Jumat, 03 Maret 2023

AQIDAH SEORANG MUSLIM


Aqidah secara bahasa berasal dari kata العقد  (al ‘aqdu) yang artinya “mengikat sesuatu.” “Saya beri’tiqad seperti ini”, maksudnya, “saya mengikat hati saya terhadap hal tersebut”. Semakna dengan itu sebagaimana orang yang mengatakan “saya meyakininya dengan kuat.”

Adapun aqidah secara syar’i yaitu: Beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta beriman terhadap taqdir yang baik ataupun yang buruk, sebagaimana hal Ini juga di sebut rukun iman. (“Aqidah Tauhid”, oleh Syaikh DR. Shalih bin Fauzan al-Fauzan).

Betapa syari’at ini memandang penting permasalahan ini, sehingga mengutamakan terlebih dahulu, oleh karena itu dahulu para nabi dan para rasul memulai dakwahnya dengan hal ini, begitu pula Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berdakwah di kota makah selama 13 tahun menyeru dengan tauhid. (Firqatun Najiah, Syaikh Jamil Zainu).

Oleh karena itu seorang pendidik maupun orang tua hendaknya menyadari pentingnya hal ini, tidaklah ada perkara yang di bangun dan ditanamkan kedalam hati anaknya melebihi pentingnya masalah aqidah.

Diantara pentingnya mempelajari aqidah yaitu:

1.    Aqidah yang benar dapat menyelamatkan seseorang dari azab dan kekekalan di neraka.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisaa[4]: 48, 116)

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً.

“Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menghadap-Ku dengan dosa sepenuh bumi, kemudian menemui-Ku dalam keadaan engkau tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu pun, niscaya Aku menemuimu dengan ampunan seperti itu.” (HR. Tirmidzi 3540. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)

2.    Apabila aqidah seseorang rusak maka rusaklah semua amal ibadah seseorang.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.

Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar [39]: 65)

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.

Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang Telah mereka kerjakan. (QS. Al An’am [6]: 88)

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ.

“Barang siapa mati tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun niscaya akan masuk kedalam surga.” (HR Muslim 93).

3.    Akan di beri syafaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang paling beruntung mendapat syafaatku di hari kiamat adalah yang mengucapkan Laa ilaaha illallah (Tiada sesembahan yang haq selain Allah), dengan ikhlas dari hatinya atau dari dirinya.” (HR. Bukhari 99)

4.    Allah akan memberikan kemenangan, meneguhkan mereka dan menggantikan ketakutan dengan keamanan.

Allah ta’ala berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ.

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al An‘am [6]: 82)

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا.

“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal shalih, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam). Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur [24]: 55)

5.    Orang yang benar-benar mentauhidkan Allah akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.

عَنْ حُصَيْن بْنِ عَبْدِ الرَّ حْـمَنٍ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ فَقَالَ أَيُّكُمْ رَأَى الْكَوْكَبَ الَّذِي انْقَضَّ الْبَارِحَةَ قُلْتُ أَنَا ثُـمَّ قُلتُ أَمَا إِنِّـي لَـمْ أَكُنْ فِـي صَلاَةٍ وَلَكِنِّـي لُدِغْتُ قَالَ فَمَاذَا صَنَعْتَ قُلْتُ اسْـتَرْقَيْـتُ قَالَ فَمَا حَمَلَكَ عَلَى ذَلِكَ قُلْتُ حَدِيثٌ حَدَّثَنَاهُ الشَّعْبِـيُّ فَقَالَ وَمَا حَدَّثَكُمُ الشَّعْبِـيُّ قُلْتُ حَدَّثَنَا عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ حُصَيْبٍ اْلأَسْلَمِـيِّ أَنَّهُ قَالَ لاَ رُقْيَةَ إِلاَّ مِنْ عَيْـنٍ أَوْ حُـمَةٍ فَقَالَ قَدْ أَحْسَـنَ مَنِ انْتَهَى إِلَـى مَا سَـمِـعَ وَلَكِنْ حَدَّثَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِـيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ عُرِضَتْ عَلَـيَّ اْلأُمَـمُ فَرَأَيْتُ النَّبِـيَّ وَ مَعَهُ الرَّهَيْطُ وَ النَّبِـيَّ وَ مَعَهُ الرَّجُلُ وَ الرَّجُلاَنِ وَ النَّبِـيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ إِذْ رُفِعَ لِـي سَوَادٌ عَظِيمٌ فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِـي فَقِيلَ لِـي هَذَا مُوسَـى عَلَيْهِ السَّلاَمَ وَ قَوْمُهُ وَ لَكِنِ انْظُرْ إِلَـى اْلأُفُقِ فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِـي انْظُرْ إِلَـى اْلأُفُقِ اْلآخَرِ فإِذَا سَـوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِـي هَذِهِ أُمَّتُكَ وَ مَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ ثُـمَّ نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ فَخَاضَ النَّاسُ فِـي أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ صَحِبُوا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ وُلِدُوا فِـي اْلإِسْلاَمِ وَ لَـمْ يُشْرِكُوا بِاللهِ وَ ذَكَرُوا أَشْيَاءَ فَـخَرَخَ عَلَيْهِمْ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ مَا الَّذِي تَـخُوضُونَ فِـيهِ فَأَخْبَرُوهُ فَقَالَ هُمُ الَّذِينَ لاَ يَرْقُونَ وَلاَ يَسْتَرْقُونَ وَ لاَ يَتَطَيَّرُونَ وَ عَلَى رَبِّـهِمْ يَتَوَكَّلُونَ فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِـحْصَنٍ فَقَالَ ادْعُ اللهَ أَنْ يَـجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ أَنْتَ مِنْهُمْ ثُـمَّ قَامَ رَجُلٌ آجَرُ فَقَالَ ادْعُ اللهَ أَنْ يَـجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ سَبَقَكَ بِـهَا عُكَّاشَةُ.

Dari Hushain bin Abdurrahman berkata: “Ketika saya berada di dekat Sa’id bin Jubair, dia berkata: “Siapakah diantara kalian yang melihat bintang jatuh semalam?” Saya menjawab: “Saya.” Kemudian saya berkata: “Adapun saya ketika itu tidak dalam keadaan shalat, tetapi terkena sengatan kalajengking.” Lalu ia bertanya: “Lalu apa yang kamu kerjakan?” Saya menjawab: “Saya minta diruqyah. Ia bertanya lagi: “Apa yang mendorong kamu melakukan hal tersebut?” Jawabku: “Sebuah hadits yang dituturkan Asy-Sya’bi kepada kami.” Ia bertanya lagi: “Apakah hadits yang dituturkan oleh Asy-Sya’bi kepadamu?” Saya katakan: “Dia menuturkan hadits dari Buraidah bin Hushaib: “Tidak ada ruqyah kecuali karena ‘ain atau terkena sengatan.”

Sa’id pun berkata: “Alangkah baiknya orang yang beramal sesuai dengan nash yang telah didengarnya, akan tetapi Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu menuturkan kepada kami hadits dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Beliau bersabda: ‘Saya telah diperlihatkan beberapa umat oleh Allah, lalu saya melihat seorang Nabi bersama beberapa orang, seorang Nabi bersama seorang dan dua orang dan seorang Nabi sendiri, tidak seorang pun menyertainya. Tiba-tiba ditampakkan kepada saya sekelompok orang yang sangat banyak. Lalu saya mengira mereka itu umatku, tetapi disampaikan kepada saya: “Itu adalah Musa dan kaumnya”. Lalu tiba-tiba saya melihat lagi sejumlah besar orang, dan disampaikan kepada saya: “Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang, mereka akan masuk surga tanpa hisab dan adzab.” Kemudian Beliau bangkit dan masuk rumah. Orang-orang pun saling berbicara satu dengan yang lainnya, ‘Siapakah gerangan mereka itu?’ Ada diantara mereka yang mengatakan: ‘Mungkin saja mereka itu sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.’ Ada lagi yang mengatakan: ‘Mungkin saja mereka orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam dan tidak pernah berbuat syirik terhadap Allah.’ dan menyebutkan yang lainnya. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam keluar, mereka memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Beliau bersabda: “Mereka itu adalah orang yang tidak pernah minta diruqyah, tidak meminta di-kay (jenis pengobatan dengan menempelkan besi yang dipanaskan) dan tidak pernah melakukan tathayyur serta mereka bertawakkal hanya kepada Rabb mereka.” Lalu Ukasyah bin Mihshan berdiri dan berkata: “Mohonkanlah kepada Allah, agar saya termasuk golongan mereka!” Beliau menjawab: “Engkau termasuk mereka.” Kemudian berdirilah seorang yang lain dan berkata: “Mohonlah kepada Allah, mudah-mudahan saya termasuk golongan mereka!” Beliau menjawab: “Kamu sudah didahului Ukasyah.” (HR. Bukhari 5752, Muslim 220)

Inilah diantara keutamaan tauhid, memberikan maslahat dunia dan akhirat.

Sumber Aqidah kaum muslimin.

Sumber aqidah kaum muslimin adalah Al-Qur’an dan Sunnah dan juga ijma’ para Salafus Shalih.

Sebagaimana hal ini dimuat dan di jelaskan para ulama.

Syaikh DR Nashir ibni Abdul Karim Al-Aql berkata:

مَصْدَرُ العَـقِيْدَةُ هُوَ كِتَابُ اللّٰهِ وَسُنّةِ رَسُوْلِهِ ، الصَّحِيْحَةَ، وَإِجْمَاعِ السَّلَفِ الصَّالِحِ .

“Sumber aqidah yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih dan ijma’ Salafus Shalih.” (Mujmal Usul Ahlu Sunnah wal jama’ah fil Aqidah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...