MENSUCIKAN DIRI DI BULAN SUCI.
Di bulan suci ini kesempatan bagi kita untuk membersihkan diri kita dari hal-hal yang buruk dan kebiasaan yang tidak baik, apa saja hal itu:
1. Membersihkan diri kita dari sifat pemarah:
Dari mana
dalilnya.
Rasulullah shallallhu a’lai wa sallam
bersabda:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ.
“Puasa adalah
tameng janganlah berkata kotor dan jangan berbuat bodoh, jika seseorang mengajak
berkelahi atau mencelamu maka katakanlah aku sedang puasa dua kali.” (HR
Bukhari 1894).
Allah ta’ala
berfirman:
وَالْكَاظِمِينَ
الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memberi maaf kepada
orang lain, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al
Baqarah[2]:134).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيدُ
بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.
“Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu
mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang
kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.”
(HR Bukhari 5763 Muslim 2609).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا
وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى
رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ
الْحُورِ مَا شَاءَ.
“Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu untuk
melampiaskannya maka Allah Azza wa Jalla akan memanggilnya (membanggakannya)
pada hari Kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya
memilih bidadari.” (HR Abu Daud 4777
Tirmidzi 2493 di hasankan syaikh al-Albani).
2. Membersihkan diri dari sifat pendusta.
Rasulullah sallallahu ‘alaihhi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan
dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan
haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari 1903).
Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً
“Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan ucapkanlah
perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab[33]:70).
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah
kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah[9]:119).
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ
الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ
صِدِّيقًا، وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ
يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا .
“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, sedangkan
kebaikan akan membawa kedalam surga, tidaklah seseorang selalu jujur hingga
dicatat seorang yang jujur, sesungguhnya dusta membawa kepada kefajiran,
sesungguhnya kefajiran akan membawa kedalam neraka, tidaklah seseorang berkata
dusta hingga di catat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Bukhari
6094, Muslim 2607).
3. Membersihkan diri dari sifat pelit.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي
رَمَضَانَ .
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling
dermawan, dan beliau bertambah kedermawanannya di bulan Ramadlan ketika bertemu
dengan malaikat Jibril.” (HR.
Ahmad 2616, Bukhari 3220).
Orang yang puasa merasakan lapar
dan dahaga, sehingga menumbuhkan rasa belas kasih kepada sesama.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ارْحَمُوا أَهْلَ
الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ
“Sayangilah
penduduk bumi niscaya Yang di atas langit pun akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud 4941, dinyatakan shahih
oleh syaikh al-Albani di dalam shahihu al-Jami’ 3522).
4. Membersihkan diri dari ucapan yang kotor dan tidak bermanfaat.
Rasulullullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ
الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ.
“Puasa bukanlah hanya
menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri
dari perkataan lagwu dan rofats.” (HR.
Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh al-Albani berkata shahih di dalam Shahih at-Targib
wa at-Tarhib 1082).
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ibnu Majah, Nasa’i 3236, di shahihkan Syaikh al Albani dalam Shahih at-Targib wa-at Tarhib 1083).
5. Membersihkan perut dari kotoran.
Karena lambung dan usus akan bekerja terus menerus, dengan
adanya puasa akan mengistirahatkannya dan juga membersihkan (detoksifikasi)
bagi tubuh dari perbagai kolestrol jahat.
Allah ta’ala berfirman:
وَكُلُوا
وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ.
“Makan dan minumlah, tetapi jangan
berlebihan.” (QS. Al-A’raf [7]: 31)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan
tafsir ayat ini.
قَالَ
بَعْضُ السَّلَفِ: جَمَعَ اللَّهُ الطِّبَّ كُلَّهُ فِي نِصْفِ آيَةٍ: وَكُلُوا
وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا.
“Sebagian salaf berkata bahwa Allah
telah mengumpulkan semua ilmu kedokteran pada setengah ayat ini.”
Dari Al-Miqdam bin Ma'dikarib raḍiyallahu 'anhu secara
marfu' dia berkata, aku mendengan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
مَا
مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ. بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ
يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ
لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ.
"Tidaklah
manusia memenuhi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi anak Adam
itu beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika memang harus
melebihi itu, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan
sepertiga untuk nafasnya." (HR Tirmidzi 2380 Ibnu Majah 3349, dishahihkan
Syaikh al Abani di dalam Ash Shahihah 2265).
Imam
Asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan bahaya kekenyangan karena penuhnya perut
dengan makanan, beliau berkata:
مَا شَبِعْتُ مُنْذُ سِتَّ عَشْرَةَ
سَنَةً إِلَّا شَبْعَةٌ أَطْرَحُهَا. قَالَ أَبُو مُحَمَّدٍ: يَعْنِي
فَطَرَحْتُهَا لِأَنَّ الشِّبَعَ يُثْقِلُ الْبَدَنَ وَيُقَسِّي الْقَلْبَ
وَيُزِيلُ الْفِطْنَةَ وَيَجْلِبُ النَّوْمَ، وَيُضْعِفُ صَاحِبَهُ عَنِ
الْعِبَادَةَ.
“Aku tidak pernah kekenyangan semenjak
16 tahun kecuali sekali, aku segera mengosongkannya, Beliau juga berkata:
Kekenyangan membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, mengurangi
kecerdasan, mudah mengantuk dan lemah untuk beribadah.” (Hilyah Auliya’ wa
Thabaqatul Ashfiya’, Oleh Abu Nu’aim bin ‘Abdillah).
6. Membersihkan dari dosa dan maksiat.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا،
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barang siapa berpuasa pada bulan
Ramadhan dengan didasari iman dan mengharapkan pahala dari Allah, akan diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari 38, Muslim 760).
Dan masih banyak lagi dari apa yang Allah wajibkan puasa.
-----000-----
Sragen
20-03-2023.
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar