Ada beberpa hal yang harus dilakukan bagi seseorang yang ingin mendulang kebahagiaan secara haqiqi, diantaranya :
1. Hendaknya menyadari menikah adalah
ibadah.
Allah
ta’ala berfirman:
فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ
النِّسَاءِ…
Maka
nikahilah perempuan-perempuan (lain) yang kalian senangi, QS Anisa[4]:3.
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ
لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم
مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ.
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang." QS Ar-Rum [30]:21.
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ
مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ
لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ
وِجَاءٌ.
“Wahai
para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena
menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan
barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa dapat
menekan syahwatnya(menjadikan tameng).” HR. Bukhari 5066 Muslim 1402.
اَلنِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِي فَمَنْ
لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي.
“Menikah
adalah sunnahku. Barangsiapa yang enggan melaksanakan sunnahku, maka ia bukan
dari golonganku.” HR Ibnu Majah 1846 Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah
2383.
تَزَوَّجُوْا فَإِنِّي مُكَاثِرٌ
بِكُمُ اْلأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَـامَةِ.
“Menikahlah,
karena sesungguhnya aku akan membangga-banggakan jumlah kalian kepada umat-umat
lain pada hari Kiamat.” HR. Al-Baihaqi (VII/78) dan dikuatkan oleh Syaikh
al-Albani dalam kitab ash-Shahiihah.
Yang
namanya ibadah harus ikhlas.
2.
Menguatkan iman.
1)
Interaksi dan komunikasi yang baik.
2)
Dengan belajar agama.
3)
Saling mengingatkan kebaikan dengan cara yang naik.
4)
Saling berlomba di dalam kebaikan.
3.
Menjaga dan menyambung silaturahmi.
Yang
paling besar yaitu kepada orang tua.
Allah
ta'ala
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًاوَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا.
“Dan
berbuat-baiklah kepada kedua orang tua.” (QS. An-Nisa’ [4]:36).
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌّ،
وَلَا مُدْمِنُ خَمْرٍ، وَلَا مُكَذِّبٌ بِقَدَرٍ.
“Tidak
masuk surga anak yang durhaka, pecandu khamr (minuman keras) dan orang yang
mendustakan qadar” (HR. Ibnu Hibban 3384, Nasai 4895 dan di Hasankan oleh
Syaikh al-Albani di dalam As Shahihah 675).
4.
Menunaikan haq dan kewajiban.
5.
Memberi nafkah yang halal.
Allah
ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا
طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ
مُبِينٌ.
“Wahai
manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang
nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah[2]:168).
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي
الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ
سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ.
“Dialah
(Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu.” QS.
Al-Baqarah[2]:29).
Allah
menanggung semua rezki makhluk.
Allah
ta’ala berfirman:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرض إِلا
عَلَى الله رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي
كِتَابٍ مُبِينٍ.
“Dan
tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.
Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Al Lauh Al Mahfuz).” (QS. Hud[11]:
6).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ هَرَبَ مِنْ
رِزْقِهِ كَمَا يَهْرُبُ مِنَ الْمَوْتِ لَأَدْرَكَهُ رِزْقُهُ كَمَا يُدْرِكُهُ
الْمَوْتُ.
“Seandainya
anak Adam lari dari rezekinya sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya
rezekinya akan mendatanginya sebagaimana kematian mendatanginya.” (HR. Abu
Na’im di dalam Hilyah Auliya 7/90 , dishahihkan Syaikh al-Albani dalam
ash-Shahihah: 952).
6.
Bersyukur.
Allah
ta’ala berfirman:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ.
“Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim
[14]:7).
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ
اللَّهِ.
“Dan
apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)”. (Qs. An
Nahl [16]: 53).
Agar
seseorang tumbuh rasa syukur hendaknya melihat orang dibawah kita.
اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ
مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ
لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.
“Lihatlah
kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di
atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat
Allah yang berikan kepadamu” (HR Bukhari 6490 Muslim 2963).
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ
، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ.
“Tidaklah
kaya itu diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Akan tetapi yang dikatakan
kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari 6446 Muslim 1051).
7.
Hendaknya bersabar dalam setiap masalah.
Allah
ta’ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا
اسۡتَعِيۡنُوۡا بِالصَّبۡرِ وَالصَّلٰوةِ ؕ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيۡنَ
Wahai
orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.( QS. Al-Baqarah [2]:153.
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ
بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ.
“Shalat
adalah cahaya, sedekah merupakan bukti, sabar itu penerang, sementara Al-Quran
bisa menjadi pembelamu atau sebaliknya, menjadi penuntutmu.” HR. Muslim 223.
8. Hendaknya bertaqwa
Allah
ta'ala berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ
مَخْرَجًا . وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ.
“
Barang siapa bertaqwa kepada Allah, Allah akan memberinya jalan keluar, dan
memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangka. (QS. At-Thalaq[65]:2-3).
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ،
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
“Bertaqwalah
kepada Allah di mana saja engkau berada dan iringilah sesuatu perbuatan dosa
(kesalahan) dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah
sesama manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR. Tirmidzi dishahihkan Syaikh
al-Albani).
9.
Menjauhkan dari kemaksiatan.
Apapun
bentuk maksiat merupakan racun bagi hati, merusak kehidupan rumah tangga.
Allah
ta'ala berfirman:
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا
تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا
كَرِيمًا
Jika
kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang di larang kamu
mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang
kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia. QS.4.An-Nisaa:31.
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً
أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ
وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ, وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا
وَهُمْ يَعْلَمُونَ.
Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengumpuni dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui. QS Al Imran
[3]:135.
10.
Kesuksesan yang sesungguhnya adalah dengan membawa keluarga masuk surga.
Allah
ta’ala berfirman:
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا
وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ.
“(yaitu)
surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari
bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.” (QS. Ar-Ra‘du[13]: 23)
Ibnu
Katsir rahimahullah mengatakan: “Allah menghimpunkan mereka bersama
kekasih-kekasih mereka di dalam surga, yaitu bapak-bapak mereka, keluarga
mereka, dan anak-anak mereka yang layak untuk masuk surga dari kalangan kaum
mukmin, agar hati mereka senang. Sehingga dalam hal ini Allah mengangkat
derajat orang yang berkedudukan rendah ke tingkat tinggi sebagai anugerah
dari-Nya dan kebajikan-Nya, tanpa mengurangi derajat ketinggian seseorang dari
kedudukannya. Hal ini sama dengan yang diungkapkan oleh Allah ta’ala dalam
firman-Nya:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ
ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ.
“Dan
orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga).”
(QS. Ath-Thur[52]: 21),
Demikianlah
semoga bermanfaat.
Sragen
21-02-2024.
Junaedi
Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar