Selasa, 09 April 2019

ALLAH BERSEMAYAM DI ATAS ARSY


Aqidah Ahlu Sunnah wal jamaah menetapkan bahwa Allah ta’ala berada di atas Arsyinya, sebagaimana hal ini di sebutkan banyak di dalam Al Qur’an dan Sunnah, Allah ta’ala berfirman:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ.
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia menuju ke langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit, dan Dia maha mengetahui segala sesuatu. QS Al Baqarah[2]:29.
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى.
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah bersemayam di atas ‘Arsy. QS Taha[20]:5.
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ.
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”  QS Al Hadid[57]:4
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ.
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan.” QS Yunus[10]:3
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ
Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikkan-Nya …. QS Fathir[35]:10.
Istawa ‘ala (اِسْتَوَى عَلَى) dalam bahasa Arab dimana Allah menurunkan wahyu artinya (عَلاَ وَارْتَفَعَ), yaitu berada di atas (tinggi atau di ketinggian). Hal ini adalah kesepakatan salaf dan ahli bahasa. Lihat tafsir At Thabari.
Adapun dalil dari hadis.
Panjang lebar apa yang di sebutkan banyak dari para ulama tentang isra’mi’raj Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam dari masjidil haram dan masjidil Aqsa kemudian naik langit pertama hingga kelangit tuju dan naik lagi ke sidratul muntaha kemudian mendapat wahyu yaitu shalat sehari semalam 5 kali.
Dalam hadist itu Rsulullah naik keatas langit untuk bertemu dengan Allah atas perintah Allah ta’ala.

Mu’awiyyah bin Al-Hakam As-Sulami berkata:
وَكَانَتْ لِي جَارِيَةٌ تَرْعَى غَنَمًا لِي قِبَلَ أُحُدٍ وَالْجَوَّانِيَّةِ فَاطَّلَعْتُ ذَاتَ يَوْمٍ فَإِذَا الذِّيبُ قَدْ ذَهَبَ بِشَاةٍ مِنْ غَنَمِهَا وَأَنَا رَجُلٌ مِنْ بَنِي آدَمَ آسَفُ كَمَا يَأْسَفُونَ لَكِنِّي صَكَكْتُهَا صَكَّةً فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَظَّمَ ذَلِكَ عَلَيَّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُعْتِقُهَا قَالَ ائْتِنِي بِهَا فَأَتَيْتُهُ بِهَا فَقَالَ لَهَا أَيْنَ اللَّهُ قَالَتْ فِي السَّمَاءِ قَالَ مَنْ أَنَا قَالَتْ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ قَالَ أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ.
“Dahulu aku memiliki seorang budak wanita yang menggembalakan kambing-kambing milikku di daerah antara Gunung Uhud dan Jawwaniyyah. Suatu hari aku menelitinya. Ternyata ada seekor serigala yang membawa seekor kambing dari kambing-kambing budak wanita itu. Aku adalah manusia biasa. Aku terkadang marah sebagaimana mereka marah. Maka aku menamparnya dengan sangat keras. Kemudian aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau mengatakan hal itu perkara yang besar terhadapku. Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, tidakkah aku merdekakan dia?” Beliau berkata: “Bawa dia kepadaku,” maka aku membawanya menghadap beliau. Beliau bertanya kepadanya: “Di manakah Allah?” Budak wanita itu menjawab: “Di atas langit.” Beliau bertanya lagi: “Siapakah saya?” Budak wanita itu menjawab: “Anda adalah utusan Allah.” Beliau bersabda: “Merdekakan dia, sesungguhnya dia seorang wanita mukminah.” HR Muslim 537.
 Ketika Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam berhaji Haji wada’.

وَأَنْتُمْ مَسْئُولُونَ عَنِّي مَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ ؟ فَقَالُوا : نَشْهَدُ إِنَّكَ قَدْ بَلَّغْتَ رِسَالاَتِ رَبِّكَ ، وَنَصَحْتَ لِأُمَّتِكَ ، وَقَضَيْتَ الَّذِي عَلَيْكَ ، فَقَالَ بِأُصْبُعِهِ السَّبَّابَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى السَّمَاءِ ، وَيُنَكِّسُهَا إِلَى النَّاسِ اللَّهُمَّ اشْهَدْ ، اللَّهُمَّ اشْهَدْ. 

Ketika Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan haji wada’ manusia berkumpul sangat banyak, maka Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  “Kalian semua nanti akan ditanya tentang aku, maka apakah yang akan kamu katakan?” Semua yang hadir menjawab: "Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan tentang kerasulanmu, engkau telah menunaikan amanah, dan telah memberikan nasehat ... !" Sambil menunjuk ke langit, Nabi Muhammad sallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda:  ”Yaa Allah, saksikanlah pernyataan kesaksian mereka ini, Yaa Allah, Lihatlah, mereka telah menyatakan itu, Yaa Allah, saksikanlah pernyataan mereka ini, Ya Allah, saksikanlah pernyataan mereka ini." HR. Khuzaimah 4/251.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan:
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُل يُطِيل السَّفَر أَشْعَث أَغْبَر يَمُدّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاء يَا رَبّ يَا رَبّ.
“Kemudian beliau (Rasulullah) menceritakan tentang seorang laki-laki yang menempuh perjalanan jauh, berambut kusut dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa, ’Ya Rabb, Ya Rabb!’” HR. Muslim 2393.
Terdapat Atsar dari Umul mukminin Aisyah radiallahu‘anha, Beliau Radiallahu ‘anha berkata: “Segala puji bagi Allah yang maha mendengar semua suara, Ada seorang wanita (khaulah binti tsa’labah) yang mengadukan suaminya (Aus Ibnu shamit) kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam tentang suaminya, aku tidak mendengar apa yang mereka bicarakan sedangkan aku disisi ruangan, akan tetapi Allah yang di atas langit mendengar mereka.” Allah ta’ala berfirman:
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. QS Al Mujadilah[58]:1.
ini menunjukkan keberadaan Allah di atas yang mendengar semua suara.
Di antaranya perkataan istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Zainab radhiyallahu ‘anha kepada istri-istri Nabi yang lainnya.
زَوَّجَكُنَّ أَهَالِيكُنَّ، وَزَوَّجَنِي اللَّهُ تَعَالَى مِنْ فَوْقِ سَبْعِ سَمَوَاتٍ
“Kalian semua dinikahkan oleh keluarga kalian. Sedangkan aku dinikahkan oleh Allah dari atas langit yang tujuh.” HR. Bukhari 7420
Adapun banyak saudara-saudara kita yang tergelincir dan mengatakan Allah dimana-mana, Allah menyatu dengan hambanya, Allah tidak bisa di tunjuk dengan arah, sesungguhnya pemahaman ini sangat lemah karena menyelisihi dalil dalil Al Qur’an dan Hadis serta atsar para sahabat.

Anggapan mereka Allah di mana-mana dengan dalil firman Allah ta’ala:

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”  QS Al Hadid[57]:4
Ayat yang lain
قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى.
Janganlah kalian takut (wahai Musa dan Harun) sesungguhnya aku bersama kalian berdua, aku mendengar dan aku ta’at.
Kedua ayat ini menjelaskan setelah Allah menyatakan bersama kemudian Allah menjelaskan tentang kebersaanNya tersebut yaitu dengan pendengaranNya dan penglihatanNya.
Angapan Allah dekat dengan makhluk secara zat dengan firman Allah:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ.
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. Qof [50]:16
kedekatan Allah dengan makhluqnya bukanlah kedekatan secara zat, akan tetapi kedekatan yang dimaksud adalah malaikat sebagaimana di sebutkan para ahli tafsir. Lihat Tafsir Ibnu Katsir QS Qof [5]:16.
Oleh karena kelanjutan ayat tersebut memperjelas ayat sebelumnya.

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ . مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ.
(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.

Kalimat kami (nahnu) sering di gunakan untuk malaikat yang menjalankan tugas Allah ta’ala sebagaimana firman Allah yang lain:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Kamilah yang menurunkan Adzikra (Al Qur’an) dan kamilah yang akan menjaganya. QS Al Hijr[15]:9.

أَمْ يَحْسَبُونَ أَنَّا لا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ بَلَى وَرُسُلُنَا لَدَيْهِمْ يَكْتُبُونَ.
“Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka.” QS. Az Zukhruf: 80
Sungguh aneh orang yang mengingkari keberadaan Allah di atas langit, sementara kalau bicara tentang Allah jari mereka selalu menunjuk keatas, apa bila mereka berdoa tangannya menghadap keatas, justru orang awam yang fitrah mereka masih bersih selalu berucap “ kita serahkan pada Zat yang di atas langit” yaitu Allah ta’ala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...