Rabu, 16 Desember 2015

BERKATA BAIK ATAU DIAM.




Hasil gambar untuk pemandangan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia berkata
 baik atau diam." HR. Bukhari 5560, Muslim 1/222, Ahmad 7307.
 
 Berkata  Al Hafidh Ibnu Hajar  “ Makna hadist, seseorang bila hendak berbicara hendaknya berfikir sebelum berbicara, jika tidak ada madharat (keburukan) dan tidah mengarah pada yang haram(terlarang) dan juga makruh hendaknya berbicara, namun apa bila hanya mubah, yang selamat adalah diam, dikarenakan di kawatirkan akan membawa yang mubah tersebut kepada yang haram dan makruh. Fatul Bari 13/149
Muhammad bin Suuqah menceritakan kepada jama’ah yang mengunjungi beliau: “ Maukah aku ceritakan kepada kalian sesuatu yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kalian sebagaimana kami telah mendapatkan manfaat karenanya?” Mereka berkata: “ Mau.” Beliau berkata:  “Suatu hari Atha’ bin Rabah menasehatiku,  “Wahai putra saudaraku, sesungguhnya orang-orang sebelum kita (yakni para sahabat pen.) tidak menyukai banyak bicara.” Lalu aku katakana:  “Apa yang dianggap banyak bicara menurut mereka?”  beliau menjawab : “ Mereka menganggap bahwa setiap ucapan termasuk berlebiha-lebihan melainkan dalam rangka membaca Al Kitab dan memahaminya, atau membaca hadis Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam yang diriwayatkan dan harus diketahui, atau memerintahkan yang ma’ruf atau mencegah dari yang mungkar, atau berbicara tentang ilmu yang dengannya menjadi sarana taqarrub kepada Allah ta’ala, atau engkau membicarakan tentang kebutuhan dan pekerjaan yang memang harus di bicarakan. “Lalu beliau memperhatikan raut wajahku seraya berkata: “Apakah kalian mengingkari firman Allah Ta’ala:
وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ . كِرَامًا كَاتِبِينَ.
Padahal Sesungguhnya bagi kamu ada (Malaikat-malaikat) yang Mengawasi (pekerjaanmu),.  Yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), QS.82 Al Infithar:10-11.
Dan bahwa masing-masing dari kalian di sertai malaikat:
  إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ . مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ.
 (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir. QS.50.Qaaf:17-18.
Kemudian beliau berkata: “Tidakkah salah seorang diantara kita merasa malu manakala dibukakan lembaran catatan amal yang di kerjakan sepanjang siang, lalu dia mendapatkan di dalamnya sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan urusan agama maupun kepentingan dunianya?”  “Shuaru min hayati At Tabi’an” DR. ‘Abdurrahman Ra’fat Basya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلَامَهُ فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ وَكُلُّ سَيِّئَةٍيَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 
"Apabila seorang dari kalian memperbaiki keIslamannya maka dari setiap 
kebaikan akan ditulis baginya sepuluh (kebaikan) yang serupa hingga tujuh
ratus tingkatan, dan setiap satu kejelekan yang dikerjakan akan ditulis satu
 kejelekan saja yang serupa dengannya". HR. Bukhari 40.

Dari sini semoga bisa manfaat kepada penulis dan kaum Muslimin.
Semoga bermanfaat.
                                                                                      Junaedi, Abu Ibrahim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...