4. Bid’ah akan merusak kemurnian ajaran islam
dari dalam.
Kemurnian
ajaran islam merupakan eksistensi
(keberadaan) dan keberlangsungan bagi ajaran islam itu sendiri, apabila hal ini
dirusak hilanglah kemurniannya dan tinggalah ajaran kepalsuan yang di atas
namakan ajaran islam, sebagaimana agama-agama yang dahulu, telah dirubah-rubah
pemeluknya dan disesuaikan dengan hawa nafsunya.
Amalan
bid’ah amalan yang menodai kemurnian islam, sebagaimana musuh yang menyerang
dari dalam sehingga sangat membahayakan kemurnian islam.
Allah
ta’ala berfirman:
أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ
ٱلْخَالِصُ.
Ingatlah, hanya kepunyaan
Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).(QS. Az-Zumar [39]:3).
وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ
الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ
تَكْفُرُونَ.
“Dan tidaklah ibadah mereka di
sekitar Baitullah itu selain siulan dan tepuk tangan rasakanlah adzab
disebabkan kekafiran kalian.” (QS. Al-Anfal [8]: 35).
Al-muka artinya
bersiul, sedangkan tasdiyah artinya bertepuk tangan.(Tafsir Ibnu
Katsir, QS. Al-Anfal [8]:35).
Kita bisa
saksikan bid’ah yang terjadi sekarang ini, selain mereka membuat amalan baru di
dalam agama yang beraneka ragam, mereka juga melakukan tepuk tangan, bernyanyi,
bahkan sambil berjoget, dan lain-lain yang in syaa Allah nanti kita bawakan
contohnya.
5. Orang yang membuat bid’ah
secara tidak langsung mengganggap islam belum sempurna.
Imam Asy-Syatibi berkata, “Seorang pelaku bid'ah, baik dengan
perbuatannya atau dengan ucapannya, menganggap bahwa syari'at belum sempurna
masih ada perkara-perkara dalam syari'at yang harus diperbaiki atau direvisi.
Apabila dia yakin bahwa syari'at agama kita ini telah sempurna, tentunya dia
tidak akan membuat sesuatu yang baru apalagi merevisinya. (Al-I’tisam bab 2 hal 42, Imam
Asy-Syatibi).
Padahal Allah ta’ala
berfirman:
الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلَامَ دِينًا.
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu.” (QS. Al-Ma’idah [5] : 3).
قَدْ
تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا
بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ.
“Aku
tinggalkan kalian dalam keadaan terang-benderang, siangnya seperti malamnya. Tidak
ada yang berpaling dari keadaan tersebut kecuali ia pasti celaka.” (HR. Ahmad 17142, Ibnu Majah 43, Thabrani 619, disahihkan Syaikh
al-Albani di Shahihul Jami’ 4369).
Islam asalnya
putih bersih, berjalannya waktu dan jauhnya dari kenabian kemudian setiap orang
ataupun kelompok mengambil bagian dari warna putih itu dan kemudian mewarnainya
menurut hawa nafsunya, dari sekian warna yang banyak itu masih ada warna putih
dimana orang yang datang kemudian menyangka bahwa warna putih itu bagian dari
warna-warna yang ada sehingga orang memilih warna (kelompok) yang disukainya,
padahal warna putih itu merupakan warna yang masih murni dan akan tetap ada
sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَزَالُ مِنْ أُمَّتِي أُمَّةٌ
قَائِمَةٌ بِأَمْرِ اللَّهِ، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ، وَلاَ مَنْ
خَالَفَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ.
“Selalu ada dari
umatku senantiasa yang menegakkan perintah Allah. Tidak dapat mencelakai mereka
orang yang menghinanya dan juga orang yang menyelisihinya, hingga Allah
datangkn kepada mereka perkaranya sedangkan mereka tetap kondisi seperti itu.”
(HR. Bukhari 3641).
Imam Al-Baghawi
mengatakan:
قَائِمَةٌ بِأَمْرِ
اللَّهِ، أَيْ مُتَمَسِّكَةٌ بِدِينِهَا.
“Senantiasa ada yang
selalu menegakkan perintah Allah, yaitu teguh dengan agamanya.” (Syarhu Sunnah,
Imam Al-Baghawi, wafat 516 h).
Demikianlah orang yang berpegang dengan ajaran islam yang benar akan selalu ada meskipun banyak orang yang menghina dan menyelisihinya.
6. Orang yang membuat bid’ah hakekatnya telah menuduh Rasulullah menghianati kerasulannya.
Allah ta’ala berfirman:
فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ.
“Jika mereka mendurhakaimu
maka katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa
yang kamu kerjakan.” (QS. As-Syu’ara [26]:216).
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ
نَبِيٌّ قَبْلِي إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى
خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ، وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ.
“Sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun sebelumku kecuali wajib atasnya
menunjukkan kepada umatnya kebaikan yang ia ketahui dan mengingatkan mereka
kejelekan yang ia ketahui.” (HR. Muslim 1844, Ahmad 6793, Sunan Ibnu Majah
3956).
Al-Imam Malik rahimahullah berkata:
مَنِ
ابْتَدَعَ فِي الْإِسْلَامِ بِدْعَةً يَرَاهَا حَسَنَةً، زَعَمَ أَنَّ مُحَمَّدًا
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَانَ الرِّسَالَةَ، لِأَنَّ اللَّهَ يَقُولُ: {الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ} [المائدة: 3]، فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِينًا،
فَلَا يَكُونُ الْيَوْمَ دِينًا.
“Barangsiapa berbuat bid’ah dalam
Islam yang ia anggap sebagai bid’ah hasanah, maka ia telah menuduh Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam telah mengkhianati tugas kerasulan, karena Allah
ta’ala berfirman,
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu
agamamu…” (Al-Maidah[5]:3). Sehingga apa yang hari itu bukan ajaran agama, maka
pada hari ini juga bukan ajaran agama.” (Al-I’tisham lisy Syaathibi
rahimahullah, 1/65-66).
Andaikan pelaku bid’ah mau merenungkan pertanyaan berikut ini
dan menyadari dengan hati nuraninya tentu mereka akan sadar.
Cobalah dijawab dengan hati yang tulus anda: Apakah bid’ah
yang anda lakukan adalah kebaikan (hasanah) yang sudah diketahui oleh Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam?
Apabila jawabannya: ya, beliau sudah mengetahui kebaikan
tersebut
maka jawaban ini mengandung tuduhan kepada Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam sebagai orang yang tidak amanah dalam menjalankan
tugasnya sebagai rasul, yaitu mengajarkan kepada umatnya seluruh kebaikan yang
beliau ketahui karena ternyata ada kebaikan yang beliau sudah ketahui dan belum
beliau ajarkan kepada umat. Inilah bahaya menganggap bid’ah sebagai ‘hasanah.
Apabila jawabannya: tidak, beliau belum mengetahui kebaikan
tersebut.
Maka jawaban ini mengandung kesombongan dan
penyelisihan terhadap petunjuk Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, karena
kalau begitu orang yang berbuat bid’ah itu secara tidak langsung menganggap
dirinya lebih baik dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, sebab ia telah
mampu mengetahui dan mengamalkan satu kebaikan yang Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam tidak mengetahuinya dan tidak pula mengamalkannya.
Demikianlah bahayanya bid’ah, oleh karena itu hendaknya
ditinggalkan dan dijahui.
Semoga
bermanfaat aamiin.
Sragen
27-02-2024
Junaedi
Abdullah.
Jika dianggap
bermanfaat silahkan disampaikan yang lain (dishare), bila ada kritikan yang
membangun ataupun belum dipahami bisa di tanyakan WA. 081229809070.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar