MEMPERBAIKI DIRI DI BULAN SUCI.
Agama islam adalah agama yang sempurna, bagaimana
membersihkan diri dengan cara yang benar, mulia dan sempurna.
Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُون.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS.
Al Baqarah[2]:183).
إِنَّ اللَّهَ
مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ.
“Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan
orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl[16]:128).
Berpuasa merupakan pendidikan yang paling besar untuk meraih ketakwaan, dimana di dalam puasa akan membentuk beberapa sifat baik seseorang diantara:
1. Menahan lisan.
Hendaknya orang yang
berpuasa menjaga perkataannya, dia berkata yang baik atau diam.
Allah perintahkan
berkata yang baik.
Allah ta’ala
berfirman:
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا.
“Dan bertutur
katalah yang baik kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah[2]: 83).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ
الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ
وَالرَّفَثِ.
“Puasa bukanlah hanya
menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri
dari perkataan lagwu (tidak bermanfaat) dan rofats. (perkataan yang jorok).” (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh al Albani berkata shahih
di dalam Shahih at-Targib wa at-Tarhib
1082).
رُبَّ
صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ
مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ.
“Betapa banyak orang
yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa
lapar dan dahaga.” (HR. Ibnu Majah, Nasa’i 3236, di
shahihkan Syaikh al Albani dalam Shahih at-Targib wa-at Tarhib 1083).
مَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت.
“Barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau
diam.”(HR. Bukhari 6018, Muslim 47).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا
بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ.
“Sesungguhnya seorang hamba berkata dengan satu kalimat dengan kalimat itu menjerumuskan dirinya kedalam neraka sejauh antara timur dan barat.” (HR. Bukhari 6477, Muslim 2988).
2. Hendaknya meninggalkan perbuatan yang buruk.
Banyak
ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang melarang berbuat keburukan dan kerusakan.
Allah ta’ala berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ
لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ
اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr [59]: 18-19).
وَإِذَا
قِيلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ،
أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ.
“Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi,” mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang
mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang
membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah[2]:11-12).
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di
berkata, “Melakukan maksiat di muka bumi (dinamakan) “berbuat kerusakan” karena
perbuatan tersebut menyebabkan rusaknya apa yang ada di muka bumi, seperti
biji-bijian, buah-buahan, pepohonan dan tumbuh-tumbuhan, karena terkena
penyakit yang disebabkan perbuatan maksiat. (Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan”
hal. 42).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الصِّيَامُ
جُنَّةٌ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ.
“Puasa adalah tameng janganlah berkata kotor dan jangan
berbuat bodoh...” (HR. Bukhari 1894).
مِنْ
حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ.
“Di antara tanda kebaikan keislaman seseorang
dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi 2318,
Ibnu Hibban 3976 dishahihkan syaikh al-Albani di dalam Al-Miskah 4839).
Hasan al-Basri berkata, “ Diantara ciri berpalingnya Allah dari seorang hamba Dia membuatnya sibuk dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.” (Jami’ul ‘Ulum wal hikam, Ibnu Rajab al-Hambali, hadits ke 12).
3. Hendaknya bersikap jujur.
Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada
Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah
[9]:119).
Rasulullah sallallahu ‘alaihhi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ
يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ
يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ.
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah
mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia
tahan.” (HR. Bukhari 1903).
Allah Azza wa Jalla berfiman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا
سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah
memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati
Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar.”
(QS.Al-Ahzab[33] : 70-71).
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى
الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ صِدِّيقًا، وَإِنَّ
الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ،
وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا .
“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, sedangkan kebaikan akan membawa kedalam surga, tidaklah seseorang selalu jujur hingga dicatat seorang yang jujur, sesungguhnya dusta membawa kepada kefajiran, sesungguhnya kefajiran akan membawa kedalam neraka, tidaklah seseorang berkata dusta hingga di catat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Bukhari 6094, Muslim 2607).
4. Hendaknya bersabar.
Allah
ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ.
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan
salat sebagai penolong kalian, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar.” (QS. Al-Baqarah[2]:153).
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ
وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ.
“Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu dan
demikian itu sangat berat kecuali bagi orang-orang yang khusu’.” (QS.
Al-Baqarah[2]:45).
Pengertian sabar menurut suatu pendapat yang dimaksud
adalah puasa, sebagaimana yang dikatakan oleh Mujahid. Al-Qurtubi dan
lain-lainnya mengatakan, “Karena itulah maka bulan Ramadan dinamakan
"bulan sabar." (tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Baqarah[2]:45-46).
وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ
مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ.
“Jika
kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan
yang (patut) diutamakan.” (QS. Ali-‘Imran [3]:186).
Allah ta’ala
berfirman:
أُولَئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا
صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا.
“Mereka
itulah orang-orang yang dibalas dengan kedudukan-kedudukan tinggi (di surga)
dengan sebab kesabaran mereka.” (QS. Al-Furqaan [25]: 75).
وَالْكَاظِمِينَ
الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.
“Dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan.”
(QS Ali-Imran[3]:134).
Rasulullah sallallhu a’lai wa sallam bersabda:
الصِّيَامُ
جُنَّةٌ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ
فَلْيَقُلْ:
إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ.
“Puasa adalah tameng janganlah berkata kotor dan jangan
berbuat bodoh, jika seseorang mengajak berkelahi atau mencelamu maka katakanlah
aku sedang puasa dua kali.” (HR. Bukhari 1894).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ
الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ
الْغَضَبِ.
“Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan
lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang
sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR Bukhari
5763, Muslim 2609).
مَنْ كَظَمَ
غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ
الْحُورِ مَا شَاءَ.
“Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu untuk
melampiaskannya maka Allah Azza wa Jalla akan memanggilnya (membanggakannya)
pada hari Kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allâh membiarkannya
memilih bidadari.” (HR Abu Daud 4777
Tirmidzi 2493 di hasankan syaikh al-Albani di dalam Al-Misykah 5088).
أَوْصِنِيْ
، قَالَ : لَا تَغْضَبْ. فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ : لَا تَغْضَبْ.
“Berilah aku wasiat” Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” (HR. Bukhari 6116).
5. Menjadikan dermawan.
Allah
ta’ala berfirman:
وَأَنْفِقُوا
مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ
رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ
الصَّالِحِينَ.
“Infakkanlah
sebagian dari apa yang Aku berikan kepada kalian, sebelum kematian mendatangi
kalian, kemudian dia berkata: “Ya Rab, andai Engkau menunda ajalku sedikit
saja, agar aku bisa bersedekah dan aku menjadi orang shaleh.” (QS. Al
Munafiqun[63]: 10).
لَنْ
تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ.
“Kalian
tidak akan mendapatkan kebaikan, sampai kalian infakkan apa yang kalian
cintai.” (QS. Ali Imran[3]: 92).
Allah ta’ala berfirman:
مَثَلُ
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ
أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ
يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ.
“Perumpamaan orang yang menginfakkan
hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai,
pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia
kehendaki, dan Allah Mahaluas dan Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah[2]:161).
مَا
نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ.
“Sedekah
tidaklah mengurangi harta.” (HR. Ahmad 7206, Muslim 2588).
Puasa akan menyembuhkan penyakit pelit dan menumbuhkan
kedermawanan, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam sangat dermawan, Beliau
semakin dermawan bila di bulan Ramadhan.
Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhuma berkata:
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ
أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ
.
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan.” (HR. Ahmad
2616, Al Bukhari 3220).
مَا
مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ العِبَادُ فِيهِ، إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ، فَيَقُولُ
أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ
أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.
“Setiap
datang waktu pagi, ada dua malaikat yang turun dan keduanya berdoa. Malaikat
pertama memohon kepada Allah, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang
memberi nafkah’, sementara malaikat satunya berdoa, ‘Ya Allah, berikan
kehancuran bagi orang yang pelit.’ (HR. Bukhari 1442 Muslim 1010).
Demikianlah
malaikat akan mendoakan kebaikan orang yang berderma dengan hartanya dan
mendoakan keburukan terhadap orang-orang yang bahil dan pelit.
Demikianlah semua sifat ini akan mensucikan seseorang
menjadi bekal untuk kembali mengarungi kehidupan seseorang, akan menjadikan
kecintaan kepada sesama manusia, dan yang paling utama menjadikan seseorang
bertakwa yang akan mendatangkan kecintaan Allah ta’ala.
Demikianlah semoga bermanfaat.
-----000-----
Sragen 20-02-2025
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar