Seri (3)
Banyak dari saudara kita kaum
muslimin yang tidak menyadari bahwa amalan bid’ah yang mereka lakukan telah
memeras dan menguras waktu, harta, tenaga dan pikiran mereka, bahkan sampai-sampai terkadang
harus menjual sesuatu yang mereka cintai
agar mereka selamat dari gunjingan orang lain.
Allah ta’ala berfirman:
قُلْ هَلْ
نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا.
“Katakanlah:
“Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi
perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam
kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya” (QS. Al Kahfi [18]: 103-104).
Ali bin Abi Thalib berkata: “Sesungguhnya
makna ayat ini bersifat umum mencakup semua orang yang menyembah Allah bukan
melalui jalan yang diridhai. Orang yang bersangkutan menduga bahwa jalan yang
ditempuhnya itu benar dan amalnya diterima, padahal kenyataannya dia keliru dan
amalnya ditolak.” (Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Kahfi [18]:104).
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ .
“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang
tidak ada perintahnya dari kami, maka tertolak.” (HR. Muslim 1718).
8. Pelaku bid’ah seakan telah
mensejajarkan dirinya dengan Tuhan.
Sudah semestinya sebagai hamba kita tunduk dan taat kepada Allah
dengan mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun
justru sebaliknya mereka membuat-buat ajaran baru dalam agama ini, menbuat
dzikir-dzikir baru, shalawat baru, dan ibadah-ibadah yang baru dengan
mengatasnamakan agama, mereka tidak sadar, bahwa yang berhak membuat syari’at
adalah Allah ta’ala, jika dirinya turut membuat-buat syari’at sama saja dirinya
telah mensejajarkan dengan Tuhan.
Allah ta’ala berfirman:
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ
مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ.
“Apakah mereka mempunyai
sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak
diizinkan Allah?” (QS. Asy-Syuura [42] : 21).
أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ
الْعَالَمِينَ.
Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya.
Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam. (QS. AL-A’raf [7]:54).
Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata: “Barangsiapa yang menganggap
baik (suatu bid’ah) maka dia telah membuat syariat.”
مَن اسْتَحْسَنَ
فَقَدْ شَرَعَ
“Barangsiapa yang menganggap baik sesuatu (menurut pendapatnya),
sesungguhnya ia telah membuat syari’at” (Al-Jami’us Shahih Lissunnani wal
Masanid 5:34, Shuhaib ‘Abdul Jabbar).
9. Bid’ah lebih dicintai iblis dari pada maksiat.
Allah ta’ala berfirman:
وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
"Dan Syetan pun menampakkan kepada mereka kebagusan
apa yang selalu mereka kerjakan." (QS. Al-An'am: 43)
Yaitu
kemusyrikan, keingkaran, dan perbuatan-perbuatan maksiat. (Tafsir Ibnu Katsir
QS. Al-An’am [6]:43).
وَمَن
يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ. وَاِنَّهُمْ
لَيَصُدُّوْنَهُمْ عَنِ السَّبِيْلِ وَيَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ.
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah
(Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah
yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sungguh, mereka (setan-setan
itu) benar-benar menghalang-halangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka
menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (QS. Az-Zukhruf [35]: 36-37).
Yakni orang ini
yang berpaling dari kebenaran, Kami adakan baginya setan-setan yang menyesatkan
dirinya dan menunjukkan kepadanya jalan ke neraka Jahim.(Tafsir Ibnu Katsir QS
Az-Zuhruf [43]: 36-37).
Sufyan
Ats-Tsauri rahimahullahu berkata:
الْبِدْعَةُ
أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ، الْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا،
وَالْبِدْعَةُ لَا يُتَابُ مِنْهَا.
Bid’ah
lebih dicintai oleh Iblis daripada maksiat. Hal ini karena perbuatan maksiat
(pelakunya) bertaubat darinya sedangkan bid’ah (pelakunya) tidak mau bertaubat
(karena tidak merasa bersalah).
Demikianlah kenyataanya, orang-orang yang melakukan bid’ah merasa yang
dilakukan adalah baik, benar, dia tidak menyadari jika amalannya itu tidak
memiliki dasar dalam agama.
Sedangkan pelaku maksiat mereka sadar jika yang mereka lakukan adalah
maksiat.
Dari sinilah pelaku bid’ah umumnya akan sulit untuk bertaubat, sementara
pelaku maksiat suatu saat bisa saja menyadari bahwa dirinya telah melakukan
dosa dan bertaubat kepada Allah ta’ala.
Demikianlah semoga bermanfaat.
-----000-----
Sragen 28-02-2024.
Junaedi Abdullah.
In syaa Allah masih ada kelanjutannya…
Kritik yang membangungun atau kurang jelas bisa WA. 081229809070, dan boleh
di sebarkan (share) tanpa ijin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar