Allah menyebutkan dahsyatnya neraka.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا
النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ
اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ.
“Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim[66]:6).
إِنَّ
جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًا .
لِلطَّاغِينَ مَآبًا .
لَابِثِينَ فِيهَا أَحْقَابًا .
لَا يَذُوقُونَ فِيهَا بَرْدًا وَلَا شَرَابًا .
إِلَّا حَمِيمًا وَغَسَّاقًا.
Sesungguhnya
neraka Jahanam itu (padanya) ada tempat pengintai, lagi menjadi tempat kembali
bagi orang-orang yang melampaui batas, mereka tinggal di dalamnya berabad-abad
lamanya, mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat)
minuman, selain air yang mendidih dan nanah. (QS. An-Naba [88]:21-25).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam bersabda :
نَارُكُمْ هَذِهِ الَّتِى
يُوقِدُ ابْنُ آدَمَ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ حَرِّ جَهَنَّمَ .
“Api kalian yang dinyalakan oleh anak cucu Adam ini hanyalah satu
bagian dari 70 bagian neraka Jahanam.” (H. R Muslim 7344).
اطَّلَعْتُ
فِى الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِى
النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ.
“Aku melihat ke dalam Surga
maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan
aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah
wanita.” (HR. Bukhari, 3069 dan Muslim 7114).
Sifat-sifat
wanita penghuni neraka.
Dari ‘Abdullah,
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ، فَإِنَّكُنَّ
أَكْثَرُ أَهْلِ النَّارِ فَقَالَتِ امْرَأَةٌ: وَمَا لَنَا أَكْثَرُ أَهْلِ
النَّارِ؟ قَالَ: لِأَنَّكُنَّ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ.
“Wahai para
wanita bersedekahlah, karena kalian yang paling banyak di dalam neraka, seorang
wanita berkata: kenapa kami yang paling banyak dineraka (Ya Rasulullah),
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: karena kalian banyak
melaknat dan tidak bersyukur. (HR.
Bukhari 304, Muslim 79, Ahmad 4122).
1.
Suka mengeluh.
Wanita yang suka mengeluh, maksudnya sering sekali mengeluh.
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ
الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا
“Sungguh, manusia
diciptakan bersifat suka mengeluh.” (QS. Al-Ma’arij[70]: 19).
Mengeluhkan suami
ada dua:
1)
Mengeluh kepada suami.
2)
Mengeluhkan
suami kepada orang lain.
2.
Tidak berterimakasih kepada suami.
Allah ta’ala berfirman:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا
تَكْفُرُونِ.
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun
akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar
kepada-Ku.” (QS. Al Baqara[2]:152).
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ.
“Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim
[14]:7).
وَقَلِيلٌ
مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ .
“Dan
sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. (QS. Saba’ [34]:
13].
أُرِيتُ
النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ
بِاللَّهِ قَالَ: يَكْفُرْنَ العَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ لَوْ
أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ:
مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ.
“Diperlihatkan
kepadaku neraka dan aku dapati kebanyakan penghuninya adalah para wanita yang
ingkar. Rasul ‘alaihish shalatu wassalam ditanya: “Apakah mereka ingkar kepada
Allah ? Nabi bersabda: “Mereka ingkar kepada suaminya dan ingkar kepada
kebaikan suaminya. Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang mereka
(istri-istrimu) selama satu tahun, kemuadian wanita tersebut melihat satu
kejelekan darimu, maka ia akan berkata: “Aku tak pernah melihat engkau berbuat
baik sedikitpun”( HR. Bukhari 1052, Muslim 907).
لَا يَنْظُرُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى امْرَأَةٍ لَا
تَشْكَرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لَا تَسْتَغْنِي عَنْهُ.
“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri
suaminya sedang ia selalu membutuhkannya.” (HR. Nasa’i 9086, al Bazzar dalam musnadnya
(2349) Hakim dalam Mutadraknya 2771, dari Abdullah bin ‘Amr). Di shahihkan oleh
syaikh al-Albani di dalam ash-Shahihah 289).
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ
لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ.
“Barang siapa
yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu
yang banyak.” (HR. Ahmad 18449, Syaikh
Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana di dalam Ath-Targhib wa
Tarhib 976).
3.
Suka mengumpat.
Allah ta’ala berfirman:
وَيْلٌ
لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ.
“Celakalah bagi setiap pengumpat
dan pencela.” (QS. Al-Humazah [104]:1).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang
laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu
lebih baik dari mereka.” (QS. Ah-Hujrat [49]:11).
Orang-orang yang suka menggibah saudaranya yang lain.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tatkala Rabbku memi’rajkanku
(menaikkan ke langit), aku melewati beberapa kaum yang memiliki kuku dari
tembaga, dalam keadaan mereka mencabik-cabik wajah dan dada mereka dengan
kukunya. Maka aku bertanya “Siapakah mereka
ini wahai Jibril?” Dia menjawab:
هَؤُلَاءِ
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ، وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ.
“Mereka adalah orang-orang yang
memakan daging manusia (suka mengghibah) dan menjatuhkan kehormatan manusia’.”
(HR. Ahmad 13340, Abu Daud 4878, dishahihkan Syaikh al Albani di salam Shahihu
AL-Jami 5213).
4.
Menuda-nunda kebaikan.
Dari Ibnu
Umar radhiallahuanhuma berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
memegang kedua pundak saya seraya bersabda:
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ
أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ، يَقُولُ: إِذَا
أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ
المَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ.
"Hiduplah
engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara". Ibnu Umar
berkata: "Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika
kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk
(persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu." (HR. Bukhari
6416).
Empat sifat wanita penghuni surga yaitu:
1. Menjaga
shalat lima waktu.
sholat merupakan hak Allah. Kewajiban kita adalah memenuhi
hak Allah tersebut. Ketika hubungan kita semakin dekat dengan Allah, maka
semakin dekat hubungan kita dengan manusia dan makhluk lainnya. Demikian pula
jika hubungan kita renggang dengan Allah, maka renggang pula hubungan kita
dengan orang lain. Jika kita menunaikan hak Allah, maka Allah yang akan memjaga
kita dan urusan kita, termasuk memberikan rezeki, dan kebaikan hubungan kita
dengan orang lain.
Diantara tanda orang yang khusyu’, shalat pada waktu yang ditentukan,
tidak terburu-buru, thuma’ninah yaitu, dia menghadap kepada Allah dengan jiwa
dan raganya, berusaha memahami apa yang dibaca, merasa nyaman dengan shalatnya.
Allah ta’ala berfirman:
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ
الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Dan
laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji
dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut [29]45).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَشَع لَكَ َ
سَمْعِي وَبَصَرِي وَمُخِّي وَعَظْمِي وَعَصَبِي.
Khusyu’
kepadaMu pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku dan otot-ototku. (HR
Muslim 771, Ahmad 960, Tirmidzi 3421).
وَجُعِلَتْ
قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ.
“Dan dijadikan penyejuk hatiku dalam shalat. (HR Nasai 3940, Ahmad 14037
dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahihu Al-Jami’ 3124, Al Misykah 5261).
Shalat
khusu’ mampu mempengaruhi dalam keseharian seseorang.
2. Puasa bulan
Ramadhan.
Allah ta’ala
berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون.
“Hai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah[2]:183).
Puasa merupakan pendidikan akhlaq tertinggi, diantaranya:
1) Membersihkan diri kita dari sifat pemarah:
Rasulullah
shallallhu a’lai wa sallam bersabda:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ.
“Puasa
adalah tameng janganlah berkata kotor dan jangan berbuat bodoh, jika seseorang
mengajak berkelahi atau mencelamu maka katakanlah aku sedang puasa dua kali.”
(HR Bukhari 1894).
Allah ta’ala berfirman:
وَالْكَاظِمِينَ
الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ
عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memberi maaf kepada orang
lain, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al
Baqarah[2]:134).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ
الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ
الْغَضَبِ.
“Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan
lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang
sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR Bukhari
5763 Muslim 2609).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَظَمَ
غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ
الْحُورِ مَا شَاءَ.
“Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melampiaskannya
maka Allah Azza wa Jalla akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari Kiamat
di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih
bidadari.” (HR Abu Daud 4777 Tirmidzi 2493 di hasankan syaikh al-Albani).
2) Membersihkan diri dari sifat pendusta.
Rasulullah
sallallahu ‘alaihhi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَ.
“Barangsiapa
yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka
Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari
1903).
Allah
ta’ala berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً.
“Wahai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kalian kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (QS.
Al-Ahzab[33]:70).
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ.
“Wahai
orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan
orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah[9]:119).
3) Membersihkan diri dari sifat pelit.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ
أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ .
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling
dermawan, dan beliau bertambah kedermawanannya di bulan Ramadlan ketika bertemu
dengan malaikat Jibril.” (HR. Ahmad 2616, Bukhari 3220).
Orang
yang puasa merasakan lapar dan dahaga, sehingga menumbuhkan rasa belas kasih
kepada sesama.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ
يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ
“Sayangilah
penduduk bumi niscaya Yang di atas langit pun akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud 4941, dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani di
dalam shahihu al-Jami’ 3522).
4) Membersihkan diri dari ucapan yang
kotor dan tidak bermanfaat.
Rasulullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ
الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ
وَالرَّفَثِ.
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa
adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats.” (HR. Ibnu
Majah dan Hakim. Syaikh al-Albani berkata shahih di dalam Shahih at-Targib wa
at-Tarhib 1082).
رُبَّ صَائِمٍ
لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ
قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari
puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ibnu Majah, Nasa’i
3236, di shahihkan Syaikh al Albani dalam Shahih at-Targib wa-at Tarhib 1083).
5) Membersihkan perut dari kotoran.
Karena lambung dan usus akan bekerja terus menerus,
dengan adanya puasa akan mengistirahatkannya dan juga membersihkan
(detoksifikasi) bagi tubuh dari perbagai kolestrol jahat.
Allah ta’ala berfirman:
وَكُلُوا
وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ.
“Makan dan minumlah, tetapi
jangan berlebihan.” (QS. Al-A’raf [7]: 31)
Ibnu Katsir rahimahullah
menjelaskan tafsir ayat ini.
قَالَ
بَعْضُ السَّلَفِ: جَمَعَ اللَّهُ الطِّبَّ كُلَّهُ فِي نِصْفِ آيَةٍ: وَكُلُوا
وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا.
“Sebagian salaf berkata bahwa
Allah telah mengumpulkan semua ilmu kedokteran pada setengah ayat ini.”
Dari Al-Miqdam bin Ma'dikarib raḍiyallahu 'anhu secara marfu' dia
berkata, aku mendengan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مَلَأَ
آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ. بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ
صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ
وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ.
"Tidaklah manusia memenuhi wadah yang lebih buruk dari perutnya.
Cukuplah bagi anak Adam itu beberapa suap yang dapat menegakkan tulang
punggungnya. Jika memang harus melebihi itu, maka sepertiga untuk makanannya,
sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya." (HR Tirmidzi
2380 Ibnu Majah 3349, dishahihkan Syaikh al Abani di dalam Ash Shahihah 2265).
3. Menjaga
kemaluannya.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ
كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا.
"Dan
janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang
keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra:[17]: 32).
4. Taat pada
suaminya.
Allah ta’ala berfirman:
فَالصَّالِحَاتُ
قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ.
“Maka wanita-wanita yang
shalehah ialah yang taat lagi memelihara diri di
balik belakang karena Allah telah
memelihara mereka.” (QS. An-Nisa’[44]: 34).
Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ
كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ
تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا.
“Seandainya aku boleh
menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang
wanita sujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi 1159, Ibnu Hibban 1291, di
shahihkan syaikh al-Albani di dalam Irwaa’ ul ghaliil 1998).
إِنَّ
اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ.
“sesungguhnya Allah
itu lembut, mencintai kelembutan.” (HR, Bukhari 6927).
Sebuah pertanyaan diajukan kepada Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah,
هل
الأوصاف التي ذكرت للحور العين في القرآن تشمل نساء الدنيا يا فضيلة الشيخ؟
“Apakah
sifat-sifat (kecantikan) bidadari dalam Al-Qur’an juga mencakup sifat para
wanita dunia (yang masuk surga), wahai syaikh?
Beliau
menjawab,
الذي
يظهر لي أن نساء الدنيا يكنّ خيراً من من الحور العين حتى في الصفات الظاهرة،
والله أعلم.
“Pendapat terkuat menurutku bahwa wanita dunia lebih baik daripada
bidadari, termasuk sifat dan karakteristik lahiriahnya (penampilan dan
kecantikan), wallahu a’lam.” (Fatwa Nur ‘Alad Dard, kaset 283)
Di kesempatan lain, beliau menjelaskan bahwa para suami mereka
(wanita dunia) lebih tertarik pada wanita dunia (istri mereka di dunia)
dibandingkan bidadari. Beliau rahimahullah berkata,
المرأة
الصالحة في الدنيا- يعني: الزوجة- تكون خيراً من الحور العين في الآخرة ، وأطيب
وأرغب لزوجها
“Wanita shalihah di dunia, yaitu para istri, lebih baik daripada
bidadari di akhirat, lebih cantik dan lebih menarik bagi suaminya.” (Fatwa Nur ‘Alad Dard 2: 4, Syamilah)
Ahli Tafsir Al-Qurthubi rahimahullah,
menjelaskan bahwa wanita dunia lebih baik dan lebih cantik dari bidadari karena
amal baik mereka di dunia, berbeda dengan bidadari yang langsung Allah Ta’ala
ciptakan di dalam surga. Wanita dunia juga akan menjadi ratu dan tuan putri di
surga. Beliau rahimahullah berkata,
حال
المرأة المؤمنة في الجنة أفضل من حال الحور العين وأعلى درجة وأكثر جمالا ؛
فالمرأة الصالحة من أهل الدنيا إذا دخلت الجنة فإنما تدخلها جزاءً على العمل
الصالح وكرامة من الله لها لدينها وصلاحها ، أما الحور التي هي من نعيم الجنة
فإنما خُلقت في الجنة من أجل غيرها وجُعلت جزاء للمؤمن على العمل الصالح ….؛
فالأولى ملكة سيدة آمرة ، والثانية – على عظم قدرها وجمالها – إلا أنها ـ فيما
يتعارفه الناس ـ دون الملكة ، وهي مأمورة من سيدها المؤمن الذي خلقها الله تعالى
جزاءً له
“Keadaan
wanita beriman di surga lebih utama dari bidadari dan lebih tinggi derajat dan
kecantikannya. Wanita shalihah dari penduduk dunia masuk surga sebagai balasan
atas amal saleh mereka. Hal ini adalah kemuliaan dari Allah untuk mereka karena
bagusnya agama dan kebaikan mereka. Adapun bidadari adalah bagian dari
kenikmatan surga. Mereka diciptakan di dalam surga sebagai kenikmatan bagi
makhluk selainnya, sebagai balasan bagi orang beriman atas amal salihnya.
Jenis yang pertama, (yaitu wanita dunia) adalah sebagai ratu, tuan
putri, dan yang memerintah. Adapun jenis kedua, (bidadari surga) dengan
keagungan kedudukan dan kecantikannya – sebagaimana yang diketahui oleh manusia
– maka kedudukan bidadari di bawah ratu. Dia menjadi pelayan bagi tuannya yang
beriman yang Allah ciptakan sebagai balasan bagi orang beriman.” (Tafsir Al-Qurthubi, 16: 154)
Demikianah semoga bermanfaat. Aamiin.
-----000-----
Sragen 28-03-2024
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar