dari Ibnu Mas'ud dan Anas bahwa-sanya Nabi bersabda:

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ بِأَحَبِّ الرَّجُلَيْنِ إِلَيْكَ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَوْ بِأَبِي جَهْلِ بْنِ هِشَامٍ.

"Ya Allah! muliakanlah Islam ini dengan salah seorang dari dua orang yanglebih Engkau cintai; 'Umar bin al-Khaththab atau Abu Jahal bin Hisyam." (Sunan at-Tirmidzi, bab tentang Manaqib, Manaqib Abi Hafsh, 'Umar bin al-Khaththab, 11/209).

Ternyata, yang lebih dicintai oleh Allah adalah 'Umar.

Setelah meneliti secara cermat seluruh riwayat yang mengisah-kan keislamannya, nampak bahwa proses eksisnya Islam di dalam sanubarinya berlangsung secara bertahap, akan tetapi sebelum kita membicarakan ringkasannya, perlu kami singgung terlebih dahulu karakter dan watak dari kepribadiannya.

Umar dikenal sebagai seorang yang temperamental dan memiliki harga diri yang tinggi. Sangat banyak kaum Muslimin merasakan beragam penganiayaan yang dilakukannya terhadap mereka. Sebenarnya, telah terjadi pertentangan batin dalam dirinya. Di satu sisi dia harus menghormati tatanan adat yang telah dibuat oleh nenek moyangnya tetapi di sisi yang lain dia kagum terhadap mental baja kaum Muslimin dalam menghadapi berbagai cobaan demi menjaga aqidah mereka. Sisi yang lainnya lagi adalah timbulnya berbagai keraguan dalam dirinya, sementara sebagai seorang yang pandai, dia beranggapan bahwa apa yang diseru oleh Islam bisa saja lebih agung dan suci dari agama selainnya. Oleh karena itu, begitu dia memberontak, maka langsung saja berteriak lantang.

Mengenai ringkasan kisah keislamannya yang sudah disinkronkan, bermula dari tindakannya pada suatu malam saat beliau bermalam di luar rumahnya, lalu dia pergi menuju Masjid Haram dan masuk ke dalam tirai Ka'bah. Saat itu, Nabi tengah berdiri melakukan shalat dan membaca surat al-Haqqah. Pemandangan itu dimanfaatkan oleh 'Umar untuk mendengarkannya dengan khusyu' sehingga membuatnya terkesan dengan susunannya. Dia berkata, "Aku berkata pada diriku: 'Demi Allah! Benar, dia ini tukang sya'ir sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang Quraisy!.' Lalu beliau membaca ayat:

إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ وَمَا هُوَ بِقُولِ شَاعِرٍ قَلِيلًا مَّا تُؤْمِنُونَ.

Sesungguhnya al-Qur'an itu adalah benar-benar wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul yang mulia, dan al-Qur'an itu bukanlah perkata-an seorang penyair. Sedikit sekali kalian beriman kepadanya'." (QS. Al-Haqqah: 40, 41).

 

Lantas aku berkata pada diriku, "Kalau begitu, dia tukang tenung." Lalu beliau meneruskan bacaannya (artinya), "Dan, bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran darinya, la adalah wahyu yang diturunkan dari Rabb semesta alam..." hingga akhir surat tersebut. Maka, ketika itulah Islam memasuki relung hatiku." (Tarikh "Umar, Opcit, h.6. Kisah yang mirip dengan itu, diriwayatkan juga oleh Ibnu Ishaq dari 'Atha dan Mujahid akan tetapi di akhirnya terdapat bagian yang bertentangan dengannya. Lihat Ibnu Hisyam, Op.cit., h.346-348. Kisah serupa lainnya terdapat pada riwayat yang diketengahkan oleh Ibnu al-Jawziy dari Jabir dan di akhirnya juga terdapat bagian yang bertentangan dengan riwayat ini. Lihat Tarikh 'Umar, Op.cit., h. 9,10).

Inilah awal benih Islam yang memasuki relung hati "Umar bin al-Khaththab. Tetapi kulit luar sentimentil Jahiliyyah dan fanatisme terhadap tradisi serta kebanggaan akan agama nenek moyang justru mengalahkan 'otak' hakikat yang dibisikkan oleh hatinya. Sehingga, dia tetap bersikeras dalam upayanya melawan Islam, tanpa menghiraukan perasaan yang bersemayam dibalik kulit luar tersebut.

Di antara bukti nyata kekerasan wataknya dan rasa permusuhan yang sudah di luar batas terhadap Rasulullah adalah saat suatu hari dia keluar sambil menghunus pedang hendak membunuh beliau. Ketika itu, dia bertemu dengan Nu'aim bin 'Abdullah an-Nahham al-'Adawiy (Ini berdasarkan riwayat Ibnu Ishaq, Lihat Ibnu Hisyam, Op.cit, h.344 3).

-Ada riwayat lain menyatakan- "Seseorang dari suku Bani Zahrah" (Hal ini diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Lihat Tarikh "Umar, Ibid, h.10; Mukhtashar).

 

 

atau "Seseorang dari suku Bani Makhzum"(Op.cit, h.103. 4 Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu 'Abbas, Lihat Mukhtashar, Ibid., h.102).

 Orang tersebut bertanya, "Hendak kemana engkau, wahai 'Umar?."

Dia menjawab, "Ingin membunuh Muhammad." Orang tersebut bertanya lagi, "Kalau Muhammad engkau bunuh, bagaimana engkau akan merasa aman dari kejaran Bani Hasyim dan Bani Zahrah?."

"Umar menjawab, "Aku rasa engkau sudah menjadi penganut Agama baru dan telah keluar dari agamamu."

Orang itu berkata kepadanya, "Maukah aku tunjukkan kepadamu yang lebih mengejutkanmu lagi, wahai 'Umar? Sesungguhnya adik perempuan dan iparmu juga telah menjadi penganut agama baru dan meninggalkan agama yang sekarang engkau peluk!."

Mendengar hal itu, 'Umar dengan segera berangkat mencari keduanya dan saat dia menjumpai mereka, di sana dia dapati Khabbab bin al-Aratt yang membawa shahifah (lembaran al-Qur'an) bertuliskan surat "Thaha" dan membacakannya untuk keduanya sebab dia secara rutin mendatangi mereka berdua dan membacakan al-Qur'an untuk keduanya. Tatkala Khabbab mendengar langkah 'Umar, dia menyelinap ke bagian belakang rumah sedangkan adik perempuan 'Umar menutupi shahifah tersebut. Ketika mendekati rumah, 'Umar telah mendengar Khabbab membacakan ayat untuk mereka berdua, karenanya saat masuk, dia langsung bertanya, "Apa gerangan suara bisik-bisik yang aku dengar dari kalian?."

Keduanya menjawab, "Tidak ada apa-apa, hanya sekedar perbincangan di antara kami."

Dia berkata lagi, "Nampaknya, kalian berdua sudah menjadi penganut agama baru."

Iparnya berkata, "Wahai 'Umar! Bagaimana pendapatmu jika kebenaran itu berada pada selain agamamu?."

Mendengar itu, 'Umar langsung melompat ke arah iparnya tersebut, lalu menginjak-injaknya dengan keras. Lantas adik perempuannya datang dan mengangkat suaminya menjauh darinya namun dia justru ditampar oleh Umar sehingga darah mengalir dari wajahnya -dalam riwayat Ibnu Ishaq disebutkan bahwa dia memukulnya sehingga membuatnya terluka dan memar-. Adik perempuannya berkata dengan penuh kemarahan, "Wahai 'Umar! Jika kebenaran ada pada selain agamamu, maka aku bersaksi bahwa tiada Tuhan (Yang berhak disembah) selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."

Manakala 'Umar merasa putus asa dan menyaksikan kondisi adiknya yang berdarah, dia menyesal dan merasa malu, lalu berkata, "Berikan tulisan yang ada ditangan kalian tersebut kepadaku agar aku dapat membacanya!."

Saudaranya itu berkata, "Sesungguhnya engkau itu najis, dan tidak ada yang boleh menyentuhnya melainkan orang-orang yang suci. Bangkit dan mandilah dulu!." Kemudian dia bangkit dan mandi, lalu mengambil tulisan tersebut dan membaca "Bismillahirrahmanirrahim." Dia bergumam, "Sungguh nama-nama yang baik dan suci." Kemudian dia melanjutkan dan membaca surat "Thaha" hingga sampai pada firman Allah (artinya),

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَوَةَ لِذِكْرِي

"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada llah (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku." Thâha: 14).

Dia bergumam lagi, "Alangkah indah dan mulianya Kalam ini!

Kalau begitu, tolong bawa aku ke hadapan Muhammad!." Saat Khabbab mendengar ucapan 'Umar, dia segera keluar dari persembunyiannya seraya berkata, "Wahai 'Umar, bergembiralah karena sesungguhnya aku berharap engkaulah yang dimaksud dalam doa Rasulullah pada malam Kamis "Ya Allah! muliakanlah Islam ini dengan salah seorang dari dua orang yang paling Engkau cintai; Umar bin al-Khaththab atau Abu Jahal bin Hisyam."

Sementara Rasulullah (saat itu) berada di rumah yang terletak di kaki bukit shafa.

Umar mengambil pedangnya seraya menghunusnya, lalu berangkat hingga tiba di rumah tempat beliau berada tersebut. Dia mengetuk pintu, lalu seorang penjaga pintu mengintip dari celah-celah pintu tersebut dan melihatnya menghunus pedang. Penjaga tersebut kemudian melaporkan hal itu kepada Rasulullah . Para sahabat yang berjaga bersiaga penuh mengantisipasinya. Gelagat mereka tersebut mengundang tanda tanya Hamzah, "Ada apa gerangan dengan kalian?."

Mereka menjawab, ""Umar!."

Dia berkata, "Lalu ada apa dengan 'Umar! Bukakan pintu untuknyal Jika dia datang dengan niat baik, kita akan membantunya akan tetapi jika dia datang dengan niat jahat, kita akan membunuhnya dengan pedangnya sendiri."

Saat itu, Rasulullah masih di dalam rumah dan sedang menerima wahyu, maka beliau pun keluar menyongsongnya dan menjumpainya di bilik. Beliau mencengkeram kerah baju dan gagang pedangnya, lalu menariknya dengan keras, seraya bersabda, "Tidakkah engkau berhenti dari tindakanmu, wahai 'Umar hingga Allah menghinakanmu dan menimpakan bencana kepadamu sebagaimana yang terjadi terhadap al-Walid bin al-Mughirah? Ya Allah! inilah 'Umar bin al-Khaththab! Ya Allah! muliakanlah Islam dengan 'Umar bin al-Khaththab!."

Maka Umar berkata, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan (Yang berhak disembah) selain Allah dan engkau adalah utusan Allah."

Dengan demikian dia telah masuk Islam, dan disambut dengan pekikan takbir oleh penghuni rumah sehingga terdengar oleh orang-orang yang berada di Masjid al-Haram. (Lihat Tarikh "Umar, Op.cit, h.7,10,11; Ibnu Hisyam, Op.cit, h.343-346).

Umar merupakan sosok yang memiliki harga diri yang tinggi dan keinginan yang tidak dapat dicegah. Oleh karena itulah, keislamannya menimbulkan goncangan luar biasa di kalangan kaum musyrikin dan membuat mereka semakin merasa terhina dan diper-malukan, sementara bagi kaum Muslimin, hal itu menambah 'izzah, kemuliaan dan kegembiraan.

Ibnu Ishaq meriwayatkan dengan sanadnya dari 'Umar, dia berkata, "Tatkala aku sudah masuk Islam, aku mengingat-ingat, siapa penduduk Mekkah yang paling kajam terhadap Nabi Aku berkata, 'Pasti Abu Jahal-lah orangnya." Lalu aku datangi dia dan aku ketuk pintu rumahnya. Dia pun keluar menyambutku seraya berkata, "Selamat datang! Ada apa denganmu?."

"Aku datang untuk memberitahumu bahwa aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Muhammad, serta membenarkan apa yang telah dibawanya." Lalu dia membanting pintu di hadapan wajahku seraya berkata, "Semoga Allah menjelekkanmu dan apa yang engkau bawa." ( Ibnu Hisyam, Ibid., h.349,350).

Dalam versi Ibnu al-Jauziy disebutkan bahwa 'Umar berkata, "Dulu, jika seseorang masuk Islam, maka orang-orang mendatanginya lantas memukulinya dan dia juga balas memukuli mereka, namun tatkala aku telah masuk Islam, aku mendatangi pamanku, al-'Ashiy bin Hasyim, dan memberitahukan kepadanya hal itu, dia malah masuk rumah. Lalu aku pergi ke salah seorang pembesar Quraisy -sepertinya Abu Jahal- dan memberitahukan padanya perihal keislamanku, tetapi dia juga malah masuk rumah." (Tarikh 'Umar, Op.cit, h.8).

Ibnu Hisyam juga menyebutkan-demikian pula Ibnu al-Jauziy secara ringkas- bahwa ketika dia ('Umar) masuk Islam, dia mendatangi Jamil bin Ma'mar al-Jumahiy yang merupakan orang Quraisy yang paling cepat menyebarkan berita-dan memberitahu-kan kepadanya tentang keislamannya, orang ini langsung berteriak dengan sekeras-kerasnya bahwa Ibnu al-Khaththab telah menjadi penganut agama baru. Umar pun menimpali-dibelakangnya-, "Dia bohong, akan tetapi aku telah masuk Islam." Mereka pun menyergapnya sehingga akhirnya terjadilah pertarungan antara 'Umar seorang diri melawan mereka. Pertarungan itu baru selesai saat matahari sudah berada tepat di atas kepala mereka, tetapi 'Umar sudah nampak kepayahan. Dia hanya bisa duduk sementara mereka berdiri dekat kepalanya. Dia berkata kepada mereka, "Lakukanlah apa yang kalian suka. Sungguh aku bersumpah atas nama Allah, bahwa andai kami berjumlah tiga ratus orang, niscaya kami biarkan

mereka untuk kalian atau kalian biarkan mereka untuk kami."

Setelah kejadian itu, kaum musyrikin berangkat dalam jumlah besar menuju rumahnya dengan tujuan akan membunuhnya. Imam al-Bukhari meriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Umar, dia berkata, "Saat 'Umar berada di rumahnya dalam kondisi cemas, datanglah al-Ash bin Wail as-Sahmiy (yang dikenal dengan sebutan) Abu 'Amr. dengan memakai mantel dan baju terbuat dari sutera. Dia berasal dari suku Bani Sahm yang merupakan sekutu kami di masa Jahiliyyah. Al-Ash berkata kepadanya, "Ada apa denganmu?."

"Kaummu sesumbar akan membunuhku karena aku masuk Islam", jawab Umar.

Al-Ash berkata, "Tidak akan aku biarkan mereka melakukan hal itu terhadapmu."

Abdullah bin Umar berkata, "Setelah dia berkata demikian aku pun merasa lega."

Al-Ash kemudian keluar dan mendapatkan banyak orang yang sudah memadati lembah tersebut, lantas dia berkata kepada mereka, "Hendak kemana kalian?."

Mereka menjawab, "Menemui si Ibru al-Khaththab yang sudah menjadi penganut agama barul."

Dia menjawab, "Kalian tidak akan aku biarkan mengganggu-nya." Orang-orang itu pun akhirnya membubarkan diri.

Dalam riwayat Ibnu Ishaq disebutkan, "Demi Allah! seolah-olah mereka itu bagaikan pakaian yang dilepaskan dari (tubuh)nya.

Demikianlah dampak keislamannya terhadap kaum musyrikin, sedangkan terhadap kaum Muslimin adalah sebagaimana yang diri-wayatkan oleh Imam Mujahid dari Ibnu 'Abbas, dia berkata, "Aku bertanya kepada 'Umar. 'Kenapa kamu dijuluki al-Farûq?.

Dia berkata, 'Hamzah masuk Islam tiga hari lebih dahulu dariku selanjutnya dia menceritakan kisah keislamannya, dan di akhirnya dia berkata- lalu aku berkata (saat aku sudah masuk Islam),

"Wahai Rasulullah! Bukankah kita berada di atas kebenaran; mati ataupun hidup?."

Beliau menjawab, "Tentu sajal Demi Dzat Yang jiwaku berada ditangan-Nya, sesungguhnya kalian berada di atas kebenaran, mati ataupun

1 Ibid., Menu Hisyam, Op.cit, h.348,349,

2 Shahih al-Buklutrry, Op.cit., Bab: Islamu 'Umar bin al-Khaththab, 1/545.

3 Ibnu Hisyam. Op.cit. h.349.

hidup."

 

Lalu aku berkata, "Lantas untuk apa (kita) harus bersembunyi? Demi Dzat Yang telah mengutusmu dengan kebenaran, sungguh kita harus keluar (menampakkan diri). Lalu kami membawa beliau keluar, kami terbagi dalam dua barisan; salah satunya dipimpin oleh Hamzah dan yang lainnya, dipimpin olehku. Deru debu yang diakibatkannya ibarat ceceran tepung. Akhirnya kami memasuki al-Masjid al-Haram. Kemudian kaum musyrikin Quraisy menoleh ke arahku dan Hamzah; mereka tampak diliputi oleh kesedihan yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya. Sejak saat itulah, Rasulullah menamaiku "al-Farüq

Ibnu Mas'ud sering berkata, "Sebelumnya, kami tak berani melakukan shalat di sisi Ka'bah hingga 'Umar masuk Islam."2

Dari Shuhaib bin Sinan ar-Rûmiy, dia berkata, "Ketika 'Umar masuk Islam, barulah Islam menampakkan diri dan dakwah kepada-nya dilakukan secara terang-terangan. Kami juga berani duduk-duduk secara melingkar di sekitar Baitullah, melakukan thawaf, mengimbangi perlakuan orang yang kasar kepada kami serta membalas sebagian yang diperbuatnya."

Dari 'Abdullah bin Mas'ud, dia berkata, "Kami senantiasa merasakan 'izzah sejak 'Umar masuk Islam."

1 Tarikh "Umar, Op.cit, h.6.7

2. Mukhtasher Stratix Ratif, Op.cit, h.103

 

3 Tarikh Umar, Op.cit, h.13.

4 Shahih al-Bukharry, babe Iskamu "Umar bin al-Khaththab, Op.cit., 1/545.

-----000-----

Disadur dari Sirah Nabawiyah Syaikh Syafiyurrhman Almubarakfuri.

Oleh Abu Ibrahim, Junaedi Abdullah.

 

Minggu, 07 Desember 2025

MUSIBAH SEBAB DAN SOLUSINYA

 


SEBAB-SEBAB DATANGNYA MUSIBAH

Dunia makin tua, isi penghuninya beraneka warna, semakin jauh dari bimbingan agama sehingga banyak yang memperturutkan nafsu  belaka.

Akibatnya datanglah berbagai macam musibah dan bencana sebagai peringatan kepada manusia.

Namun yang menyedihkan musibah dan bencana tersebut dianggap fenomena alam biasa, seperti gempa bumi karena lempengan kerak bumi yang retak atau bergeser, banjir karena cuaca extrem dan lainnya.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ.

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Asy Syura [42]: 30).

قَالَتْ زَيْنَبُ بِنْتُ جَحْشٍ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ: أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ قَالَ: نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الخَبَثُ.

“Apakah kami akan binasa sementara orang-orang shalih masih ada di antara kami?” Beliau menjawab, “Betul, ketika kemaksiatan merajalela.” (HR Bukhari 3346, Muslim 2880)

Adapun dosa-dosa yang menyebabkan datangnya musibah yaitu:

1.   Kesyirikan.

Dosa kesyirikan merajalela di bumi pertiwi ini, saat mereka punya hajat, tasyakuran bersama ketika mendapatkan nikmat seperti melarung saji kelaut, melempar saji ke gunung, upacara sajen di tempat yang dianggap keramat, membuat sesaji rumah masing-masing, mencari pesugihan, dan keyakinan-keyakinan tatayyur lainnya.

Padahal Allah ta’ala melarang keras kesyirikan tersebut.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ.

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim." (QS Yunus[10]:106).

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.

“Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Az Zumar[39]:65).

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.

“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang Telah mereka kerjakan.” (QS Al An’am[6]:88).

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۚفَاِنْ فَعَلْتَ فَاِنَّكَ اِذًا مِّنَ الظّٰلِمِيْنَ.

“Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi bencana kepadamu selain Allah, sebab jika engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk orang-orang zalim.”(QS. Yunus[10]:106)

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمٰنُ وَلَدًا. لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا. تَكَادُ السَّمٰوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا. أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمٰنِ وَلَدًا.

“Mereka berkata, ‘Yang Maha Pengasih mengambil seorang anak.’ Sungguh kalian telah membawa sesuatu yang sangat mungkar. Hampir saja langit pecah karena ucapan itu, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh berkeping-keping, karena mereka menganggap bahwa Yang Maha Pengasih mempunyai anak.” (QS. Maryam [19]: 88-92).

Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ المُوبِقَاتِ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ: الشِّرْكُ بِاللَّهِ, وَالسِّحْرُ, وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالحَقِّ, وَأَكْلُ الرِّبَا, وَأَكْلُ مَالِ اليَتِيمِ, وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ, وَقَذْفُ المُحْصَنَاتِ المُؤْمِنَاتِ الغَافِلاَتِ.

 “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan. Mereka (sahabat) berkata: “Wahai Rasulullah apakah tujuh perkara yang membinasakan itu?” Beliau bersabda: “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba’, lari dari medan perang (jihad), menuduh berzina wanita baik-baik lagi beriman serta tidak tahu menahu (dengan zina tersebut).” (HR. Bukhari 2766 Muslim 86).

Banyak yang masih meyakini tiyarah(anggapan sial)

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ.

"Tidak dibenarkan menganggap penyakit menular dengan sendirinya (tanpa ketentuan Allah), tidak dibenarkan beranggapan sial, tidak dibenarkan pula beranggapan nasib malang karena tempat, juga tidak dibenarkan beranggapan sial di bulan Shafar” (HR. Bukhari 5757 Muslim 2220).

اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ, اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ, وَمَا مِنَّا إِلاَّ, وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ.

“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik dan setiap orang pasti terbetik dalam hatinya, Hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepadaNya.” (HR. Bukhari di dalam Adabul Mufrad 909, Tirmidzi 1614).

Sebagiannya beramal tetapi melakukan syirik kecil yaitu riya’.

Allah ta’ala berfirman:

وَّاَنَّ الْمَسٰجِدَ لِلّٰهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللّٰهِ اَحَدًا.

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allah. Maka janganlah kamu menyembah apa pun di dalamnya selain Allah.” (QS. Al-Jin[72]18).

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالَ الرِّيَاءُ.

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari apa yang aku takutkan menimpa kalian adalah syirik kecil.” Maka para shahabat bertanya, ”Apa yang dimaksud dengan syirkul ashghar?” Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab,“Ar-riya’.” (HR. Ahmad 23636, Baihaqi, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam At-Targhib 29, ash-Shahihah 951).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam hadits Qudsi :

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ  مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيْهِ مَعِيْ غَيْرِيْ تَرَكْتُهُ وَ شِرْكَهُ.

“Aku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang dicampuri dengan perbuatan syirik kepadaKu, maka Aku tinggalkan dia dan (Aku tidak terima) amal kesyirikannya” (HR Muslim 2985 dan Ibnu Majah 4202).

Umat-umat dahulu dibinasakan karena kesyirikan ini, begitu pula kondisi sekarang ini selain maksiat yang lain.

Kisah kaum Saba’

Allah ta’ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ . فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ .

Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu: dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan), ‘Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Rabbmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya!’ (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Rabbmu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar.” (QS. Saba’[34]:15-17).

Ibnu Katsir berkata: “Kemudian datanglah kepada kaum Saba' para rasul yang menyuruh mereka mengesakan Allah ta'ala. Mereka menaati perintah itu (sehingga Allah berikan nikmat yang berlimpah terbut) hingga waktu yang dikehendaki Allah. Kemudian mereka berpaling dari perintah rasul. Karena itu, mereka pun disiksa dengan mengirimkan banjir besar. (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Saba’ [34]:15-17).

2.   Kebid’ahan.

Bagaimana kebid’ahan merajalela di mana-mana, saking banyaknya sampai-sampai orang yang mengamalkan sunnah terasa asing dan dianggap aneh.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ كُبِتُوا كَمَا كُبِتَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ وَقَدْ أَنْزَلْنَا آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ ۚ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُهِينٌ.

“Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya pasti akan dihinakan, sebagaimana orang-orang sebelum mereka telah dihinakan...” (QS. Al-Mujadilah[58]: 5).

Ibnu Katsir berkata: “Yakni mereka dihina, dilaknat, dan direndahkan, sebagaimana yang telah dilakukan terhadap orang-orang yang serupa dengan mereka sebelum mereka.(QS. Al-Mujadilah[58]:5).

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا.

“Dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahanam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisaa [4]: 115).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari 20)

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim 1718).

Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ.

Aku tinggalkan kalian dalam keadaan terang-benderang, siangnya seperti malamnya. Tidak ada yang berpaling dari keadaan tersebut kecuali ia pasti celaka.” (HR. Ahmad 17142 Ibnu Majah 43 Thabrani 619 dan disahihkan Syaikh al-Albani di Shahihul Jami’ 4369).

Bagaimana keadaan umat sekarang, mereka banyak beramal namun tidak memperhatikan benar salahnya amalan tersebut.

3.   Tersebarnya berbagai macam maksiat.

Di antara maksiat yang mengundang Adzab tersebut yaitu:

1)  LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender).

Allah ta’ala berfirman:

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ .إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ ۚ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ

Dan (ingatlah) Luth ketika dia berkata kepada kaumnya: “Apakah kalian melakukan perbuatan keji yang belum pernah dilakukan seorang pun sebelum kalian di seluruh alam semesta? Sesungguhnya kalian mendatangi laki-laki untuk melampiaskan syahwat, bukan kepada perempuan. Bahkan kalian adalah kaum yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf [7]:80-81).

فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ.

“Ketika datang perintah Kami, Kami jadikan negeri itu yang di atas menjadi di bawah, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar bertubi-tubi.” (QS. Hud[11]:82).

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

مَنْ وَجَدْتُمُوهُ يَعْمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ وَالْمَفْعُولَ بِهِ.

“Barang siapa kalian dapati melakukan perbuatan kaum Luth, maka bunuhlah pelakunya.”(HR. Ahmad 2732, Abu Dawud 4482, Ibnu Majah 2561).

2)  Perzinaan.

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خِصَالٌ خَمْسٌ إِنِ ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَنَزَلْنَ بِكُمْ أَعُوذُ بِاللهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ: لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بها إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ.

“Wahai kaum Muhajirin, ada lima perkara; jika kalian diuji dengannya dan ia terjadi pada kalian, aku berlindung kepada Allah agar kalian tidak menemui hal tersebut: Tidaklah perbuatan keji (zina) muncul pada suatu kaum hingga mereka menampakkannya, kecuali akan tersebar pada mereka tha‘un dan berbagai penyakit yang belum pernah terjadi pada orang-orang sebelum mereka.” (HR. Ibnu Majah  4019, Thabrani 4671, Baihaqi 3042 dihasankan Syaikh al-Albani di dalam ash-Shahihah 106).

Muhammad Fu’ad Abdul Baqi’ berkata: perbuatan keji yang dimaksud adalah zina. (Syarah Sunan Ibnu Majah 4019, Muhammad Fu’ad Abdul Baqi’).

3)  Mengurangi timbangan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

...وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ.

“Dan tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali mereka akan ditimpa paceklik bertahun-tahun, beratnya beban hidup, serta kezaliman penguasa atas mereka.” (HR. Ibnu Majah  4019, Thabrani 4671, Baihaqi 3042 dihasankan Syaikh al-Albani di dalam ash-Shahihah 106).

4)  Tidak mengeluarkan zakat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا.

“Dan tidaklah mereka menahan zakat harta mereka kecuali mereka akan dihalangi turun hujan dari langit, dan kalau bukan karena binatang-binatang (yang membutuhkan air), niscaya mereka tidak akan diberi hujan.” (HR. Ibnu Majah  4019, Thabrani 4671, Baihaqi 3042 dihasankan Syaikh al-Albani di dalam ash-Shahihah 106).

5)  Membatalkan perjanjian Allah dan Rasul-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلَّا سَلَّطَ اللهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ وَيَأْخُذُ بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ.

“Dan tidaklah mereka melanggar janji Allah dan janji Rasul-Nya kecuali Allah akan menjadikan musuh dari luar mereka berkuasa atas mereka sehingga musuh itu mengambil sebagian dari apa yang ada di tangan mereka.” (HR. Ibnu Majah  4019, Thabrani 4671, Baihaqi 3042 dihasankan Syaikh al-Albani di dalam ash-Shahihah 106).

6) Berhukum dengan selain hukum Allah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بَيْنَهُمْ بِكِتَابِ اللهِ إِلَّا جَعَلَ  بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ.

Dan selama para pemimpin mereka tidak berhukum dengan Kitab Allah, niscaya Allah akan menjadikan permusuhan dan kekerasan di antara mereka. (HR. Ibnu Majah  4019, Thabrani 4671, Baihaqi 3042 dihasankan Syaikh al-Albani di dalam ash-Shahihah 106).

7)  Musik dan nyanyian.

 

Allah ta’ala berfirman:

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْتَرِى لَهْوَ ٱلْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُولَٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ.

“Dan di antara manusia ada orang yang membeli lahwal-hadits (perkataan yang melalaikan) untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa ilmu, dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itulah yang akan memperoleh azab yang menghinakan.”(QS. Lukman[31]:6).

Dari Imran bin Husain, ia berkata , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فِي هَذِهِ الأُمَّةِ خَسْفٌ وَمَسْخٌ وَقَذْفٌ  فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ المُسْلِمِينَ: فِي هَذِهِ الأُمَّةِ خَسْفٌ وَمَسْخٌ وَقَذْفٌ, فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ: يَا رَسُولَ اللهِ, وَمَتَى ذَاكَ, قَالَ: إِذَا ظَهَرَتِ القَيْنَاتُ وَالمَعَازِفُ وَشُرِبَتِ الخُمُورُ.

“Umat ini akan mengalami bencana ditenggelamkan ke dalam bumi, pengubahan bentuk (dan rupa), dan dihukum dengan hujan batu.” Ada salah seorang yang bertanya, ”Kapan hal itu terjadi wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, ”Ketika para penyanyi dan alat-alat musik telah memasyarakat, dan ketika berbagai jenis khamr dikonsumsi.” (HR. Tirmidzi 2213 dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahihu al-Jami’ 4273).

Dan masih banyak lagi dosa yang mengundang adzab Allah ta’ala.

4.   Solusinya menghadapi bencana.

1)  Bertaubat.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya.” (QS.At-Tahrim[66]:8).

وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ.

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS: Al Anfal [8]: 33).

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ.

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Al-Imran[3]:135).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً.

“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari 6037).

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan:

مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ.

“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.” (Al Jawabul Kaafi, hal. 87).

2)  Memerintahkan manusia agar bertakwa dan mentauhidkan Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al A’raf [7]:96).

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا.

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang di larang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu. (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia.” (QS.4.An-Nisa[4]:31)

3)  Beramal ma’ruf nahi mungkar.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ.

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’du [13]: 11)

Dari sahabat Abu Sa’id al-Khudri beliau berkata, rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ, فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ, فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ.

 “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim 49)

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْ عِنْدِهِ ثُمَّ لَتَدْعُنَّهُ فَلاَ يَسْتَجِيْبُ لَكُمْ

“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, hendaknya kalian betul-betul melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar atau (jika kalian tidak melaksanakan hal itu) maka sungguh Allah akan mengirim kepada kalian siksa dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya (agar supaya dihindarkan dari siksa tersebut) akan tetapi Allah Azza wa Jalla tidak mengabulkan do’a kalian. (HR Ahmad 23301, Tirmidzi 2168, dihasankan oleh syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ 7070)

5.   Adapun hikmahnya adanya musibah

 

1)  Agar manusia Kembali kepada Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS.Ar-Rum[30]:41)

2)  Agar manusia tidak menyombongkan diri.

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ. لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ.

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Demikianlah semoga kita semua dijauhkan dari berbagai bencana dan musibah, oleh karena itu marilan kita saling mengingatkan di dalam kebaikan dan kesabaran.

Semoga bermanfaat.

 

-----000-----

 

Sragen 08 Des 2025

Junaedi Abdullah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


KISAH RASULULLAH SERI 8, MASUKNYA HAMZAH BIN ABDUL MUTHALIB DAN UMAR BIN KHATAB.

    Masuk Islamnya Hamzah Bin Abdul Muththalib Di tengah suhu yang diliputi awan kezhaliman dan penindasan, tiba-tiba muncul seberkas ...