Orang tua
merupakan lantaran seseorang ada di dunia ini, demikian pula perjuangan orang
tua sangat berat sehingga Allah perintahkan manusia berbakti kepada orang
tuanya.
Berbakti kepada
orang tua adalah ibadah yang agung sampai-sampai Allah perintahkan setelah hamba
menunaikan haq-Nya.
Allah ta’ala
berfirman:
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا.
“Dan hendaklah kamu
beribadah hanya kepada Allah dan janganlah mempersekutukan dengan
sesuatu apapun juga dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapak,” (QS. An Nisaa’ [4]: 36)
Rasulullah sallallahu ‘alaihi
wa sallam ditanya:
أَيُّ
الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قُلْتُ:
ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ
الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ.
“Amalan apakah yang di
cintai Allah?” Beliau bersabda: “Shalat pada waktunya” “Kemudian apa” “Berbakti
kepada orang tua” “Kemudian apa” “Jihad di jalan Allah.” (HR. Ahmad 3998 Muslim 85).
Semua
interaksi dan komonikasi yang menjadikan orang tua ridha termasuk berbakti,
begitu pula semua interaksi yang menjadikan orang tua murka termasuk durhaka.
Perintah orang
tua hendaknya di tunaikan jika seseorang di beri kemampuan menunaikan degan
syarat selama tidak bermaksiat kepada Allah ta’ala.
Adapun bentuk-bentuk
berbakti kepada orang tua:
1.
Wajah berseri-seri.
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ
شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلِقٍ
“Janganlah
engkau meremehkan suatu kebaikan, walaupun sekedar bermuka manis ketika engkau
bertemu dengan saudaramu.” (HR. Muslim2626)
2.
Bertutur kata lemah lembut.
Allah ta’ala
berfirman:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا
قَوْلًا كَرِيمًا.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al Israa’ [17]: 23)
3.
Mendakwahi orang tua apa bila belum mendapatkan
hidayah.
Sebagaimana
nabi Ibrahim beliau mendapati orang tuanya dalam keadaan musyrik beliau
mendakwahinya:
Allah ta’ala
berfirman:
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ
مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا.
“ Ingatlah
ketika ia Berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, Mengapa kamu menyembah
sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu
sedikitpun.” (QS. Maryam
[19]: 42)
4.
Mentaatinya selama tidak maksiat kepada Allah taa’ala.
Allah ta’ala
berfirman:
وَإِنْ جَاهَدَاكَ
عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا
وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا.
"Dan
jika keduanya memaksamu mempersekutukan sesuatu dengan-Ku yang tidak ada
pengetahuanmu tentang Aku maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik.” (QS. Lukman [31]: 15).
Asbaabun
nuzul ayat ini berkaitan dengan Sa’ad bin Abi Waqas dan ibunya Hamnah. Yang meminta
Sa’ad untuk kembali kepada agama jahiliyah namun beliau enggan. (Lihat tafsir
Ibnu katsir QS. Luqman[31]15)
لاَ طَاعَةَ فَيٍ
مَعْصِيَةِ اللهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوْفِ
“Tiada kewajiban untuk taat (kepada seseorang) yang
memerintahkan untuk durhaka kepada Allah Kewajiban taat hanya pada hal yang
ma’ruf.”
5.
Memperhatikan kebutuhan orang tua.
Dari tenaganya, mungkin membutuhkan dirinya.
Dari tempat tinggalnya, layak atau tidak.
Dari merawat kesehatannya, mebutuhkan pengobatan
atau tidak.
Dari keperluannya sehari-hari.
Dari kedekatannya, mungkin membutuhkan
kehadirannya.
Ini semua
masuk dalam firman Allah ta’ala:
وَصَاحِبْهُمَا فِي
الدُّنْيَا مَعْرُوفًا.
“Dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik.” (QS. Lukman [31]: 15).
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رَغِمَ اَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ اَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ اَنْفُ
قِيْلَ: مَنْ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ اَدْرَكَ اَبَوَيْهِ عِنْدَ
الْكِبَرِاَحَدُهُمَااَوْكِلَيْهِمَافَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ.
“Dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: celaka, celaka, Dia celaka, Lalu beliau ditanya orang,
Siapakah yang celaka, ya Rasulullah? Jawab Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam, Siapa yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia
lanjut), atau salah satu dari keduanya, tetapi dia tidak memasukkannya ke dalam
surga.” (HR. Muslim 2551).
رِضَى
الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ.
“Ridha Rabb tergantung ridha orang tua, dan murka Allah tergantung
murka orang tua”. (HR. Tirmidzi 1899 dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani di dalam Ash-Shahihah 516).
Yaitu dengan merawat orang tua dengan sebaik-baiknya.
6.
Ijin ketika hedak berjihad atau melakukan sesuatu
yang besar.
Jangan
sampai membuat orang tua kecewa.
7.
Mendahulukan orang tua dibandingkan anak istrinya.
Sebagaimana
kisah tiga orang yang terjebak di dalam gua.
8.
Menjaga hubungan baik orang-orang yang dekat dengan
orang tua.
Ditanyakan
kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam.
يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ
شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ نَعَمْ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا
وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ
الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا.
“Wahai Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam,
apakah masih ada cara berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya
meninggal?” Beliau sallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Ya, dengan
mendoakannya, memintakan ampun untuknya, melaksanakan janjinya (wasiat),
menyambung silaturahmi yang tidak bisa disambung kecuali melalui jalan mereka
berdua, dan memuliakan teman-temannya.” (HR Abu Dawud 5142 tetapi hadits ini
didho’ifkan syaikh al-Albani)
9.
Mendoakan kebaikan orang tua.
Hendaknya
mendoakan orang karena Allah ta’ala mengajarkan demikian.
وَقُلْ
رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا.
“Katakanlah, “Ya Tuhanku kasihanilah
kedua orang tuaku sebagaimana mereka mengasihi aku di waktu kecil.” (QS.
Al-Israa’[17]:24).
Adapun durhaka
kepada orang tua diantaranya:
1. Wajah
ceberut, manyun dan membelalakkan mata.
2. Berkata
kasar, seperti:
Berani memukul
orang tua, membentak atau ucapan, “Ah, hee, hus, bodoh, tuli, tua bangka,
bengak, kolot, crewet, rewel, keras kepala, bahu tanah, buta, pikun atau menyebut anggota badan seperti: telinga,
mata, mulut, hidung.
3.
Membiarkan orang tua di dalam kekafiran atau
kemusyrikan.
4.
Tidak mentaatinya meskipun di dalam kebaikan.
5.
Tidak menghiraukan orang tua yang berada dalam
kesusuahan.
6.
Mengusir orang tua.
7.
Tidak mengakui orang tuannya.
8.
Tidak mau mengunjungi orang tua.
9.
Mementingkan istri dan anak-anaknya.
10.
Tidak menyambung silaturahmi kepada kerabat orang
tua.
11.
Membebani orang tua dengan permintaan yang tidak di
sanggupi.
Hendaknya kita
takut kepada Allah apa bila orang tua kita sampai berdoa buruk kepada kita.
Rasulullah sallallahu’alaihi
wa sallam bersabda:
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ:
دَعْوَةُ الْوَالِدِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ.
“Ada tiga do’a yang mustajab, tidak ada keraguan tentang hal
itu; do’a orang tua (untuk anaknya), do’a musafir, dan do’a orang terdzalimi.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, dihasankan
oleh Syaikh Al-Albani).
Demikianlah semoga
bermanfaat.
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar