Rabu, 07 Oktober 2020

MAKNA SAHADAT MUHAMMADARRASULULLAH.

90+ Lukisan Dan Gambar Pemandangan Alam Yang Indah, Menakjubkan!

Seorang muslim seantiasa mengikuti dan mentaati RasulNya.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّمَا كَانَ قَوۡلَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذَا دُعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَهُمۡ أَن يَقُولُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ.

 “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, ‘Kami mendengar dan taat.’ Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” QS An Nur[24]:51.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ .

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” QS. Al Hujurat[49]:1.

Ulama bahwasanya, makna muhammadar rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam ada empat perkara, yaitu:

 

تَصْدِيقُهُ فِيمَا أَخْبَرَ

1)    Membenarkan apa yang beliau beritakan.

Hendaknya kita membenarkan apa apa yang dikabarkan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam hal ini telah ada suri taulada dari Abu Bakar Sidiq didalam kisah isa’ mi’raj pada tahun ke lima kenabian, banyak orang kembali murtad karena kisah tersebut tidak masuk akal, seorang mendatangi Abu Bakar mengabarkan hal itu, setelah selesai menceritakan Abu Bakar bertanya, “siapa yang menceritakan..?” orang kafir tersebut menjawab, “Muhammad,” Abu Bakar berkata, “ kalau yang menyebutkan Rasulullallah sallallahu ‘alaihi wa salallam, lebih dari itu pun aku percaya, karena wahyu turun kepadaNya siang dan malam.” Dari itulah Beliau di gelari Ash Shidiq.

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ.

Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib, yang menegakkan shalat, dan menginfaqkan sebagian rizqi yang kami berikan kepada mereka.QS Al Baqarah[2]:2.

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ  

Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” QS. Al An‘am[6]: 59.

 

Hendaknya mengimani semua yang dikabarkan Rasullullah sallallahu ‘alaihi wa sallam dari perkara gaib, seperti adanya hari pembalasan yaitu Surga dan Neraka, malaikat, jin dan lain-lain.



طَاعَتُهُ فِيمَا أَمَرَ

2)    Menaati apa yang diperintahkan beliau.

Tidak kurang dari tigapuluhan ayat yang di sebutkan para ulama agar kita taat kepada Beliau sallallahu ‘alaihi wa sallam, diantara:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا .

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar mengimani Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-nisa [4]: 59)

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ

“Barang siapa tat kepada rasul dia telah taat Kepada Allah..” QS An Nisa[4]:80.

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى.

“Setiap umatku akan masuk ke dalam surga kecuali yang enggan. Mereka para sahabat bertanya, “Siapa yang enggan?” Beliau berkata, “Barangsiapa menaatiku dia masuk ke dalam surga, dan barangsiapa bermaksiat padaku maka dia telah enggan.” (HR. Bukhari 7280, Ahmad 2/361)

قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ.

“ Katakanlah, “Taatlah kepada Allah taatlah kepada Rasul, apa bila mereka berpaling sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang kafir.” QS Al Imran[3]:32.         

اجْتِنَابُ مَا نَهَى عَنْهُ وَزَجَرَ

3)    Menjahui apa yang dicegah dan dilarang oleh beliau.

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ.

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS. Al Hasyr [59]: 7)

مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ.

“Hal yang telah kularang kalian darinya, maka jauhilah. Hal yang kuperintah kepada kalian, maka laksanakanlah semampu kalian.” HR. Bukhari 7288. Muslim 1337.

 

وَأَنْ لاَ يُعْبَدَ اللهُ إِلاَّ بِمَا شَرَعَ

4)    Dan Allah tidak di ibadahi kecuali dengan syariat Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ  رَدٌّ . مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.

“Barang siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini sesuatu yang bukan (berasal) darinya, maka dia tertolak.”  “Barangsiapa mengerjakan sesuatu amal yg tidak ada contohnya dari urusan kami maka ia tertolak.” HR. Bukhari 2697 Muslim 1718.

 

Allah mengancam orang-orang yang menyelisihi RasulNya.

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ.

“Hendaknya takutlah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya bahwa mereka akan ditimpa fitnah atau azab yang pedih.” (QS. An-Nur [24]: 63)

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.

Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. QS. Al Kautsar[108]:3.

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا.

“Barang siapa menyelisihi Rasul setelah jelas baginya petunjuk, mengikuti jalan selain jalan orang beriman, kami akan palingkan kemana mereka  berpaling, dan kami akan masukkan kedalam neraka jahanam, dan jahanam seburuk-buruk tempat kembali.” QS An Nisa[4]:115.

فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي.

“Barang siapa membenci Sunnahku, dia tidak termasuk golonganku. HR. Bukhari 5063 Muslim 1401.

1. Orang yang tidak mampu mengangkat tangannya.

Dari Salamah bin al-Akwa’ radhiyallahu ‘anhu berkata:

عن سلمة بن الأكوع رضي الله عنه أنَّ رجلاً أكل عند رسول الله صلى الله عليه وسلم بشماله، فقال: «كل بيمينك»، قال: لا أستطيع. قال: «لا استطعت؟ ما منعه إلاَّ الكبر» قال: ما رفعها إلى فيه.

“Ada seorang laki-laki yang makan di samping Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan tangan kirinya. Maka Rasulullah bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu!” Dia menjawab: ’ Aku tak bisa.’ Beliau bersabda: ” Semoga kamu tak bisa”  Tidak ada yang menghalanginya makan dengan tangan kanan kecuali karena sombong. Perawi berkata: Dia (orang itu) tidak bisa mengangkat tangannya ke mulutnya.” (HR. Muslim 2021)

2. Munculnya ular dari teko (kendi/ceret).

 

Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu beliau berkata:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُشْرَبَ مِنْ فِي السِّقَاءِ» قَالَ أَيُّوبُ: «فَأُنْبِئْتُ أَنَّ رَجُلًا شَرِبَ مِنْ فِي السِّقَاءِ فَخَرَجَتْ حَيَّةٌ». صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الْبُخَارِيِّ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ .

Bahwasanya Rasulullahshalallahu ‘alaihi wa sallam melarang minum dari mulut teko (kendi).” Ayyub rahimahullah berkata: Aku diberi kabar bahwa ada seorang laki-laki yang minum dari mulut teko, lalu keluarlah ular (dari mulut teko tersebut).” (HR. Ahmad 7153 dalam Musnadnya, dan beliau mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim hanya saja keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak mencantumkannya dalam kitab mereka).

3. Orang yang tidak mampu mengangkat tangannya.

Salamah bin al-Akwa’ radhiallahu anhu berkata:

أَنَّ رَجُلًا أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِمَالِهِ، فَقَالَ: كُلْ بِيَمِينِكَ. قَالَ: لَا أَسْتَطِيعُ. قَالَ: لَا اسْتَطَعْتَ. مَا مَنَعَهُ إِلَّا الْكِبْرُ، قَالَ: فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ

Seseorang makan dengan tangan kiri di hadapan Rasulullah. Rasulullah menegurnya, “Makanlah dengan tangan kananmu.”  Ia menjawab, “Saya tidak bisa.” Nabi lalu mengatakan, “Semoga kamu tidak bisa.”  “Tidaklah menghalangi dia kecuali sombong.” Akhirnya, ia tidak dapat mengangkat tangannya ke mulutnya.” HR. Muslim 5236.

4. Orang yang tangannya masuk kedalam dubur.

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail At-Taimi mengatakan, Dirinya membaca sebagian kisah bahwa ketika sebagian ahlul bid’ah mendengar sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam :

إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ، فَلَا يَغْمِسْ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلَاثًا، فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ.

“Jika salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya, janganlah ia celupkan tangannya ke bejana sebelum mencucinya terlebih dahulu tiga kali. Sebab, sesungguhnya ia tidak tahu di mana tangannya bermalam.” HR. Bukhari 162 Muslim 641.

Ahlul bid’ah tersebut mengatakan dengan nada mengejek, “Saya tahu di mana tanganku bermalam. Tanganku bermalam di kasur.”

Pagi harinya dia bangun tidur dalam keadaan tangannya sudah masuk ke dalam duburnya sampai ke lengannya. (Bustanul ‘Arifin), karya Imam an-Nawawi.

 

Rukun syahadat Muhammadur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rukun ini ada dua:

1)     Abduhu. Meyakini bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba Allah. Rukun ini menafikan sifat ifrath (berlebih-lebihan) terhadap beliau.

Wa Rasuluhu. Meyakini bahwa Rasulullah shallallahu a’laihi wa sallam adalah orang yang benar-benar diutus Allah ta’ala. Rukun ini menafikan sifat tafrith (meremehkan) pada hak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat “Kitab tauhid” Syaikh Dr. Shalih Bin Fauzan Al Fauzan)

 

Junaedi Abdullah.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...