Seiring dengan berjalannya waktu, jauhnya masa kenabian, sedikitnya ilmu,
banyaknya para penyeru kesesatan yang mengajak kepada bid’ah dan penyimpangan,
begitu pula merebaknya orang islam mengikuti orang-orang kafir, baik dalam masalah
adat kebiasaan sehari-hari maupun ritual keagamaan mereka, sehingga mejadikan
orang islam sendiri banyak yang tidak lagi bisa membedakan mana yang masih
jernih, murni dari sumbernya dan mana yang sudah di kotori dan bercampur
kotoran.
Definisi Bid'ah secara Bahasa: adalah sesuatu yang baru, tanpa contoh
sebelumnya.
Seperti firman
Allah ta’ala:
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ.
”Allah
Pencipta langit dan bumi” QS. Al-Baqarah[2]:117.
Adapun menurut istilah yaitu suatu cara dalam beragama yang di buat-buat
yang menyerupai syariat dimaksudkan melakukan hal itu untuk berlebih-lebihan di
dalam ibadah kepada Allah. (Lihat Al i'tisham oleh imam Asy-Syatibi)
Hukum bid’ah di dalam beragama adalah haram, dan bisa membawa
pelakunya kepada kefasikan dan kekafiran.
Bid’ah juga telah banyak menjurus ke berbagai lini di dalam
agama ini, terutama di dalam aqidah dan juga ibadah.
Syariat ini sudah sempurna, mudah, meringankan, jelas, terang
benderang sebagimana Allah ta'ala sebutkan:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ
لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلَامَ دِينًا.
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan
telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama
bagimu …” (Al-Maaidah[5]: 3)
Begitu pula
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah bersabda:
تَرَكْتُكُمْ عَلَى
الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ.
“Aku tinggalkan kalian dalam keadaan terang-benderang, siangnya
seperti malamnya. Tidak ada yang berpaling dari keadaan tersebut kecuali ia
pasti celaka.” (HR. Ahmad 4/126 di shahihkan Syaikh al-Albani di dalam
as-Shahihah 2/648)
Namun apa yang telah jelas dan terang benderang ini masih terasa
gelap bagi orang yang di sesatkan Allah, menjadikan kebingungan bagi pelaku
bid'ah, sehingga mereka memeras otaknya untuk menciptakan bid'ah-bid'ah yang
bisa di terima oleh masyarakat dan di benarkan oleh orang awam, oleh karena itu
mereka terus-menerus mencari apa yang dianggap bisa medukung dan membenarkan
pendapatnya.
Sebagai bentuk nasehat kepada umat, kita akan jelaskan
subhat-subhat tersebut in syaa Allah.
Di antara
subhat ahli bid'ah:
1. Pelaku
bid'ah menganggap baik perbuatan bid'ahnya tersebut.
Jawab:
Kalau pelaku bid’ah mau jujur mereka akan mengakui bahwa akal manusia itu
terbatas, dia tidak mengetahui mana yang membawa kebaikan dan mana yang membawa
keburukan kecuali butuh bimbingan wahyu, seandainya mereka mengatakan saya tahu
hal ini adalah baik tanpa membutuhkan wahyu berarti dirinya telah menjadikan
akalnya sebagai tuhan sebagaimana firman Allah ta’ala:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ
اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ.
''Maka, pernahkah kamu melihat orang yang telah menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya.''
(QS Al-Jatsiyah [45]:23)
Untuk mengatakan ini baik ini buruk, ini berpahala, ini dosa,
ini halal ini haram butuh bimbingan wahyu bukan ranahnya akal, oleh karena itu
Allah ta’ala berfirman:
وَلاَ تَقُولُوا لِمَا
تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلاَلٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا
عَلَى اللهِ الْكَذِبَ.
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadapa apa yang disebut-sebut
oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah”. (QS. An-Nahl [16]: 116)
Dahulu ada tiga orang yang mendatangi umul mukminin dan bertanya tentang ibadah
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam.
قَالَ أَحَدُهُمْ:
أَمَّا أَنَا فَأُصَلِّيْ اللَّيْلَ أَبَداً، وَقَالَ الْآخَرُ: وَأَنَا أَصُوْمُ
الدَّهْرَ أَبَداً وَلَا أُفْطِرُ، وَقَالَ الْآخَرُ: وَأَنَا أَعْتَزِلُ
النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَداً فَجَاءَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ، فَقَالَ: أَنْتُمُ الَّذِيْنَ قُلْتُمْ كَذَا
وَكَذَا ؟ أَمَا وَاللهِ إِنِّيْ لَأَخْشَاكُمْ لِلهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ،
لَكِنِّيْ أَصُوْمُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ،
فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِيْ فَلَيْسَ مِنِّيْ.
”Salah seorang dari
mereka mengatakan, “Adapun saya, maka saya akan shalat malam selama-lamanya.”
Lalu orang yang lainnya berkata, “Adapun saya, maka sungguh saya akan puasa
terus menerus tanpa berbuka.” Kemudian yang lainnya lagi berkata, “Sedangkan
saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan menikah selamanya.”
Kemudian, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi
mereka, seraya bersabda, “Benarkah kalian yang telah berkata begini dan begitu?
Demi Allah,sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan
paling taqwa kepada-Nya di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku juga
berbuka (tidak puasa), aku shalat (malam) dan aku juga tidur, dan aku juga
menikahi wanita. Maka, barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak
termasuk golonganku.” ( HR. Bukhari 5063 muslim 1401)
Mereka para sahabat sebaik-baik umat, sebelum mendapat teguran
dari Rasulullah sallallhu ‘alaihi wa sallam mereka menganggap apa yang akan di
lakukan itu merupakan kebaikan akan tetapi itu bukan kebaikan menurut
Rasulullah dan keliru sehingga membutuhkan bimbingan wahyu dari nabi sallallahu
‘alaihi wa sallam, akankah orang yang mebuat bid’ah sekarang berkata, apa yang
kita lakukan sekarang lebih baik dari tiga orang tersebut….?
Kalau pelaku
bid’ah sekarang berkata, yang kita lakukan ini dzikir kepada Allah, membaca
Al-Qur’an mana jeleknya…?
Mereka bisa
mengaca yang di lakukan sahabat tersebut, mereka itu shalat… mana jeleknya…?
Ataukah mereka berkata, “ Kalau yang kita lakukan ini pasti benarnya.”
Alangkah
beraninya mereka, memastikan sesuatu yang tidak mereka ketahui hakekatnya.
Kalau mereka jujur mereka telah mengikuti hawa nafsunya, orang seperti ini
hendaknya segera bertaubat kepada Allah ta'ala.
Demikianlah
semoga bermanfaat. In syaa Allah bersambung.
---------00000--------
Sragen
30-10-2021.
Junaedi
Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar