BAHAYA ISTIDRAJ.
Hendaknya seorang muslim menjadikan
orientasi hidupnya hanya untuk Allah semata, ikhlas di dalam menjalankan
aktifitas hanya karena Allah semata, dan inilah tujuan hidup kita.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ
إِلَّا لِيَعْبُدُونِ.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Az-Dzariat[51]:56).
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي
وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
“Katakanlah (wahai Muhammad), sesungguhnya shalatku, ibadahku
atau sembelihanku, hidupku dan matiku untuk Allah semata, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am[6]:162).
Hidup seseorang akan terasa ringan apabila hidupnya ikhlas
hanya untuk Allah semata, sebaliknya apabila seseorang sudah kehilangan tujuan
hidup ini, hidupnya untuk selain Allah, mengejar popularitas, pujian manusia, bersaing,
saling menguasai saling berbagga, maka hakekatnya dirinya telah diperbudak oleh
dunia.
Oleh karena itu hendaknya seseorang memperhatikan berikut
ini:
1.
Bahaya tujuan hidup hanya untuk
dunia.
Allah ta’ala berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ
الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا
لَا يُبْخَسُونَ. أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا
النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
“Barangsiapa menghendaki kehidupan
dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan
mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan
sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah
apa yang telah mereka kerjakan . (QS.
Hud[11]:15-16).
Ibnu Katsir menyebutkan, Ibnu Abbas berkata,
“Sesungguhnya orang-orang yang suka riya (pamer dalam amalnya), maka pahala
mereka diberikan di dunia ini.” Mujahid dan lain-lainnya mengatakan bahwa ayat
ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang suka riya.
Anas bin Malik dan Al-Hasan mengatakan bahwa
ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani. (Tafsir
Ibnu Katsir QS. Hud [11]:15-16).
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ،
فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ
يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ
نِيَّتَهُ، جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ،
وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ .
“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia sebagai tujuannya, maka Allah
akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan dalam pandangannya, dan
dunia tidak datang kecuali apa yang Allah telah tetapkan baginya. Dan
barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan
menghimpunkan urusannya, menjadikan hatinya merasa cukup, dan dunia akan datang
dalam keadaan merendah.(HR. IBnu Majah 4105,
dishahihkan Syaikh al-Bani di dalam as-Shahihah 950).
2.
Mewaspadai bahaya istidraj.
Keamanan kenyamanan dan kenikmatan pada seseorang kadang menjadikan
seseorang malas bahkan melupakan kewajibannya untuk taat kepada Allah ta’ala
yang telah memberikan kenikmatan segalanya tersebut, dari situ seseorang tidak
menyadari bahwa dirinya berada di dalam ancaman kebinasaan, inilah yang disebut
istidraj (menarik sedikit-demi sedikit kearah kebinasaan tanpa disadari).
Allah ta’ala berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا
وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ . أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا
وَهُمْ نَائِمُونَ . أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ
يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ . أَفَأَمِنُوا مَكْرَ
اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ .
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan
bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa
mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. Maka apakah penduduk negeri
itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang
tidur? Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang
datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain? Atau apakah mereka merasa
aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman
dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi.” (QS. Al-A’raf
[7]:96-99).
Disebutkan di dalam tafsir Jalalain, (Maka
apakah mereka merasa aman dari tipu daya Allah.) yakni istidraj Allah terhadap
mereka dengan memberi mereka banyak kenikmatan kemudian Ia menghukum mereka
dengan sekonyong-konyong (Tiada yang merasa aman dari tipu daya Allah kecuali
hanya orang-orang yang merugi).
3.
Banyaknya harta dan kesenangan bukanlah ukuran
keridhaan Allah.
Istidraj
adalah limpahan kesenagan dan kenikmatan yang diberikan kepada seseorang dan
ditarik sedikit demi sedikt kearah kebinasaan.
Allah
ta’ala berfirman:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ
فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا
أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ.
“Maka ketika mereka
melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan
semua pintu (kesenangan) untuk mereka.
Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada
mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam
putus asa.” ( QS.
Al-An’am[6]:44).
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ
لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ.
“Dan jangan
sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami
berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah
agar dosa mereka semakin bertambah; dan mereka akan mendapat azab yang
menghinakan.” (QS.
Ali-Imran[3]:178).
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا
ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ . وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ
رَبِّي أَهَانَنِ . كَلَّا.
Adapun
manusia apabila Tuhannya mengujinya, lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya
kesenangan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku.” Adapun bila
Tuhannya mengujinya, lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, "Tuhanku
menghinakanku.” Sekali-kali tidak (demikian). (QS. AL-Fajr [89]:15-18).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ
تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى
مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ.
”Bila kamu melihat Allah memberi
pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada
dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj
(jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR.
Ahmad 4: 145. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan
dilihat dari jalur lain).
4. Bagaimana
Allah membalas makar orang kafir dan Orang fasiq. Allah ta’ala berfirman:
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ
خَيْرُ الْمَاكِرِينَ.
“Dan mereka
(orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan
Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS.
Ali-Imran[3]:54).
وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ
وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ.
“Mereka membuat tipu
daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas
tipu daya.” (QS. Al-ANfal
[8]:30).
إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ كَيْدًا . وَأَكِيدُ كَيْدًا.
“Sesungguhnya orang
kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Akupun membuat rencana (pula) dengan
sebenar-benarnya.” (QS.
Ath-Thariq[86]:15-16).
5.
Contoh makar Allah kepada orang kafir.
1)
Kisah hijrah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bagaimana orang kafir itu bermusyawarah untuk membunuh
Rasulullah, Allahpun segera memberi tahu Rasulullah melalui malaikat JIbril,
kemudian Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam menyiapkan segala sesuatu,
memerintahkan Ali bin Abu Thalib tidur dipembaringannya.
Setelah merka berjaga dari sore menunggu, Rasulullah keluar
di tengah malam, sambil Rasulullah mengambil pasir dan menaburkan dikepala
orang-orang tersebut sambil membaca firman Allah ta’ala:
وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ
سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ.
“Dan
Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga
sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (QS. Yasiin[36]:9).
Mereka
sama sekali tidak menyadari sampai ada orang yang membangunkan mereka,
sementara Rasulullah telah berjalan jauh.
(lihat Tafsir Ibnu Katsir QS. Yasiin[36]:9).
2) Bagaimana
Allah membalas makar Fir’aun.
Tatkala Fir’aun mengumumkan anak laki-laki lahir harus
dibunuh, maka Allah perintahkan ibu nabi Musa untuk menghanyutkan Nabi Musa,
setelah itu istrinya mengambil Musa tersebut, orang yang diburu, diancam bunuh
dan dicari-cari ternyata makan bersama satu atap dengan dirinya, sampai
akhirnya Nabi Musa di ikuti hingga ke lautan dan berakhir dengan di
tenggelamkannya.
3) Makar kepada
Namruj.
Ketika Nabi Ibrahim menghancurkan berhala kemudian ditangkap
dan diperintahkan untuk dibakar, tapi Allah permalukan Namruj dan kaumnya
dengan masih segar bugarnya nabi Ibrahihm ‘alaihi sallam.
إِنَّ الَّذِينَ
كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ
الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَىٰ بِهِ ۗ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ.
“Sesungguhnya orang-orang
yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan
diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus
diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan
sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.” (QS. Ali-Imran[3]:91).
6.
Contoh makar Allah kepada orang yang maksiat.
1) Binasa karena
Riba.
Ada sepasang suami istri, suami istri ini rajin dan telah lama
ngaji, mengetahui hukum-hukum halal haram, begitu pula mengetahui haramnya
riba, mereka memiliki usaha yang mapan, hanya saja belum besar, kemudian suami
ini berkata kepada istrinya, “ Dik, kalau ingin usaha kita cepat besar kita
cari pinjaman”, kemudian si istri ini menjawab, “ ya mas,” menyetujui, kemudian
suami ini keliling kesana kemari untuk cari pinjaman yang tidak ada ribanya
ternyata tidak dapat. Kemudian pulang dan berkata kepada istrinya, “ Tidak ada
dek, gimana kalau kita pinjam bank..?” istrinyapun menjawab, “Ya gimana lagi
terpaksa.” Maka suami ini pinjam kebank, setelah itu usahanya berkembang dan
membuka cabang di berbagai tempat, sampi-sampai dia sudah tidak bisa lagi
mengaji, shalat jam’ah, sibuk nganter barang, meting, rapat dan begitu
seterusnya.
Hingga suatu saat suami ini melakukan dosa dimana istri tidak
lagi bisa memaafkan sehingga rumah tangga mereka hancur dan kandas.
Istri ini berkata, aku tidak menyalahkan suamiku, tapi yang
kusalahkan kami semua, yang sudah mengetahui riba adalah dosa besar, dan akan
diperangi Allah dan Rasul-Nya, tetapi kami nekat.
Allah ta’ala
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ . فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا
فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka
jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.” (QS.Al-Baqarah[2]:278-279).
2) Binasa karena
maksiat.
Ada suami istri sudah lama ngaji, mereka menempatkan
anak-anak mereka dipondok, hingga suatu saat mereka dapat undangan reoni, maka
istri ini bertemu lagi dengan mantannya, ternyata mereka melanjutkan hubungan
tersebut, istri ini sering komunikasi tanpa sepengatahuan suaminya.
Hingga suatu saat suami bermaksud menjemput anak-anaknya
dipondok, istri ini telah berkencan dengan laki-laki tersebut, maka terjadilah
perzinaan, wal iyadzubillah, setelah itu mereka ribut dan akhirnya istri
tersebut di cekik hingga meninggal dunia.
Demikianlah hendaknya setiap orang takut jangan merasa aman
dari makar Allah ta’ala.
7. Penyesalan
orang-orang kafir.
وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ
رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا
إِنَّا مُوقِنُونَ.
“Dan
(alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu
menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), “Ya Tuhan kami,
kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya
kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh, kami adalah orang-orang yang yakin.” (QS. As-Sajdah[32]:12).
8. Orang-orang kafir
kepada Allah tidak akan bahagia dunia akhiirat.
Allah ta’ala
berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ
لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan barang
siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan
yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan
buta.” (QS.Thaha[20]:124).
9. Orang-orang
yang beriman merekalah yang beruntung.
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا
الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا
أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ.
“Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat
kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai.”(QS.Al-Baqarah[2]:25).
10.
Berdoa kepada Allah agar diberi
keteguhan hati dan istiqamah.
Allah ta’ala berfirman:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ
إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.
“Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah
Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari
sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” ( QS. Ali-Imran[3]:8).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا
مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ.
“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Ahmad 24604, Tirmidzi 3522, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 2091).
Demikianlah bahaya istidraj hendaknya seseorang takut
seandainya dirinya terjerumus dalam maksiat dan merasa aman dari azab Allah,
sehigga terseret sedikit-demi sedikit akhirnya binasa, Wal Iyadzubillah.
Semoga bermanfaat Aamiin.
Sragen 24-08-2023.
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar