Jumat, 23 Desember 2022

POKOK KEINDAHAN AJARAN ISLAM.

 

 

Sesungguhnaya mengetahui keindahan syari’at islam akan memberikan manfaat yang besar bagi seseorang, diantaranya:

1.    Memberikan semangat di dalam menggali ajarannya.

2.    Memperkuat keyakinannya.

3.    Merasa cukup dengan ajaran islam.

4.    Meninggalkan ajaran selain islam.

5.    Menolak subhat dari musuh-musuh islam.

6.    Menghiasi seseorang di dalam bermuamalah dengan orang lain.

7.    Menjadikan ketertarikan orang-orang diluar islam karena marwahnya.

8.    Memudahkan bagi seorang da’i untuk menyeru kepada islam.

9.    Meyakinkan manusia bahwa agama islam adalah agama dari Tuhan pencipta manusia.

10.                      Besarnya rahmat Allah yang diberikan kepada manusia.

Diantara keindahan islam:

1.    Islam agama yang hanya menyembah kepada Allah dzat yang maha esa .

Bila seseorang telah masuk islam, hendaklah hanya menyembah Allah semata, tidak di perkenankan menyembah kepada selain Allah, karena hal ini akan merendahkan akal manusia, dimana selain Allah adalah makhluk.

Allah ta’ala berfirman:

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ.

“Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah[2]:163).

Tidak sebagaimana orang-orang yang menyembah para dewa, ataupun keyakinan animisme, ada beberapa tuhan yang mereka miliki dan ada berbagai macam aturan.

2.    Islam memerintahakan agar berbakti kepada kedua orang tua.

Jasa orang tua sangatlah besar, sebagai lantaran adanya seorang anak di dunia ini, oleh karena itu Allah memerintahkan agar berbakti kepada orang tua:

Allah ta’ala berfirman:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا .

“Dan hendaklah kamu beribadah hanya kepada Allah dan janganlah mempersekutukan dengan sesuatu apapun juga dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapak.” (QS. An Nisaa’ [4]: 36)

إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا.

“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” ucapkanlah perkataan yang mulia.” (QS. Al Israa’ [17]: 23)

Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi:

يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ.

wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Ahmad 20028, Tirmidzi 1897, Abu Dawud 5139, di hasankan oleh syaih al-Albani di dalam Al-Irwaa’ 829,2232).

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌّ، وَلَا مُؤْمِنٌ بِسِحْرٍ، وَلَا مُدْمِنُ خَمْرٍ، وَلَا مُكَذِّبٌ بِقَدَرٍ.

“Tidak masuk surga anak yang durhaka, pecandu khamr (minuman keras) dan orang yang mendustakan qadar” (HR. Ibnu Hibban 3384, Nasai 4895 dan di Hasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam As Shahihah 675)

3.    Islam memerintahkan agar berbuat baik dengan kerabat.

Kerabat adalah orang yang masih memiliki hubungan persaudaraan dengan dirinya, sehingga Allah perintahkan untuk berbuat baik.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran.” (QS. An-Nahl [16]: 90)

Abdullah bin ’Amr berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ، وَلَكِنِ الوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا.

Seorang yang menyambung silahturahmi bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang yang menyambung silahturahmi adalah orang yang berusaha kembali menyambung silaturahmi setelah sebelumnya putus” (HR. Bukhari 5991, Abu Dawud 1697)

Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.

“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari 5985 Muslim 2557 Abu Dawud 1693)

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ يَعْنِي قَاطِعَ رَحِمٍ.

“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan, yaitu memutuskan silaturahmi.” (HR. Bukhari 5984, Muslim 2556)

4.    Islam memerintahkan agar berbuat baik kepada tetangga.

Tetangga adalah dimana mereka orang yang dekat dengan kita, keharmonisan bertetangga adalah kenikmatan tersendiri, keburukannya menjadikan seseorang terganggu. Dari sinilah islam memerintahkan agar berbuat baik kepada tetangga.

Allah ta’ala berfirman:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ.

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.” (QS. An-Nisa’ [4]: 36).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ، حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ.

“Jibril tidak henti-hentinya mengingatkan padaku untuk berbuat baik pada tetangga, sampai-sampai aku menyangka bahwa Jibril hendak menjadikannya sebagai ahli waris.” (HR. Bukhari 6015 Muslim 2624 Tirmidzi 1942 Abu Dawud 5152).

Tidak boleh berbuat jahat dengan tetangga baik menyakiti dengan perbuatan, perkataan, memfitnah atau meampakkan kegaduhan.

وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائقَهُ.

"Demi Allah, seseorang tidak akan beriman (di ucapkan tiga kali).” Para sahabat bertanya: “Siapakah dia Wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari 6016, Ahmad 8432, Abu dawud 1437).

5.    Islam memerintahkan mengasihi sesama makhluk hidup dan melarang membuat kerusakan.

Islam memerintahkan agar berbuat baik terhadap sesama dan melarang berbuat berbuat kerusakan.

Allah ta’ala berfirman:

وَلاَ تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا.

 “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya.” (QS. Al A’raf [7]: 56).

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ.

“Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” ( QS. Al-A’raf[21]:107).

Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ.

“Sesungguhnya Allah hanya akan menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang.” (HR. Bukhari 7448, Thabrani 2353).

Dari jarir bin ‘Abdillah radhiyallahu’anhu dia berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَرْحَمُ اللَّهُ مَنْ لاَ يَرْحَمُ النَّاسَ.

“Allah tidak akan menyayangi orang-orang yang tidak menyayangi manusia.” (HR Bukhari 7376, Baihaqi 26).

ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ .

''Sayangilah siapa pun yang ada di bumi maka akan menyayangimu zat yang ada di langit.” (Tirmidzi 1024,  Abu Dawud 4941, dishahihkan syaikh al-Albani di dalam As-Shahihah 925).

أَنَّ امْرَأَةً بَغِيًّا رَأَتْ كَلْبًا فِى يَوْمٍ حَارٍّ يُطِيفُ بِبِئْرٍ قَدْ أَدْلَعَ لِسَانَهُ مِنَ الْعَطَشِ فَنَزَعَتْ لَهُ بِمُوقِهَا فَغُفِرَ لَهَا.

“Ada seorang wanita pezina melihat seekor anjing di hari yang panasnya begitu terik. Anjing itu menngelilingi sumur tersebut sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Lalu wanita itu melepas sepatunya (lalu menimba air dengannya). Ia pun diampuni karena amalannya tersebut.” (HR. Ahmad 10583, Muslim 2245).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah sallallahu ‘alihi wa sallam bersabda:

وَتُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ.

“Dan kamu membuang gangguan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari 2989, Muslim 1009)

6.    Islam tidak membeda-bedakan asal, warna kulit, suku, daerah, maupun bangsa.

Islam melarang mempermasalahkan asal, warna kulit, suku, daerah maupun bangsa.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ.

 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat[49]: 13)

Ath Thabari rahimahullah berkata:“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian -wahai manusia- adalah yang paling tinggi takwanya pada Allah, yaitu dengan menunaikan berbagai kewajiban dan menjauhi maksiat. Bukanlah yang paling mulia dilihat dari rumahnya yang megah atau berasal dari keturunan yang mulia.” (Tafsir Ath Thabari, 21:386)

ﻭَﺍﺫْﻛُﺮُﻭﺍ ﻧِﻌْﻤَﺔَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺇِﺫْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺃَﻋْﺪَﺍﺀً ﻓَﺄَﻟَّﻒَ ﺑَﻴْﻦَ ﻗُﻠُﻮﺑِﻜُﻢْ ﻓَﺄَﺻْﺒَﺤْﺘُﻢْ ﺑِﻨِﻌْﻤَﺘِﻪِ ﺇِﺧْﻮَﺍﻧًﺎ.

“Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.” (QS. Ali Imran[3]: 103)

Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu ‘anhu,ia berkata:

ﻛُﻨَّﺎ ﻣَﻊَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰِّ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓِﻰ ﻏَﺰَﺍﺓٍ ﻓَﻜَﺴَﻊَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮِﻳﻦَ ﺭَﺟُﻼً ﻣِﻦَ ﺍﻷَﻧْﺼَﺎﺭِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻷَﻧْﺼَﺎﺭِﻯُّ ﻳَﺎ ﻟَﻸَﻧْﺼَﺎﺭِ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮِﻯُّ ﻳَﺎ ﻟَﻠْﻤُﻬَﺎﺟِﺮِﻳﻦَ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ,   ﻣَﺎ ﺑَﺎﻝُ ﺩَﻋْﻮَﻯ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴَّﺔِ ‏, ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻛَﺴَﻊَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮِﻳﻦَ ﺭَﺟُﻼً ﻣِﻦَ ﺍﻷَﻧْﺼَﺎﺭِ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ‏ﺩَﻋُﻮﻫَﺎ ﻓَﺈِﻧَّﻬَﺎ ﻣُﻨْﺘِﻨَﺔٌ‏.

”Dahulu kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di Gaza, Lalu ada seorang laki-laki dari kaum Muhajirin yang memukul pantat seorang lelaki dari kaum Anshar. Maka orang Anshar tadi pun berteriak: ‘Wahai orang Anshar (tolong aku).’ Orang Muhajirin tersebut pun berteriak: ‘Wahai orang muhajirin (tolong aku).’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Seruan Jahiliyyah macam apa ini?!.’ Mereka berkata: ‘Wahai Rasulullah, seorang muhajirin telah memukul pantat seorang dari kaum Anshar.’ Beliau bersabda: ‘Tinggalkan hal itu, karena hal itu adalah buruk. ” (HR. Bukhari 4905, Muslim 2584)

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ، وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ، وَلَا أَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ، وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ، إِلَّا بِالتَّقْوَى.

“Wahai sekalian manusia! Tuhan kalian satu, dan ayah kalian satu (Nabi Adam). Ingatlah. Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang Ajam (non-Arab) dan bagi orang ajam atas orang Arab, tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan.” (HR. Ahmad 23489, Baihaqi 4774, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihah 2700).

7.    Islam memerintahkan berbuat adil.

Adil adalah menyamakan yang sama membedakan yang beda, bukan menyamakan secara mutlak.

Allah ta’ala berfirman:

اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ.

“Berlaku adillah, karena (adil itu) lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Maidah[5]: 8)

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ .

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan. (QS. An-Nahl [16]: 90)

Keadilan yang diterapkan pada keluarga, masyarakat dan Negara akan membawa kepada kedamaian, ketentraman, kemakmuran dan kesejahteraan.

إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ، وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ، الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا.

“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil akan berada di atas mimbar-mimbar cahaya di sisi kanan Arrahman: dan kedua tangan Allah kanan, (yaitu) orang-orang yang berlaku adil dalam hukum, dan keluarga serta apa yang mereka pimpin.” (HR. Muslim 1827, Ibnu Abi Syaibah 34035).

 besambung in syaa Allah....



Sragen 24-12-2022

Junaedi Abdullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...