Oleh karena
itu hendaknya kita menghidupkan bulan Ramadhan.
Bagaimana
cara kita menghidupkan bulan Ramadhan..?
1. Puasa.
Hendaknya
berpuasa dan mengetahui hukum seputar puasa.
Allah ta’ala berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al
Baqarah[2]:183).
Dari Abu ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin
Al-Khattab radhiyallahu ‘anhuma, ia mengatakan bahwa ia mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ :
شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ
وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ
رَمَضَانَ.
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada yang
berhak disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
utusan Allah; menunaikan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji ke
Baitullah; dan berpuasa Ramadhan.” (HR. Bukhari 8, Muslim 5).
مَنْ
صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala
dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR.
Bukhari 38, Muslim 760)
Adapun hukum
seputar puasa seperti wajibnya niat dimalam hari di mana Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
لَمْ يُجْمِعِ الصِّيَامَ قَبْلَ الفَجْرِ، فَلَا صِيَامَ لَهُ .
“Barangsiapa yang belum berniat puasa sebelum
fajar, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Tirmidzi 730, Abu Dawud 2454
dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahih Abu Dawud 2118).
Beliau juga mengatakan:
لَا
يَصِحُّ الصَّوْمُ إِلَّا بِالنِّيَّةِ، وَمَحَلُّهَا الْقَلْبُ. وَلَا يُشْتَرَطُ
النُّطْقُ بِلَا خِلَافٍ.
“Tidak sah puasa kecuali dengan niat, dan tempatnya
adalah hati. Dan tidak disyaratkan harus diucapkan, tanpa ada perselisihan
ulama…” (Raudhatu at-Thalibin wa ‘Amdatul muftiin, 2/350).
Tidak
merusak puasa dengan perbuatan buruk, seperti berdusta, berbicara kotor dan
perbuatan keji.
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَ
“Barangsiapa
yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka
Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari
1903).
لَيْسَ
الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ
وَالرَّفَثِ.
“Puasa
bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan
menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim.
Syaikh al Albani berkata shahih di dalam Shohih At Targib wa At Tarhib 1082).
رُبَّ
صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ
مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ.
“Betapa
banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut
kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ibnu Majah, Nasa’i 3236, di shahihkan
Syaikh al Albani dalam Shahih At Targib wa At Tarhib 1083)
Termasuk
mengetahui perkara-perkara yang tidak membatalkan puasa.
Seperti
:
Makan
karena lupa, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersbda:
مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمٌ, فَأَكَلَ
أَوْ شَرِبَ, فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ, فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اَللَّهُ وَسَقَاهُ.
“Barangsiapa yang
lupa sedang ia dalam keadaan puasa lalu ia makan atau minum, maka hendaklah ia
sempurnakan puasanya karena kala itu Allah yang memberi ia makan dan minum.”
(HR. Bukhari 1933, Muslim 1155).
Mengetahui orang-orang yang mendapat keringanan.
Allah ta’ala berfirman:
وَعَلَى
الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ.
“Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib
membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin.” (QS. Al-Baqarah[2]:184).
Dari
Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma berkaitan dengan ayat di atas:
قَالَ كَانَتْ رُخْصَةً لِلشَّيْخِ
الْكَبِيرِ وَالْمَرْأَةِ الْكَبِيرَةِ وَهُمَا يُطِيقَانِ الصِّيَامَ أَنْ
يُفْطِرَا وَيُطْعِمَا مَكَانَ كُلِّ يَوْمٍ مِسْكِينًا وَالْحُبْلَى
وَالْمُرْضِعُ إِذَا خَافَتَا أَفْطَرَتَا وَأَطْعَمَتَا. وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهُ فِدْيَة طَعَامُ مِسْكِيْن.
Beliau
berkata, “Ayat ini memberikan keringanan kepada orang tua renta, baik laki
maupun perempuan, apabila merasa berat berpuasa dia boleh berbuka dan
memberi makan satu orang miskin untuk sehari yang ditinggalkan. Wanita
mengandung dan menyusui kalau keduanya khawatir juga boleh berbuka dan (sebagai
gantinya) memberi makan (orang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan).”
(HR. Abu Dawud 2318, Al-Muntaqa Ibnul Jarud 381, Baihaqi 1351, lihat Irwa’
syaikh al-Albani, 4/18).
Kesimpulannya, sebab-sebab yang
membolehkan tidak puasa ada empat, safar, sakit, haid dan nifas, kuatir celaka,
seperti orang hamil dan menyusui. (Fikih Muyassar).
2.
Shalat Qiyamul lail dan qiyamur
Ramadhan (tarwih).
Asalnya shalat tarwih
adalah qiyamul lail yang dilakukan Rasullah selama tiga malam berturut-turut,
namun beliau kuatir jika hal itu akan menjadikan wajib sehingga beliau
berhenti.
Ketika masa
kekhalifahan Umar bin khatab kekuatiran itu telah hilang karena wahyu telah
terputus, maka khalifah Umar bin Khatab melakukannya.
Allah ta’ala
berfirman:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ
عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا.
“Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu
ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang
terpuji.” ( QS Al-Isra’ [17]:79).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarwih) karena iman
dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari 37, Muslim 759).
Shalat sunnah malam hari dan siang hari asalnya satu kali
salam setiap dua rakaat. Berdasarkan keterangan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa seseorang bertanya, “Wahai
Rasulullah, bagaimanakah shalat malam itu?” Beliau menjawab:
مَثْنىَ
مَثْنىَ فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ
“Dua rakaat, dua rakaat.
Apabila kamu khawatir mendapati subuh, maka hendaklah kamu shalat witir satu
rakaat.”(HR. Bukhari 1137, Muslim 749 ).
Dalam hadits Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhu yang lain dikatakan:
صَلاَةُ
اللَّيْلِ وَ لنَّهَارِ
رَكْعَتَانِ رَكْعَتَانِ
“Shalat malam hari dan siang hari itu dua rakaat – dua
rakaat.” (HR Ibn Abi Syaibah)
(At-Tamhiid, 5/251; Al-Hawadits, 140-143; Fathul Bari’ 4/250; Al-Muntaqo 4/49-51).
إِنَّهُ
مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ.
“Siapa
yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam
satu malam penuh.” (HR. Ahmad dan
Tirmidzi. Dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Al Irwa’ 447).
Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah shalat tarawih sebagaimana yang
dituturkan oleh An Nawawi. (Syarh Muslim, 3/101)
Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah menghidupkan malamnya dengan
‘ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah ta’ala. (ta’liq Musthafa al-Bagha’
pada Shahih Bukhari 1904-1905).
3.
Dianjurkan
memperbanyak sedekah.
Allah
ta’ala berfirman:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ
أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ
فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ
وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ.
“Perumpamaan orang yang
menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan
tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi
siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas dan Maha Mengetahui.” (QS.
Al-Baqarah[2]:161).
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ
مِنْ مَالٍ.
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Ahmad 7206, Muslim
2588).
Ibnu
Abbas radiyallahu ‘anhuma berkata:
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ
أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ
يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah orang yang paling dermawan, dan beliau bertambah
kedermawanannya di bulan Ramadlan ketika bertemu dengan malaikat Jibril, dan
Jibril menemui beliau di setiap malam bulan Ramadlan untuk mudarosah
(mempelajari) Al Qur’an” (HR. Ahmad 2616, Al Bukhari 3220).
Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam
bersabda:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا، كُتِبَ لَهُ
مِثْلُ أَجْرِهِ، إِلَّا أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ.
“Barangsiapa yang memberi buka orang puasa, maka baginya pahala
seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa
sedikitpun.” (HR. Ahmad 17033, Tirmizi 807, Ibnu Majah, 1746, dishahihkan
syaikh al-Albani di dalam shahih Al-Jami’, 6415).
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا
رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ
لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ
الصَّالِحِينَ.
“Infakkanlah sebagian dari apa yang Aku berikan kepada kalian,
sebelum kematian mendatangi kalian, kemudian dia berkata: “Ya Rab, andai Engkau
menunda ajalku sedikit saja, agar aku bisa bersedekah dan aku menjadi orang
shaleh.” (QS. Al Munafiqun[63]: 10).
Allah ta’ala memerintahkan kepada kita agar bersedekah dengan
harta yang kita cintai.
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ.
“Kalian tidak akan mendapatkan kebaikan, sampai
kalian infakkan apa yang kalian cintai.” (QS. Ali Imran[3]: 92).
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ
العِبَادُ فِيهِ، إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا:
اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ
مُمْسِكًا تَلَفًا.
“Setiap datang waktu pagi, ada dua malaikat yang turun dan
keduanya berdoa. Malaikat pertama memohon kepada Allah, ‘Ya Allah, berikanlah
ganti bagi orang yang memberi nafkah’, sementara malaikat satunya berdoa, ‘Ya
Allah, berikan kehancuran bagi orang yang pelit.’ (HR. Bukhari 1442 Muslim 1010).
4. Memperbanyak
bacaan Al-Qur’an.
Allah
ta’ala berfirman:
الَّذِينَ
يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا
رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ.
“Sesungguhnya orang-orang yang
selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari
rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. (QS.
Fathir[35]: 29).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
قَالَ قَتَادَةُ: كَانَ مُطَرف، رَحِمَهُ اللَّهُ، إِذَا قَرَأَ
هَذِهِ الْآيَةَ يَقُولُ: هَذِهِ آيَةُ الْقُرَّاءِ .
“Qatadah rahimahullah
berkata, “Mutharrif bin Abdullah (Tabi’in, wafat 95H) jika membaca ayat ini
beliau berkata: “Ini adalah ayat orang-orang yang suka membaca Al Quran”
(Tafsir Ibnu Katsir QS. Fatir[34]:29).
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا
فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ.
“Wahai manusia!
Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh
bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang
beriman.” (QS. Yunus[10]:57)
Manfaat
membaca Al Qur’an.
Al-Qur’an akan menentramkan
hatinya, mengobati jasmani maupun rahaninya.
ﻭَﻧُﻨَﺰّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ
ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺂﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺍﻟﻈّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇَﻻّ ﺧَﺴَﺎﺭﺍً.
“Dan Kami turunkan dari
Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman
dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian” (QS. Al-Israa’ [17]: 82).
Syaikh Muhammad Amin
Asy-Syinqithi rahimahullah berkata:
“Obat yang mencakup obat bagi penyakit jiwa
dan raga, seperti keraguan, kemunafikan, dan perkara lainnya. Bisa menjadi obat
bagi jasmani jika dilakukan ruqyah kepada orang yang sakit. Sebagaimana kisah
seseorang yang terkena sengatan kalajengking diruqyah dengan membacakan
Al-Fatihah. Ini adalah kisah yang shahih dan masyhur” (HR. Bukhari dan Muslim)
(Tafsir Adhwaul Bayan, QS Al-Isra’ [17]:82).
Adapun
Ath-Thabari rahimahullah mengatakan: Al-Qur’an Obat dari kejahilan dan
kesesatan. (Tafsir Ath Thabari, QS. Al –Isra’[17]:82).
Abdullah
bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ
كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ
أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ .
“Siapa yang membaca satu huruf
dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan
dilipatkan menjadi sepuluh kebaikan semisalnya, aku tidak mengatakan alif lam
mim satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu
huruf.” (HR. Tirmidzi 2910, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam
kitab Shahih Al Jami’ 6469).
Orang-orang shalih dahulu
menyibukkan diri dengan Al-Qur’an.
Malaikat Jibril
memperdengarkan Al-Qur'an kepada Rasulullah pada bulan Ramadhan. Utsman bin
Affan mengkhatamkan Al-Qur'an setiap hari pada bulan Ramadhan. Sebagian Salafus
Shalih mengkhatamkan Al-Qur'an dalam shalat Tarawih setiap tiga malam sekali.
Sebagian lagi setiap tujuh malam sekali. Sementara sebagian lainnya
mengkhatamkannya setiap sepuluh malam sekali. Mereka selalu membaca Al-Qur'an baik
di dalam shalat maupun di luar shalat. Bahkan Imam asy-Syafi'i dapat
mengkhatamkan Al-Qur'an sebanyak enam puluh kali di luar shalat dalam bulan
Ramadhan. Sementara al-Aswad mengkhatamkannya setiap dua hari sekali. Adapun
Qatadah selalu mengkhatamkannya setiap tujuh hari sekali di luar Ramadhan,
sedangkan pada bulan Ramadhan beliau mengkhatamkannya setiap tiga hari sekali.
Dan pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan beliau mengkhatamkannya setiap malam.
Pada bulan Ramadhan Imam az Zuhri menutup majlis-majlis hadits dan
majlis-majlis ilmu yang biasa diisinya. Beliau mengkhususkan diri membaca
al-Qur'an dari mushhaf. Demikian pula Imam ats-Tsauri, beliau meninggalkan
ibadah-ibadah lain dan mengkhususkan diri untuk membaca al-Qur'an.
(Kaifa
na’isyu Ramadhan, Syaikh Abdullah As-Shalih).
5.
Tetap duduk dimasjid hingga matahari terbit agak naik.
Dari
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ
ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى
رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
تَامَّةٍ .
“Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah,
kemudian dia duduk di mesjid untuk berzikir kepada Allah sampai matahari
terbit, kemudian dia shalat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan (pahala)
seperti pahala haji dan umrah, sempurna sempurna sempurna.“ (HR.
Tirmidzi 586, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahihu-Al Jami’ 6346).
6.
Mencari malam lailatul Qadhar.
Allah
ta’ala berfirman:
لَيْلَةُ
الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ . تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا
بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ . سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ.
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada
malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk
mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”
(QS. Al-Qadr[97]:3-5).
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
مَنْ
قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar
karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu
akan diampuni.” (HR. Bukhari 1901, Ahmad 8576, Nasai 2193).
عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: قُلْتُ: يَا
رَسُولَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ القَدْرِ مَا
أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ
فَاعْفُ عَنِّي.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah
bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja ada
suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa
do’a yang mesti kuucapkan?” Jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Berdo’alah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni (Ya Allah,
Engkau Maha pemberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf karenanya
maafkanlah aku, yaitu ampunilah aku).” (HR. Tirmidzi 3513, Ibnu Majah 3850
dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Al- Misykah 2019).
7.
I’tikaf di masjid.
Itikaf secara bahasa yaitu:
حَبْسُ النَّفْسِ عَنْ
التَّصَرُّفَاتِ الْعَادِيَّةِ
“Menahan
diri dari berbagai kegiatan yang rutin dikerjakan”
Allah ta’ala berfirman:
وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ
وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ
وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ.
“Dan telah Kami perintahkan
kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang
thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud.” (QS. Al Baqarah[2]: 125).
Hadits dari Ummu al-Mukminin, ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu,
beliau mengatakan:
أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ
يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ،
ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat,
kemudian para istri beliau beri’tikaf sepeninggal beliau.” (HR. Bukhari 2026,
Muslim 1172, Ahmad 24613).
8. Banyak-banyak bertaubat.
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ
الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ
إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
“Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap
diri mereka sendiri! Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha
Pengampun dan Maha Penyayang” (QS.
Az-Zumar: 53).
تُوبُوا إِلَى اللَّهِ
جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.
“Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang
yang beriman, agar kalian beruntung” (QS.
An-Nur: 31).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا.
“Wahai
orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang
semurni-murninya.” (QS.At-Tahrim[66]:8).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ
إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً.
“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat
kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari 6037).
Dari ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha, ia berkata “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, apa yang aku baca bila aku menjumpai malam lailatul qadar?”
beliau menjawab, “Berdo’alah ”:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ
الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى.
“Ya
Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf karena itu
maafkanlah aku.” (HR. Ahmad 25496, Tirmidzi 3513, Ibnu Majah 3850 dishahihkan
Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihah 1011-1012).
-----000-----
Sragen 08-03-2024
Junaedi Abdullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar