Diantara aqidah ahlu sunnah wal jama’ah yaitu mencintai
keluarga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, menghormati mereka dan memuliakannya.
Mencintai ahlu bait merupakan pilar kesempurnaan iman seorang muslim.
Pernyataan cinta kepada ahlu bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam sekarang tidak hanya datang dari kalangan ahlus Sunnah semata, akan
tetapi juga didengung-dengungkan oleh Ahlul bid’ah seperti Syiah dan yang
sealiran dengan mereka, mereka lakukan hal itu dalam rangka mengelabui dan
menipu umat Islam, dari sini hendaknya kita juga memahi dengan pemahaman yang
benar.
1. Siapakah yang
dimaksud ahlu bait nabi.
Secara
bahasa أَهْلُ jamaknya adalah أَهْلُوْنَ, yang artinya pemeluk, kalau
di sandingkan dengan kota Makkah menjadi أَهْلُ مَكَّة artinya penduduk Mekah, kalau
disandingkan dengan rumah menjadi أَهْلُ الْبَيْت berarti, penghuni rumah,
sedangkan أَهْلُ
بَيْتِ النَّبي maksudnya adalah keluarga Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. (Lihat kamus Lisanul Arab, kamus Muhit dan lain-lain).
Sedangkan menurut istilah, adapun Ahlus Sunnah telah sepakat
tentang Ahlul Bait bahwa mereka adalah keluarga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang diharamkan memakan shadaqah. yaitu keluarga Ali, keluarga Ja’far,
keluarga Aqil, keluarga Abbas, keluarga bani Harist bin Abdul Muthalib, serta
para istri beliau dan anak anak mereka. (lihat Minhajus Sunnah, Ibnu Taimiyah).
Apakah istri nabi termasuk ahlu bait Nabi, menurut pendapat
yang kuat menunjukkan mereka adalah ahlu bait Nabi, baik ditinjau dari sisi
bahasa maupun dalil-dalil, diantaranya:
Firman Allah ta’ala:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ
تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ
وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ
الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا .
“Dan hendaklah
kamu tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang Jahiliah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan
taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan
dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-ahzab[33]: 33).
Ibnu Katsir
berkata: “Teks ayat ini dengan jelas memasukkan istri-istri Nabi shallallah
‘alaihi wa sallam. ke dalam pengertian ahlul bait, karena merekalah
yang menjadi latar belakang turunnya ayat ini.” (Tafsir Ibnu Katsir, QS.
Al-Ahzab [33]:33).
Ayat ini
menunjukan para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk Ahlul Bait.
Jika tidak, maka tak ada faidahnya mereka disebutkan dalam ucapan itu (ayat
ini) dan karena semua istri Nabi adalah termasuk Ahlul Bait sesuai dengan nash
Al Quran maka mereka mempunyai hak yang sama dengan hak-hak Ahlul Bait yang
lain. (Majmu’ Fatawa 17/506).
Adapun dalil dari Hadits
Dari Zaid
bin Arqam, dia berkata:
قَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا
فِينَا خَطِيبًا، بِمَاءٍ يُدْعَى خُمًّا بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ فَحَمِدَ
اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، وَوَعَظَ وَذَكَّرَ، ثُمَّ قَالَ: ” أَمَّا بَعْدُ،
أَلَا أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ رَسُولُ
رَبِّي فَأُجِيبَ، وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ: أَوَّلُهُمَا كِتَابُ
اللهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللهِ، وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ
” فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللهِ وَرَغَّبَ فِيهِ، ثُمَّ قَالَ: «وَأَهْلُ بَيْتِي
أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي، أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي،
أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي» فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ: وَمَنْ أَهْلُ
بَيْتِهِ؟ يَا زَيْدُ أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ؟ قَالَ: نِسَاؤُهُ
مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ، وَلَكِنْ أَهْلُ بَيْتِهِ مَنْ حُرِمَ الصَّدَقَةَ
بَعْدَهُ، قَالَ: وَمَنْ هُمْ؟ قَالَ: هُمْ آلُ عَلِيٍّ وَآلُ عَقِيلٍ، وَآلُ
جَعْفَرٍ، وَآلُ عَبَّاسٍ قَالَ: كُلُّ هَؤُلَاءِ حُرِمَ الصَّدَقَةَ؟ قَالَ:
نَعَمْ
“Pada satu hari Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah berdiri dan berkhutbah di sebuah mata air
yang disebut Khumm atara Makah dan Madinah, beliau
memuji Allah, menasehati, dan setelah itu beliau bersabda : “Ketahuilah wahai
sekalian manusia, aku hanyalah manusia biasa, hampir datang seorang utusan
Rabbku dan aku akan memenuhinya, aku tinggalkan kalian dua pedoman, yang
pertama Kitabullah, didalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, maka ambilah
Kitabullah itu, berpegang teguhlah. Beliau mendorong dan menghimbau pengamalan Al-Qur’an, Lalu beliau melanjutkan : “Dan terhadap ahli
baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku”, beliau mengulang
ucapannya sampai tiga kali”. Husain berkata : “Siapa ahli bait Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, wahai Zaid? Bukankah istri-istrinya termasuk ahli baitnya?”
Zaid Radhiyallahu ‘anhu menjawab : “Ya, istri-istri beliau termasuk ahli bait
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi ahli baitnya adalah orang-orang
yang haram menerima shadaqah setelahnya” (HR. Ahmad 19265, Muslim 2408).
Disebutkan pula dalam hadits Ibnu Abi Mulaikah, dia
berkata:
أَنَّ خَالِدَ بْنَ سَعِيدٍ، بَعَثَ
إِلَى عَائِشَةَ بِبَقَرَةٍ مِنَ الصَّدَقَةِ، فَرَدَّتْهَا، وَقَالَتْ: «إِنَّا
آلَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَحِلُّ لَنَا الصَّدَقَةُ»
Bahwasanya Khalid
bin Sa’id pernah diutus untuk memberikan seekor sapi hasil zakat kepada
‘Aisyah, namun ia menolaknya seraya berkata : “Sesungguhnya
keluarga Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak dihalalkan menerima
zakat“ (HR. Ibnu Abi Syaibah 10708 dengan sanad shahih).
Syaikh Shalih Al Munajd berkata, “Adapun Istri-istri Nabi shallallahu alaihi wasallam,
dalam pendapat yang Raajih (yang paling benar), maka sesungguhnya mereka
termasuk dalam keluarga Nabi Shallallahu Alaihi wa sallam.
Hal ini seperti ucapan para Malaikat
kepada bunda Sarah istri Nabi Ibrahim Alaihi As-Salaam: (رَحْمَتُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ
حَمِيدٌ مَجِيدٌ)“ Rahmat dan Berkah Allah bagi kalian
Ahlul Bait (keluarga Ibrahim) sesungguhnya Allah maha terpuji dan maha
pemurah.” (QS. Hud [11]:73).
Adapun Hadits
tentang Budak-budak yang dimerdekakan juga termasuk keluarga Nabi shallallahu alaihi
wasallam, sebagaimana yang diriwayatkan dari mahran bekas budak Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّا آلُ مُحَمَّدٍ لَا تَحِلُّ لَنَا الصَّدَقَةُ
وَمَوْلَى الْقَوْمِ مِنْهُمْ "
“Sesungguhnya kami keluarga
Muhammad tidak halal bagi kami menerima Shadaqah demikian juga para budak-budak
yang dimerdekakan dari mereka ( keluarga Muhammad ). ” (HR. 15708, Ibnu Abi
Syaibah 570).
(Syaikh Shalih Al
Munajid, Islam qa).
2. Nasab Rasulullah tidak terputus sampai hari kiamat.
Hal
ini dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ
اصْطَفَى مِنْ وَلَدِ إِبْرَاهِيمَ إِسْمَاعِيلَ وَاصْطَفَى مِنْ وَلَدِ
إِسْمَاعِيلَ بَنِي كِنَانَةَ وَاصْطَفَى مِنْ بَنِي كِنَانَةَ قُرَيْشًا
وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ.
“Sesungguhnya
Allah memilih Kinanah dari keturunan Isma’il dan Allah memilih Quraisy dari
keturunan Kinanah. Allah memilih Bani Hasyim dari Quraisy dan Allah memilih aku
dari keturunan Bani Hasyim” (HR. Muslim 2276,
Ahmad 16986, Tirmidzi 3605).
كُلُّ سَبَبٍ وَنَسَبٍ مُنْقَطِعٌ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ إِلَّا سَبَبِي ونَسَبي.
“Semua
sebab dan nasab akan terputus pada hari Kiamat kecuali sebabku dan nasabku” (HR
Thabari dalam Mu’jam Kabir 2633, Al Baihaqi 13394, Syaikh al-Albani berkata shahih,
dalam Shahihul Jami’ 4527).
Ummu
Salamah radhiyallahu ’anha, beliau pernah mendengar
Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
الْمَهْدِيُّ
مِنْ عِتْرَتِي، مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ.
“Mahdi
muncul dari anak keturunanku, melalui jalur keturunan Fathimah.” (HR. Abu
Dawud 4284 dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam shahih Sunan Abu Dawud 3603).
Yang
dimaksud yaitu keturunanku, sebagaimana penjelasan di dalam Syarah Sunan Abu
Dawud Syaikh Abdul Muhsin al-Badr.
لَا
تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي،
يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي.
“Dunia ini tak akan berakhir
sampai jazirah Arab dikuasai oleh seorang dari ahli baitku. Namanya menyamai
namaku.” (HR. Ahmad 4098, Tirmidzi 2230, Abu Dawud 4282, dishahihkan
Syaikh al-Albani di dalam Shaihu al-Jami’ 5304).
3.
Keutamaan Ahlul bait Nabi.
1)
Nasab mereka tetap ada sampai hari kiamat.
(sebagaimana hadits di atas).
2)
Mereka dibersihkan Allah dari dosa, ada juga
yang menyebutkan dibersihkan dari keburukan, hal ini sebagaimana penjelasan ahli tafsir (QS. Al-Ahzab [33]:33).
3)
Mereka tidak menerima shadaqah.
إِنَّ
اَلصَّدَقَةَ لَا تَنْبَغِي لِآلِ مُحَمَّدٍ, إِنَّمَا هِيَ أَوْسَاخُ اَلنَّاسِ
“Sesungguhnya shadaqah itu
tidak pantas bagi keluarga Muhammad, hanyalah shadaqah itu untuk orang-orang
yang kotor” (HR. Muslim 1072, Ahmad 17518, 2985).
4)
Tapi
mereka boleh mendapatkan ghanimah (rampasan perang) dan harta fai (tanpa
peperangan).
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِنْ
شَيْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ
وَابْنِ السَّبِيلِ.
“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai
rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, kerabat rasul,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil” (QS. Al-Anfal [8] : 41).
5)
Kita diperintahkan
untuk menjaga dan memuliakan mereka sebagaimana hadits Gadir khum di atas.
Dari ‘Ali bin
Abi Thalib, dia mengatakan:
وَالَّذِي فَلَقَ الْحَبَّةَ، وَبَرَأَ
النَّسَمَةَ، إِنَّهُ لَعَهْدُ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِلَيَّ: «أَنْ لَا يُحِبَّنِي إِلَّا مُؤْمِنٌ، وَلَا يُبْغِضَنِي إِلَّا
مُنَافِقٌ.
“Demi Dzat yang membelah biji-bijian dan
melepaskan angin. Sesungguhnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah
berjanji kepadaku bahwasannya tidak ada yang mencintaiku kecuali ia seorang
mukmin, dan tidak ada yang membenciku kecuali ia seorang munafiq”
(HR. Muslim 78).
Memuliakan
keluarga nabi ini telah semenjak dulu dilakukan para sahabat.
قَالَ
أَبُو بَكْرٍ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَرَابَةُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَبُّ إِلَيَّ أَنْ أَصِلَ مِنْ قَرَابَتِي
Abu Bakr
ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu berkata “Demi Zat yang
jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kerabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam lebih aku sukai untuk aku sambung (silaturahmi) daripada kerabatku
sendiri.” (HR. Bukhari 3712, 40035, Muslim 1759).
hal semakna juga
dilakukan sahabat yang lain, sebagaimana Umar bin Khatab, dan sahabat lainnya.
Begitu pula Khalifah Umar bin Abdul Aziz:
Abdullah bin Hasan bin Husain bin Ali bin Abi Thalib pernah
masuk menemui Umar bin Abdul Aziz dalam suatu keperluan, lantas Umar bin Abdul
Aziz berkata: “Apabila engkau mempunyai kebutuhan kepadaku, maka kirimlah
utusan atau tulislah surat, karena aku malu kepada Allah apabila Dia melihatmu
di depan pintu rumahku” (Asy-Syifa 2/608).
Syaikhul Islam rahimahullah berkata : “Ahlus Sunnah wal
Jama’ah mencintai ahli bait dan berloyalitas kepada mereka. Ahlus Sunnah selain
menjaga wasiat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berkata pada hari
Ghodir Khum : Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku” (Syarah
Al-Aqidah Al-Washitiyyah 2/273).
Hal ini
dibahas di dalam kitab-kitab para ulama yang lain, seperti Mujmal Usul Ahli
Sunnah Wal Jama’ah fil ‘Aqidah.
Syaikh DR.
Nasyir ‘Abdul Karim al’aql beliau berkata:
Termasuk bagian dari agama adalah mencintai ahlul bait
Rasulullah, membela mereka, menghormati kedudukan mereka; dan mengakui
keuatamaan isteri- isteri beliau yang Allah tetapkan sebagai ummahatul
mukminin.
4. Haram mengaku-ngaku
keturunan Rasulullah.
Larangan keras mengaku-ngaku keturunannya.
مَنِ ادَّعَى نَسَبًالَا يَعْرِفُ
كَفَرَبِاللَّهِ وَمَنِ اتْتَفَى مِنْ نَسَبٍ وَاِنْ دَقَّ كَفَرَبِاللَّهِ.
“Barangsiapa
mengaku-ngaku nasab (keturunan) yang dia sendiri tidak mengetahuinya, maka jadi
kafirlah ia kepada Allah. Dan barangsiapa mengingkari nasab walaupun samar
nasab itu, maka kafirlah ia kepada Allah.” (HR. Thabarani)
5. Larangan meminta-minta
berkah kepada mereka.
Adapun meminta
doa dibolehkan.
Demikianlah semoga
bermanfaat.
-----000-----
Junaedi
Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar