Diantara sifat-sifat
penghuni surga yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah yaitu:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ - أَوْ فَيُسْبِغُ
- الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ
الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ.
“Tidaklah salah seorang diantara kalian
yang berwudhu lalu ia sempurnakan wudhunya kemudian ia mengucapkan “Asyhadu
al-laa ilaaha illallah, wa anna muhammadan ‘abduhu warasuuluh” melainkan
dibukakan baginya delapan pintu surga yang bisa ia masuki dari mana yang ia
inginkan.” (HR. Muslim 234, Ibnu khudzaimah 223).
Diantara
sifat penghuni surga yaitu yang Allah sebutkan di dalam Al-Qur’an pada surat Al
Mukminun [23]:1-11).
Allah ta’ala berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ
الْمُؤْمِنُونَ . الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ
خَاشِعُونَ . وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ
مُعْرِضُونَ . وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ
فَاعِلُونَ . وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ
حَافِظُونَ . إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ . فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ
ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ . وَالَّذِينَ هُمْ
لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ . وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى
صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ . أُولَئِكَ هُمُ
الْوَارِثُونَ . الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا
خَالِدُونَ.
“Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’
dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan
zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka
dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka
mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang
memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang
yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan
mewarisi, (ya’ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di
dalamnya.” (QS. Al Mukminun [23]:1-11).
Sifat
yang pertama: الْمُؤْمِنُونَ
Orang yang beriman.
Mencakup
iman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada
nabi-nabi-Nya, kepada hari akhir, kepada taqdir yang baik dan yang buruk.
Sifat yang kedua: خَاشِعُون Orang
yang khusyu’.
Diantara tanda orang yang khusyu’, shalat pada waktu yang
ditentukan, tidak terburu-buru, thuma’ninah yaitu, dia menghadap kepada Allah
dengan jiwa dan raganya, berusaha memahami apa yang dibaca, merasa nyaman
dengan shalatnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَشَع
لَكَ َ سَمْعِي وَبَصَرِي وَمُخِّي وَعَظْمِي وَعَصَبِي.
Khusyu’
kepadaMu pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku dan otot-ototku. (HR
Muslim 771, Ahmad 960, Tirmidzi 3421).
وَجُعِلَتْ
قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ.
“Dan dijadikan penyejuk hatiku dalam shalat. (HR Nasai 3940,
Ahmad 14037 dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahihu Al-Jami’ 3124, Al
Misykah 5261).
Shalat
khusu’ mampu mempengaruhi dalam keseharian seseorang.
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ
الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ.
“Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS.
Al-Ankabut [29]:45).
Sifat yang ketiga: وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ Berpaling
dari apa yang tidak bermanfaat.
Laghwun
adalah segala sesuatu yang tidak ada gunanya dan tidak ada kebaikan dari ucapan
dan perbuatan.
Rasulullah shallallahu
’alaihi wasallam bersabda:
مِنْ
حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ.
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang
tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi 2317 Ibnu Majah 3976. Syaikh al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Sifat yang keempat: وَالَّذِينَ
هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ Mereka
menunaikan zakatnya.
Mencakup apa yang wajib dari harta yang harus dikeluarkan,
atau bisa jadi berupa perkataan dan perbuatan, sebagaimana di jelaskan SYaikh
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَنَّ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ
رَمَضَانَ.
“Bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mewajibkan
zakat fithri karena telah berakhir Ramadhan.” (HR. Muslim 984, Ahmad 5339).
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ
وَالرَّفَثِ، وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mewajibkan
zakat fithri untuk menyucikan orang yang berpuasa dari perkara yang sia-sia dan
perkataan keji, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin.“ (HR. Abu Daud 1609, Ibnu Majah 1827. Dihasankan Syaikh
al-Albani di dalam shahih Abu Dawud 1427, Al-Irwa’ 843).
Sifat yang kelima: وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ
حَافِظُونَ
Menjaga kemaluannya.
Allah
ta’ala berfirman:
وَلَا
تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا.
"Dan janganlah kamu mendekati zina,
sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang
buruk." (QS. Al-Isra[17]: 32).
فَالصَّالِحَاتُ
قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ.
Wanita yang saleh, ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka). (QS. An-Nisa’ [4]:34).
Sifat
yang keenam: وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ Menjaga
amanah
Allah ta’ala berfiman:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ
تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا.
"Sesungguhnya
Allah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanah-amanah kepada ahlinya." (QS.
An-Nisa’ [4]: 58).
Di dalam ayat yang lain diantara
sifat-sifat penghuni surga Allah sebutkan yaitu:
Sifat yang ketujuh: وَسَارِعُوا
إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ
bersegera di dalam kebaikan.
Allah ta’ala berfirman:
وَسَارِعُوا
إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ.
“Dan bersegeralah (berlomba-lombalah) kamu untuk (meraih)
pengampunan dari Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-‘Imran[3]:133).
سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ
رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ
لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ
يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ.
“Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari
Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi
orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasulnya. Itulah karunia Allah,
yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia
yang besar.” (QS Al Hadid [57]:21).
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ
الْمُتَنَافِسُونَ.
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang
berlomba-lomba.” (QS Al-Mutaffifin[83]:26)
Sifat yang kedelapan: الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي
السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ Menafkahkan hartanya
dalam keadaan longgar maupun sempit.
Menafkahkan hartanya menurut kadar kemampuan dan keadaan,
bila diberi kelonggaran dia menafkahkan selayaknya, namu bila dalam keadaan
sempit mereka tetap menafkahkan meskipun sedikit.
Allah ta’ala berfirman.
الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ.
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di
waktu lapang maupun sempit.” (QS. Al Imran[3]:134)
Keutamaan menafkahkan harta.
مَثَلُ
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ
أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ
يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ.
“Perumpamaan (infak yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah maha luas
(karunia-Nya) lagi maha mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 261)
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا
نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ.
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim 2588)
وَالصَّلَاةُ
نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ
أَوْ عَلَيْكَ.
“Shalat adalah cahaya, sedekah merupakan bukti, sabar itu
penerang, sementara Al-Quran bisa menjadi pembelamu atau sebaliknya, menjadi
penuntutmu.” (HR. Muslim 223).
وَرَجُلٌ
تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ
يَمِيْنُهُ.
“Seseorang yang bershadaqah dengan menyembunyikannya
sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya.” (HR
Bukhari 660, Muslim 1031).
Orang yang bersedekah ikhlas semata-mata karena Allah ta’ala
akan merasakan bahagia hatinya, karena bisa saling berbagi kepada sesama,
menolong, dan meringankan bebannya, dan kelak di akhirat akan menjadi tumpukan
pahala yang berlipat-lipat.
Sifat kesembilan: وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ Menahan marah.
Allah memuji orang-orang yang menahan amarahnya dan
merupakan tanda dan sifat-sifat penghuni surga.
Allah ta’ala berfirman:
وَالْكَاظِمِينَ
الْغَيْظَ
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya.” QS Al
Baqarah[2]:134.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ
الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ
الْغَضَبِ.
“Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu
mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang
kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.”
(HR Bukhari 5763 Muslim 2609)
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ
اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ.
“Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu untuk
melampiaskannya maka Allah Azza wa Jalla akan memanggilnya (membanggakannya)
pada hari Kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya
memilih bidadari.” (HR Abu Daud 4777 Tirmidzi 2493 di hasankan
syaikh al-Albani)
Sifat kesepuluh: وَالْعَافِينَ
عَنِ النَّاسِ Memberi maaf.
Allah ta’ala berfirman:
وَالْعَافِينَ
عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang.” (QS Al Baqarah[2]:134)
Memberi maaf adalah akhlaq yang mulia, demikian pula
merupakan terapi hati, dan kesehatan badan, hal ini di sampaikan beberapa pakar
kesehatan.
Seseorang tidak akan lepas dari salah sebagaimana dirinya
tidak akan lepas dari salah, hendaknya dirinya suka memaafkan orang lain
sebagaimana dirinya suka orang lain memaafkan kesalahannya.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَإِنَّ
فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ
فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ.
“Dan sungguh dijasad ini ada sekerat daging yang jika dia
baik maka seluruh anggota tubuh akan baik dan jika dia rusak maka seluruh
anggota tubuh akan rusak dan itu adalah hati.” (HR Bukhari 52, Muslim 107).
Orang yang mudah marah akan menjadikan tensinya naik, lambat
atau cepat tekanan darahnya meninggi, dan itu sangat berbahaya.
Seandainya kita mengetahui barang itu sangat membahayakan
apabila tetap dipegang bahkan bisa mencelakai dirinya tentulah kita akan
melepasnya. Demikian pula rasa dendam, hasad, iri, dengki semua sifat-sifat ini
akan membahayakan bagi jiwa dan raga seseorang hendaknya di lepaskan dengan
memberi maaf kepada orang yang belaku tidak baik kepada dirinya, dan
menghilangkan berbagai sifat tercela tersebut karena hal itu kotoran hati.
Sifat kesebelas: وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ
ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ
Jika melalukan dosa segera berhenti dan
segera bertaubat.
Allah ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ
إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ
فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ, وَلَمْ
يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ.
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengumpuni dosa selain dari
Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka
mengetahui.” (QS Al-Imran [3]:135).
قُلْ
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ
رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ.
“Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.’
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha
Pengampun, Maha Penyayang.” (QS Az-Zumar[39 ]:53)
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ
السَّيِّئَاتِ.
“Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang
buruk.” (QS. Huud [11]: 114)
كُلُّ
بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang
yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.” (HR Ibnu Majah 4251. Di hasankan
syaikh al-Albani)
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ،
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ
حَسَنٍ.
“Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan
iringilah sesuatu perbuatan dosa (kesalahan) dengan kebaikan, pasti akan
menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik.”
Sifat kedua belas وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا
وَهُمْ يَعْلَمُونَ Tidak
terus-menerus dalam maksiat.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَمْ
يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ.
“Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu,
sedangkan mereka mengetahui.” (QS Al-Imran [3]:135).
أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ
مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ.
“Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan
surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedangkan mereka kekal di
dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS
Al-Imran[3]:136).
Demikianlah semoga Allah menjadikan kita termasuk
penghuni-penghuni surga, semoga bermanfaat. Aamiin
----------00000----------
Sragen 15-03-2023.
Disusun oleh Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar