Setiap orang
menghendaki surga namun mereka tak pernah mempelajari sungguh-sungguh bagaimana
agar bisa masuk surga dengan selamat. Berikut ini diantara caranya:
- Beribadah kepada Allah semata.
Allah ta’ala berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ
شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى
وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ
بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا
يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا.
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua
orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat
dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki.
Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS.
An-Nisa’ [4]:36.
Beribadah
kepada Allah semata, menafikan kesyirikan.
Kesyirikan
menyebabkan seseorang terhalangi dari surga.
Allah
ta’ala berfirman:
وَلَوْ
أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
“Sekiranya mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang
telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am [6]:88).
Terhalangi dari
ampunan Allah ta’ala.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ
ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. An-Nisa [4]:48, 116).
قَالَ اللَّهُ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ
عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
“Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,’Aku
tidaklah butuh adanya tandingan-tandingan. Barangsiapa yang mengerjakan suatu
amal dalam keadaan menyekutukan Aku dengan selain Aku, maka Aku akan
meninggalkan dia dan perbuatan syiriknya itu.’” (HR. Muslim 7666)
- Beribadah sesuai dengan sunnah Nabi tidak
berbuat bid’ah.
Allah ta’ala
berfirman:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ
فَانْتَهُوا.
“Apa yang
datang dari Rasul maka ambillah, dan apa yang kalian dilarang darinya
tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr [59]:7).
Mengamalkan apa yang tidak ada tuntunannya akan tertolak.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا
مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ
أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.
“Barangsiapa yang menciptakan dalam perkara kami ini apa-apa yang bukan merupakan bagian darinya, maka hal tersebut ditolak.” “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Bukhari 2697, Muslim 1718).
3.
Berbakti kepada kedua orang tua dan tidak durhaka.
Allah ta’ala berfirman:
إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا
قَوْلًا كَرِيمًا.
“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” ucapkanlah perkataan yang mulia.” (QS. Al Israa’ [17]: 23).
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا.
“Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua.”
(QS. An-Nisa’ [4]:36).
لَا
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌّ، وَلَا مُدْمِنُ خَمْرٍ، وَلَا مُكَذِّبٌ بِقَدَرٍ.
“Tidak
masuk surga anak yang durhaka, pecandu khamr (minuman keras) dan orang yang
mendustakan qadar” (HR. Ibnu Hibban 3384, Nasai 4895 dan di Hasankan oleh Syaikh
al-Albani di dalam As Shahihah 675).
4.
Tidak memutukan silaturahmi.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ يَعْنِي قَاطِعَ
رَحِمٍ.
“Tidak akan masuk surga orang
yang memutuskan, yaitu memutuskan silaturahmi.” (HR. Bukhari 5984, Muslim 2556)
5.
Tidak menyakiti tetangga, hal ini bisa menyebabkan masuk neraka.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ
وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لاَ
يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائقَهُ.
"Demi Allah, seseorang tidak akan beriman (di ucapkan
tiga kali).” Para sahabat bertanya: “Siapakah dia Wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab: “Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR.
Bukhari 6016, Ahmad 8432, Abu dawud 1437).
6.
Tidak berbuat kesombongan.
Allah ta’ala
berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا
فَخُورًا.
“Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong
dan membanggakan diri.” (QS. An-Nisa’ [4]:36).
Dari
Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ
ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ
حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قَالَ : إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ
بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.
“Tidak akan masuk surga orang yang ada kesombongan seberat biji
sawi di dalam hatinya.” Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya semua orang
senang bajunya bagus, sandalnya bagus, (apakah itu kesombongan?”) Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya Allâh Maha Indah dan
menyintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan
manusia”. (HR. Muslim 2749).
7.
Berbuat baik kepada manusia dan tidak berbuat dzhalim.
Allah
ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالْإِحْسَانِ.
“Sesugguhnya Allah memerintahkan agar berbuat adil dan
berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl [16]:90).
8.
Memberikan maaf kepada manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar