SERI (3).
7. Orang yang berbuat bid’ah telah
melakukan kesia-siaan, baik waktu, tenaga, pikiran dan harta.
Para pelaku bid’ah mereka tak pernah
menyadari bahwa amalan yang dianggap banyak itu bisa sia-sia, Allah dan
Rasulnya telah memberitakan dan memerintahkan agar mengikuti petunjuk Allah dan
Rasul-Nya bukan malah sebaliknya membuat amalan sendiri.
Allah ta’ala berfirman:
قُلْ هَلْ
نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا.
“Katakanlah:
“Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi
perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam
kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya” (QS. Al Kahfi [18]: 103-104).
Ali bin Abi Thalib berkata: “Sesungguhnya
makna ayat ini bersifat umum mencakup semua orang yang menyembah Allah bukan
melalui jalan yang diridhai. Orang yang bersangkutan menduga bahwa jalan yang
ditempuhnya itu benar dan amalnya diterima, padahal kenyataannya dia keliru dan
amalnya ditolak.” (Tafsir Ibnu Katsir QS. AL-Kahfi [18]:104).
Oleh karena itu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ .
“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang
tidak ada perintahnya dari kami, maka tertolak.” (HR. Muslim 1718).
6. Pelaku bid’ah seakan telah
mensejajarkan dirinya dengan Tuhan.
Pelaku bid’ah seharusnya taat dan tunduk kepada Allah dengan
mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun justru
sebaliknya mereka membuat-buat ajaran baru dalam agama ini, menbuat
dzikir-dzikir baru, shalawat baru, dan ibadah-ibadah yang baru dengan
mengatasnamakan agama, seakan dirinya sejajar dengan Tuhan.
Allah ta’ala berfirman:
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ
مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ.
“Apakah mereka mempunyai
sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak
diizinkan Allah?” (QS. Asy-Syuura [42] : 21).
Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata: “Barangsiapa yang menganggap
baik (suatu bid’ah) maka dia telah membuat syariat.”
مَن
اسْتَحْسَنَ
فَقَدْ
شَرَعَ
“Barangsiapa yang menganggap baik sesuatu (menurut pendapatnya),
sesungguhnya ia telah membuat syari’at” (Al-Jami’us Shahih Lissunnani wal
Masanid 5:34, Shuhaib ‘Abdul Jabbar).
7. Bid’ah lebih dicintai iblis
dari pada maksiat.
Allah ta’ala berfirman:
وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
"Dan Syetan pun menampakkan kepada mereka kebagusan
apa yang selalu mereka kerjakan." (QS. Al-An'am: 43)
Yaitu kemusyrikan, keingkaran, dan perbuatan-perbuatan
maksiat. (Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-An’am [6]:43).
وَمَن
يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ. وَاِنَّهُمْ
لَيَصُدُّوْنَهُمْ عَنِ السَّبِيْلِ وَيَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ.
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah
(Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah
yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sungguh, mereka (setan-setan
itu) benar-benar menghalang-halangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka
menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (QS. Az-Zukhruf [35]: 36-37).
Yakni orang ini
yang berpaling dari kebenaran, Kami adakan baginya setan-setan yang menyesatkan
dirinya dan menunjukkan kepadanya jalan ke neraka Jahim.(Tafsir Ibnu Katsir QS
Az-Zuhruf [43]: 36-37).
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullahu berkata:
الْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيسَ
مِنَ الْمَعْصِيَةِ، الْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا، وَالْبِدْعَةُ لَا يُتَابُ
مِنْهَا.
Bid’ah lebih dicintai oleh Iblis daripada maksiat. Hal ini karena
perbuatan maksiat (pelakunya) bertaubat darinya sedangkan bid’ah (pelakunya)
tidak mau bertaubat (karena tidak merasa bersalah).
8.
Pelaku bid’ah akan diusir dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الحَوْضِ، وَلَيُرْفَعَنَّ مَعِي
رِجَالٌ مِنْكُمْ ثُمَّ لَيُخْتَلَجُنَّ دُونِي، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ أَصْحَابِي،
فَيُقَالُ: إِنَّكَ لاَ تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ.
“Aku menunggu kalian di telaga. Sungguh
ditampakkan kepadaku beberapa orang diantara kalian, kemudian dia singkirkan
dariku. Lalu aku mengatakan, “Ya Rabbi, itu adalah sahabatku.” Kemudian dikatakan
kepadaku, “Kamu tidak tahu apa yang mereka perbuat setelah kamu meninggal.”
(HR. Bukhari 6576, Muslim 2297).
Dalam
riwayat lain beliau bersabda:
إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى
مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى.
“(Wahai Tuhanku) Mereka betul-betul pengikutku. Lalu Allah
berfirman, ‘Sebenarnya engkau tidak mengetahui bahwa mereka telah mengganti
ajaranmu setelahmu.” Kemudian aku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)
mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku
sesudahku.” (HR. Bukhari 7051).
Dan masih banyak lagi keburukan bid’ah di dalam agama ini.
Adapun diantara perkara bid’ah ada yang berkaitan dengan
masalah aqidah ada pula yang berkaitan dengan masalah ibadah.
Diantara bid’ah yang diperingatkan ulama dan ahlul ilmi terkait
masalah aqidah seperti:
Bid’ahnya pemikiran khuarij (mudah mengkafirkan sesama kaum
muslimin), murji’ah (menganggap iman orang yang paling ta’at sama dengan
imannya orang yang paling maksiat), syi’ah (telah telah mengkafirkan mayoritas
sahabat), sufi dan berbagai aliran tharikat (biasa melakukan dzikir-dzikir yang
tidak disunnahkan dan mengaku mampu menyingkap takbir gaib), Qadariyah
(menganggap manusialah yang menentukan semua kejadian tanpa campur tangan
Allah), Jabariyah (menganggap manusia seperti bulu yang terbang tidak bisa
berbuat apa-apa) dan lain-lain.
Adapun diantara bid’ah-bid’ah seputar ibadah seperti:
Ritual keselamatan kematian (tahlilan), ratiban, barjanji (yang
diadopsi dari hindu).
Pitonan yang dilakukan saat kehamilan tujuh bulan (yang
diadopsi dari hindu).
Berbagai macam bentuk peringatan keagamaan, seperti maulidan,
isra’ mi’raj, nuzulul Qur’an, dan peringatan tahun baru islam. (Tasabuh dan
mengikuti Yahudi dan Nashara).
Melakukan dzikir sambil bernyanyi dan berjoget.
Dan masih banyak lagi bid’ah-bid’ah di dalam agama dimana hal
itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah, para sahabat, tabi’in, tabi’ut-tabi’in.
Begitu pula tidak pernah dilakukan para imam madzhab yang
berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Demikianlah semoga Allah menyelamatkan kita dari berbagai
amalan yang tidak ada tuntunannya dalam islam. Aamiin
Sragen 05-03-2024.
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar