Meluruskan makna fitnah.
Fitnah
yang terdapat pada masyarakat kita yaitu tuduhan dusta yang tidak di sertai
bukti (lihat KBBI).
Adapun
yang dimaksudkan fitnah di dalam firman Allah ta’ala:
وَالْفِتْنَةُ أَكبَرُ
مِنَ الْقَتْلِ
“…dan
fitnah lebih kejam dari pembunuhan” (QS Al Baqarah 2:191).
Para ulama menafsirkan dalam tafsir muyassar dan lainnya bahwa al-fitnah dalam
ayat ini bermakna kekafiran, kesyirikan dan perbuatan mereka yang
menghalang-halangi manusia dari islam.
PENGERTIAN FITNAH
Fitnah dari sisi bahasa yaitu melelehkan emas dan perak untuk memisahkan yang baik dan buruk.
Adapun secara istilah fitnah yaitu “Al
ikhtibaru” ujian atau cobaan untuk menyingkap hakekat keaslian sesuatu.
Adapun
kalimat fitnah dalam dalam Al Qur’an memiliki banyak arti diantaranya:
Syirik, seperti:
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ
لِلَّهِ.
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak
ada fitnah dan agama hanya bagi Allah semata.” (QS. Al-Baqarah[2]:193).
Azab.
ذُوقُوا فِتْنَتَكُمْ
هَذَا الَّذِي كُنتُم بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ.
"Rasakanlah
azabmu itu. Inilah azab yang dulu kamu minta untuk disegerakan." (Ad Dzariyat [51]:14).
Cobaan.
إِنَّ
الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا
فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ.
“Sesungguhnya
orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mu'min laki-laki
dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam
dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.” (QS. Al-Buruj [85]:10).
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا
أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ.
“Dan
ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS Al Anfal[8]:28).
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ
يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ.
“Maka
hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat
cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An Nur[24]:63).
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Maksud dari menyelisihi perintah rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam, jalanNya, manhajNya, thariqahNya, sunnahNya, dan syariatNya, Maka dari itu, semua ucapan dan perbuatan wajib ditimbang dengan ucapan dan perbuatan beliau sallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila sesuai dengan ucapan dan perbuatan beliau, diterima, dan apabila berbeda atau menyelisihinya, tertolak dan kembali kepada pengucap dan pelakunya, siapa pun dia.”
Adapun sebagai bekal untuk menghadapi berbagai macam bentuk fitnah yaitu:
1.
Menuntut ilmu.
Orang
yang ingin terhindar dari fitnah, wajib baginya untuk menuntut ilmu, karena
ilmu ibarat mata bagi jasad, yang berfungsi mengambil manfaat, dan menghindari
apa yang membahayakan, oleh karena itu Allah memerintahkan dan memuji
orang-orang yang menuntut ilmu.
Allah ta’ala berfirman:
يَرْفَعِ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ.
“Allah akan mengangkat derajat
orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang orang yang di beri ilmu
dengan beberapa derajat.” ( QS Al-Mujadilah[58]:11)
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ
يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ
اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ.
“Katakanlah, “Apakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar[39:9).
اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ
عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤا.
“Hanya saja yang
takut kepada Allah dari sekian hamba-Nya adalah ulama.” (QS. Fatir[35]:28).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ
فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap
muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dishahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if
Sunan Ibnu Majah 224)
مَنْ
يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ.
“ Barangsiapa yang Allah kehendaki
kebaikan baginya maka Allah akan memberikan kefaqihan (pemahaman) agama
baginya.“ (HR. Bukhari 71, 3116, Muslim 1037)
Hendaknya
mempelajari ilmu yang berkaitan dengan usul iman (pokok-pokok keimanan),
seperti rukun iman yang enam tentang ibadah seperti: wudhu, shalat,
zakat (karena ini di lakukan setiap waktu), begitu pula puasa dan haji jika
telah mampu, berkaitan dengan muamalah seseorang, seperti:
pinjam-meminjam hukum jual beli dan lain-lain. Semua ilmu-ilmu ini wajib
dipelajari sesuai petunjuk Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para sahabatnya.
Orang
yang berilmu dengan ijin Allah ta’ala akan mampu menyingkap hakekat sesuatu
tersebut, dan ini sangat di butuhkan sekali terutama pada jaman sekarang ini,
yang mana manusia sulit membedakan mana benar dan mana yang salah.
2.
Senantiasa menjaga keimanannya.
Hendaknya
seseorang senantiasa menjaga dan menyirami ruhnya dengan keimanan, baik
mendengarkan kajian, membaca Al Qur’an, hadits, sejarah para sahabat, dan
kisah-kisah yang menggugah jiwanya, tidak berdiam diri, membiarkan dirinya
lemah, sementara fitnah berputar dahsyat dan akan menyeret siapa saja yang lemah
keimananannya, sekalipun dirinya terjatuh di dalam kemaksiatan hendaknya segera
bangkit agar tidak terseret kepada tempat yang lebih dalam sehingga dirinya
binasa oleh kemaksiatan-kemaksiatannya.
Ketika
muncul fitnah maka keimanan yang benar ini akan menjadi perisai bagi dirinya,
oleh karena itu banyak firman Allah ta’ala dan juga apa yang di sebutkan
di dalam Sunnah sebagaimana kisah ashabul kahfi, kisah nabi Ibrahim alaihi
sallam, kisah ashabul uhdud (orang-orang yang di bakar di parit), Abu
Muslim al-Khaulani dan sangat banyak lagi, karena keimanannya yang jujur kepada
Allah ta’ala, Allah berikan keselamatan dari berbagai macam fitnah.
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang dajjal:
إِنَّ بَيْنَ عَيْنَيْهِ مَكْتُوبٌ
كَ فَ رَ، يَقْرَؤُهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ مِنْ أُمِّيٍّ وَكَاتِبٍ - يَعْنِي
الدَّجَّالَ.
“Sesungguhnya
diantara kedua matanya tertulis ka fa ra’ yang akan di baca setiap mu’min dari
umatku yakni dajjal.” (HR Ibnu
Hibban 6794, dan di shahihkan syaikh Al Bani As Shahihah 2457).
Keimanan
yang jujurlah yang menyelamatkan dari dajjal.
3.
Segera beramal shalih.
Kita
tidak mengetahui bagaimana akhir kehidupan kita, begitupula fitnah yang akan
menghadang kita, oleh karena itu hendaknya bersegera untuk beramal shalih.
Allah ta’ala
berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَى
مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِينَ.
“Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran[3]: 133).
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
“Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An Nahl [16]:97).
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ
فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي
كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ
مِنْ الدُّنْيَا.
“Bersegeralah
beramal sebelum munculnya fitnah yang datang bagaikan potongan-potongan malam
yang gelap, seseorang dipagi harinya beriman dan disorenya telah menjadi kafir,
atau sorenya masih beriman dan pagi harinya telah menjadi kafir, menjual
agamanya dengan gemerlap dunia. “ (HR.Muslim 186).
4.
Beramar ma’ruf dan nahi mngkar.
Abu Bakar
berkata : “Hai manusia, sesungguhnya kalian membaca ayat ini, tetapi
kalian menempatkan pengertiannya bukan pada tempat yang sebenarnya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ.
“Hai
orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian, tiadalah orang yang sesat itu
akan memberi mudarat kepada kalian apabila kalian telah mendapat petunjuk..” (QS Al-Amaidah[5]:105).
Dan
sesungguhnya aku (Abu Bakar radiallahu ‘anhu) pernah mendengar
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya
manusia itu apabila melihat perkara munkar; lalu mereka tidak mencegahnya, maka
dalam waktu yang dekat Allah ta’ala akan menurunkan siksa-Nya kepada mereka
semua.”
Zainab
bnti Jahsyi bertanya kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam:
يَا رَسُولَ اللَّهِ:
أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ؟ قَالَ: نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الخَبَثُ.
“Apakah kami akan binasa sementara orang-orang shalih masih ada di antara kami?” Beliau menjawab, “Benar, apabila kemaksiatan telah merajalela.” (HR Bukhari 3346 Muslim 2880).
Oleh karena itu Allah ta’ala berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً.
“Dan
takutlah fitnah(bencana) yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim
diantara kalian saja secara khusus.” (QS.Al-Anfal [8]:25).
“Barangsiapa
yang melihat kemungkaran maka hendaklah dia mencegah dengan tangannya,
sekiranya dia tidak mampu, maka dengan lisannya, dan sekiranya dia tidak mampu
(juga), maka dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemah keimanan.” (HR Muslim 49).
Ibnu Taimiyah berkata didalam kitabnya “ Al Amru bil ma’ruf wa nahyu ‘anil mungkar,” “ Hendaknya orang orang yang amal ma’ruf nahi mungkar memiliki tiga sifat: berilmu, lemah lembut, dan bersabar.
Berilmu
agar kita mengetahui dengan benar bahwa hal itu benar-benar mungkar, melakukan
dengan lemah lembut, karena hawa nafsu berat untuk tunduk kepada kebenaran apa
lagi caranya yang kasar dan srampangan, agar bersabar jangan sampai setelah
amal ma’ruf nahi mungkar dirinya justru tidak sabar dan jatuh di dalam kemungkaran.
5.
Memegang sunnah dengan kuat.
Dari Abu
Najih Al Irbadh bin Sariah radhiallahuanhu dia berkata:
وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عليه وسلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ
مِنْهَا الْقُلُوْبُ، وَذَرِفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ، فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ
اللهِ، كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَأَوْصِنَا، قَالَ : أُوْصِيْكُمْ
بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ
عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى
اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ
وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memberikan nasehat kepada kami yang membuat hati kami bergetar dan air mata
kami bercucuran. Maka kami berkata : “Ya Rasulullah, seakan-akan ini merupakan
nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Rasulullah bersabda :
“ Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah azza wa jalla, tunduk dan
patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang
budak. Karena di antara kalian yang hidup (setelah ini) akan menyaksikan
perselisihan yang banyak. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap Sunnahku
dan Sunnah Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah
dengan kuat) dengan gigi graham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang
diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat. ” (HR.Tirmuzi 2676, dia berkata ” hadis hasan
shahih.”)
Berkata Imam
Az-Zuhri rahimahullah:
السُّنَّةُ سَفِينَةُ
نُوحٍ مَنْ رَكِبَهَا نَجَا وَمَنْ تَخَلَّفَ عَنْهَا
غَرِقَ.
“Sunnah
itu bagaikan bahtera Nuh, barang siapa yang menaikinya dia akan selamat barang
siapa yang tertinggal maka akan tenggelam”
Fitnah
bid’ah telah merebak di mana-mana barang siapa ingin selamat hendaknya
berpegang dengan Sunnah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga
para sahabatnya.
Allah ta’ala
berfirman mengancam orang-orang yang menyelisihi Rasul-Nya sallallahu
‘alaihi wa sallam:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ.
“Hendaklah
khawatir orang-orang yang menyelisihi perintahnya(Nabi) kelak mereka akan
ditimpa fitnah ataupun azab yang pedih.” (QS. An-Nur[24]: 63.)
6.
Menjauhi dai-dai yang sesat.
Diantara
kemuliaan generasi awal umat ini selain mengajarkan kebaikan juga menjelaskan
keburukan agar tidak terjerumus di dalam kesesatan, Dari Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiyalahu
‘anhu beliau berkata :
كَانَ النَّاسُ
يَسْأَلُوْنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَ
كُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا
رَسُوْلُ اللهِ أِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرِّ فَجَاءَنَااللَّهُ بِهَذَا
الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ شَرِّ قَالَ نَعَمْ فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ
ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرِ قَالَ نَعَمْ وَفِيْهِ دَخَنٌ قَلْتُ وَمَادَخَنُهُ
قَالَ قَوْمٌ يَسْتَنُّوْنَ بِغَيْرِ سُنَّتِي وَيَهْدُوْنَ بِغَيْرِ هَدْيِي
تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرِّ
قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ
فِيْهَا فَقُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ نَعَمْ قَوْمٌ مِنْ
جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا قثلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ
فَمَاتَرَى إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ
وَإِمَامَهُمْ فَقُلْتُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ
فَاعْتَزِلُ تِلكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ عَلَى أَصْلِ شَجَرَةٍ
حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
“Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah
tentang kebaikan, sedangkaan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan
karena kuatir hal itu menimpaku” Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, dahulu kami
berada dalam keadaan jahiliyah dan keburukan lalu Allah mendatangkan kebaikan
ini, apakah setelah kebaikan ini akan datang keburukan?”
Beliau berkata : “Ya” Aku bertanya : “Apakah setelah keburukan ini akan datang
kebaikan?” Beliau menjawab : “Ya, tetapi didalamnya ada asap”.
Aku bertanya : “Apa asapnya itu ?” Beliau menjawab : “Suatu kaum yang mengambil
tuntunan selain dari tuntunanku, dan mengambil petunjuk kepada selain
petunjukku. Engkau akan mengenal mereka dan engkau akan mengingkarinya” Aku
bertanya : “Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan lagi ?” Beliau menjawab
:”Ya, (akan muncul) para dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam, barangsiapa
yang mengikuti seruannya, mereka akan menjerumuskannya ke dalam neraka”
Aku bertanya : “Ya Rasulullah, sebutkan cirri-ciri mereka kepada kami ?”
Beliau menjawab : “ Suatu kaum yang kulit-kulit mereka seperti kulit kita, dan
berbicara dengan bahasa kita.” Aku bertanya: “Apa yang engkau perintahkan kepadaku
jika aku mendapatkan keadaan seperti ini” Beliau menjawab : “Peganglah
erat-erat jama’ah kaum muslimin dan imam mereka.” Aku bertanya : “Bagaimana
jika tidak ada imam dan jama’ah kaum muslimin?” Beliau menjawab :”Tinggalkan
semua kelompok-kelompok itu, walaupun engkau menggigit akar pohon hingga ajal
mendatangimu.” ( HR. Bukhari 3606, 7084, Muslim 1847).
7.
Tenang dan tidak tergesa-gesa.
Fitnah
menjadikan suasana kemelut, seakan seperti angin puting beliung berputar
dahsyat dan menarik siapa saja yang tidak punya akar yang kuat, orang-orang
yang tidak punya ilmu akan tergesa-gesa dan akhirnya mudah terseret dan larut
kedalam fitnah karena memang manusia itu diciptakan memiliki sifat
tergesa-gesa.
Allah ta’ala
berfirman:
خُلِقَ الْإِنْسَانُ مِنْ
عَجَلٍ.
“Manusia
telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa.” (Al-Anbiyaa’ [21] :37).
Di saat
seperti itu dibutuhkan ketenangan, sehingga mudah mengetahui hakekat sesuatu. Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
التَّأَنِّي مِنَ اللهِ،
وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ.
“Ketenangan
datangnya dari Allah, sedangkan tergesa-gesa datangnya dari setan.” (HR. Thabrani 2358, Baihaqi 3244, Syaikh al-Albani menghasankan di dalam
Ash-Shahihah 1795).
سَتَكُونُ
فِتَنٌ، القَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ القَائِمِ، وَالقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ
المَاشِي، وَالمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنَ السَّاعِي، مَنْ تَشَرَّفَ لَهَا
تَسْتَشْرِفْهُ، فَمَنْ وَجَدَ مِنْهَا مَلْجَأً، أَوْ مَعَاذًا، فَلْيَعُذْ بِهِ.
“Kelak
akan ada banyak kekacauan dimana di dalamnya orang yang duduk lebih baik
daripada yang berdiri, yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang
berjalan lebih baik daripada yang berusaha (dalam fitnah). Siapa yang
menghadapi kekacauan tersebut maka hendaknya dia menghindarinya dan siapa yang
mendapati tempat kembali atau tempat berlindung darinya maka hendaknya dia berlindung.” (HR. Al-Bukhari 3601, 7081, Muslim 2886).
سَتَكُوْنُ فِتَنٌ
وَفِرْقَةٌ فَإِذَا كَانَ كَذَلِكَ فَاكْسِرْ سَيِفَكَ وَاتَّخِذْ سَيْفاً مِنْ
خَشَبٍ.
“Kelak
akan ada banyak kekacauan dan perpecahan. Jika sudah seperti itu maka
patahkanlah pedangmu dan pakailah pedang dari kayu.” (HR. Ahmad 20622, di hasankan Syaikh al-Arnaut
di dalam Ibnu Majah 3960)
8.
Tabayyun (Menganalisa setiap berita yang sampai).
Setiap
muslim hendaknya mencari kejelasan setiap informasi, baik masalah pribadi
ataupun menyangkut kepentingan umum.
Allah
ta’ala telah memberikan tuntunannya di dalam kitab suci-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا.
“Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti…” (QS. Al-Hujurat [49]: 6).
Ibnu
Katsir rahimahullah dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim berkata, “Allah Ta’ala
memerintahkan untuk melakukan kroscek terhadap berita dari orang fasik. Karena
boleh jadi berita yang tersebar adalah berita dusta atau keliru.”
9.
Kembali kepada ulama.
Ulama merupakan
orang yang paling memahami fitnah mereka menelaah berita-berita di
dalam kitabullah dan sunnah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga
luas pengetahuannya dan berhati-hati didalam sikapnya.
Dari
Bisyr bin Amru, dia berkata:
شَيَّعْنَا ابْنَ
مَسْعُودٍ حِينَ خَرَجَ , فَنَزَلَ فِي طَرِيقِ الْقَادِسِيَّةِ فَدَخَلَ
بُسْتَانًا , فَقَضَى الْحَاجَةَ ثُمَّ تَوَضَّأَ وَمَسَحَ عَلَى جَوْرَبَيْهِ
ثُمَّ خَرَجَ وَإِنَّ لِحْيَتَهُ لَيَقْطُرُ مِنْهَا الْمَاءُ , فَقُلْنَا لَهُ:
اعْهَدْ إِلَيْنَا فَإِنَّ النَّاسَ قَدْ وَقَعُوا فِي الْفِتَنِ وَلَا نَدْرِي
هَلْ نَلْقَاكَ أَمْ لَا , قَالَ: اتَّقُوا اللَّهَ وَاصْبِرُوا حَتَّى
يَسْتَرِيحَ بَرٌّ أَوْ يُسْتَرَاحَ مِنْ فَاجِرٍ , وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ
فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَجْمَعُ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ عَلَى ضَلَالَةٍ ،.
“Kami
mengikuti Ibnu Mas’ud, tatkala dia keluar menuju Qadisiyah,lantas dia masuk ke
kebun menunaikan hajatnya, dia berwhudu dan mengusap di atas kaos kakinya,
kemudian dia keluar sementara tetesan air wudhu membasahi janggutnya. Kami
berkata: berikanlah pada kami wasiat, sebab manusia telah terjebak dalam fitnah
dan kami tidak tau apakah bisa bertemu kembali denganmu atau tidak. Beliau
berkata: bertakwalah pada Allah dan bersabarlah hingga orang-orang yang baik
akan beristirahat(wafat) dari orang jahat atau manusia di istirahatkan dari
mereka (dengan mematikan orang yang fasiq), dan hendaklah kalian mengkuti
jama’ah sebab Allah tidak akan mengumpulkan ummat Muhammad di atas kesesatan.” (HR. Ibnu Abi Syaibah 37192 dishahihkan Syaik
al-Albani di dalam Dzilalul Jannah 85).
10.
Berlindung kepada Allah dari berbagai fitnah.
تَعَوَّذُوا بِاللهِ مِنْ
الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ.
“Berlindunglah
kalian kepada Allah dari segala fitnah, baik yang tampak ataupun yang
tersembunyi.” (HR.
Muslim 2867).
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ
الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ.
“Ya
Allah, yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku dalam ketaatan
kepadaMu.” (HR.
Muslim 119)
اَللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ , وَمِنْ عَذَابِ
اَلْقَبْرِ , وَمِنْ فِتْنَةِ اَلْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ , وَمِنْ شَرِّ
فِتْنَةِ اَلْمَسِيحِ اَلدَّجَّالِ.
"Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari adzab Jahannam, dari adzab
kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari keburukan fitnah Masih
Dajjal." (HR Bukhari
1377, Muslim 588, Abu Dawud 984)!8m
Demikianlah
bekal menghadapi fitnah ini, semoga Allah menyelamatkan kita semua dari
berbagai fitnah. Aamiin.
Sragen
13-05-2023
Di susun
oleh Abu Ibrahim Junaedi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar