Kamis, 03 Maret 2016

BEGINILAH PENDUDUK SYURGA YANG PALING RENDAH DERAJATNYA.





Didalam riwayat Muslim, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي َلأَ عْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولاً الْجَنَّةَ رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ حَبْوًا فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ قَالَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا أَوْ إِنَّ لَكَ عَشَرَةَ أَمْثَالِ الدُّنْيَا قَالَ فَيَقُولُ أَتَسْخَرُبِي أَوْ أَتَضْحَكُ بِي وَأَنْتَ الْمَلِكُ قَالَ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ قَالَ فَكَانَ يُقَالُ ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً
 “Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Aku benar-benar mengetahui seorang penduduk neraka yang terakhir keluar darinya dan seorang penduduk surga yang terakhir masuk ke dalam surga. yaitu seorang laki-laki yang keluar dari neraka dengan merangkak, lalu Allah berkata kepadanya, “ Pergi dan, masuklah ke dalam surga!”  “Lalu dia mendatangi surga, namun seakan dia merasa  bahwa surga telah penuh. Maka, dia kembali lalu berkata, ‘Wahai Rabb-ku, saya mendapati surga telah penuh.’
Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepadanya, ‘Pergilah dan masuklah ke dalam surga!” Lalu dia mendatangi surga, namun seakan dirinya merasa surga telah penuh. Maka, dia kembali lalu berkata, “Wahai Rabb-ku, saya mendapati surga telah penuh.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata lagi kepadanya, “Pergi dan masuklah ke dalam syurga! Sesungguhnya engkau memiliki semisal dunia dan sepuluh kalinya, atau engkau memiliki sepuluh kali dunia.”  Laki-laki itu berkata, “Apakah Engkau memperolok-olok aku, padahal engkau adalah raja?’
Abdullâh bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Aku melihat Rasulullâh sallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa sampai nampak gigi gerahamnya.”Dan dikatakan bahwa orang itu adalah penduduk surga yang paling rendah derajatnya.” H.R. Muslim 308.
Bagaimana dengan penduduk surga yang lebih tinggi derajatnya…..? apakah kita sudah benar-benar berusaha menggapainya….?  Atau tertipu syaitan dengan merasa banyak beramal….? Karena kita tidak tahu apakah nanti kita faaiz(selamat dari yang di takutkan mencapai apa yang diinginkan), atau sebaliknya muflis(bangkrut)….?
Al faqir ila Allah Abu Ibrahim Junaedi.

SUDAHKAH KITA QANA’AH?




Qanaah Menurut bahasa artinya merasa cukup. Menurut Istilah qanaah berarti merasa cukup atas apa yang telah dikaruniakan Allah Swt kepada kita dan menjauhkan dari sifat tamak.

barang siapa memiliki sifat qanaah sungguh dia telah berusaha menyempurnakan keimanannya. Kebalikannya Barang siapa tidak memiliki sifat qanaah, dirinya telah di siksa dari apa yang tidak dimiliki dan melupakan apa yang telah dimiliki, sehingga hatinya merasa kecewa, kurang, dan tidak pernah puas dari apa yang Allah berikan kepada dirinya.

Diantara terapi agar seseorang memiliki sifat qanaah dari apa yang Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan yaitu:  

  1. Melihat orang yang di bawah kita (didalam masalah harta).

اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.
"Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang berikan kepadamu" HR Bukhari 6490 Muslim 2963.

  1. Hendaklah seseorang menata hatinya untuk merasa puas dengan pemberian Allah.
Allah telah berjanji akan menolong bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh mencari keridhanNya,  Allah ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ.
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” QS 29. Al ‘Ankabut: 69
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan hakekat orang yang kaya:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Tidaklah kaya itu diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Akan tetapi yang dikatakan kaya adalah hati yang selalu merasa cukup. HR. Bukhari 6446 Muslim 1051.

Rasulullah Sallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِيْ سِرْبِهِ، مُعَافًى فِيْ جَسَدِهِ، وَعِنْدَهُ قُوْتُ يَوْمِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيْزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيْرِهَا.
 "Siapa saja di antara kalian yang merasa aman di tempat tinggalnya, diberikan kesehatan pada badannya, dan ia memiliki makanan untuk harinya itu, maka seolah-olah ia telah memiliki dunia seluruhnya". HR Bukhari dalam Al-Adabul-Mufrad 300 At-Tirmidzi 2346, Ibnu Majah 4141

  1. Bertawakal kepada Allah:

Karena syaitan akan membisikan kemiskinan pada seseorang, dan mendorong agar tamak kepada dunia, oleh karena itu seseorang hendaknya bertawakal kepada Allah ta’ala.

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. QS. 65 Ath Thalaq:3.

  1. Berdoa kepada Allah agar di jauhkan dari hati yang tidak pernah puas.
اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ، وَالْكَسَلِ، وَالْجُبْنِ، وَالْبُخْلِ، وَالْهَرَمِ، وَعَذَابِ، الْقَبْرِ اللهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا.
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, pengecut dan kikir, ketuaan dan azab kubur. Ya Allah, berikanlah ketakwaan kepada jiwaku, sucikanlah jiwaku, karena Engkaulah sebaik-baik yang menyucikan jiwa, Engkaulah Yang Menguasai dan melindungi jiwa.Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, hawa nafsu yang tidak pernah puas dan doa yang tidak dikabulkan.” HR. Muslim 2722.

  1. Menyadari sebanyak apapun pemberian Allah, manusia tidak bisa puas kecuali yang Allah rahmati dari hamba-hambanya yang qana’ah.

Ibnu Zubair pernah berkhutbah:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَقُولُ , لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِىَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا ، وَلَوْ أُعْطِىَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ .
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.” HR. Bukhari. 6438

  1. Kenikmatan yang sempurna hanyalah di akhirat.

مَا الدُّنْيَا فِيْ اْلاَخِرَةِ إلاَّ كَمِثْْلِ مَا يَجْعَلُ أحَدُكُمْ إصْبَعَهُ فِيْ الْيَمِّ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ.
“Tidaklah dunia ini jika dibanding akhirat seperti jika seseorang diantara kalian mencelupkan jarinya ke lautan, maka hendaklah dia melihat air yang menempel di jarinya setelah dia menariknya kembali.” HR.Muslim 2858.

Adapun Manfa’atnya:
seorang muslim yang memiliki sifat qana’ah dia akan berlapang dada, hatinya tenteram, merasa kaya dan berkecukupan, melepaskan dirinya dari sesuatu yang subhat dan menjauhkan dari yang haram, dirinya benar-benar merasa memiliki hubungan yang kuat kepada Allah, berupa keyakinan akan pemberian rizqi Allah ta’ala yang halal, dirinya berusaha untuk menyongsong, dan mencari sebab datangnya rizqi tersebut. Semoga bermanfaat amiin.
Sragen 04-03-2016

                                                                     Al Faqir ila Allah,  Abu Ibrahim, Junaedi.

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...