Jauhnya masa diutusnya
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan kaum muslimin banyak
yang tidak lagi memperhatikan perkara-perkara pokok di dalam agama ini.
Sampai-sampai pada masalah bahayanya
kesyirikan, dimana seseorang tidak lagi bisa membedakan antara tabarruk
(mencari berkah) yang dibolehkan maupun yang terlarang.
Fenomena ini ternyata melanda umat-umat
di mana-mana, tak terkecuali pada masyarakat kita ini, baik orang awamnya maupun
yang dianggap berilmu.
Oleh karena itu kita akan sedikit
membahas permasalahan ini secara ringkas in syaa Allah (bi ‘idznillah).
1.
Pengertian berkah.
Menurut bahasa, berkah (بركة), artinya nikmat (Kamus
Al-Munawwir).
Sedangkan
makna berkah menurut istilah, النَّمَاءُ
وَالزِّيَادَةُ tumbuh dan berkembang.(lisanul Arab). Ada juga definisi lain yang disebutkan
para ulama.
Dari berbagai makna diatas dapat disimpulkan bahwa keberkahan yaitu, tambahan,
kelebihan, ketetapan maupun kekekalan sebuah kebaikan dengan berbagai macam bentuk
yang Allah berikan. Wallahu a’lam.
2.
Orang-orang yang tabarruk (mencari
berkah).
Hukum tabarruk (mencari berkah)
ada tiga macam, yaitu:
Pertama : Sesuai syar’i.
Kedua : bid’ah.
Ketiga : Syirik.
Pertama : Tabarruk (mencari berkah) yang di syari’atkan.
Adapun tabarruk (mencari berkah) yang disyari’atkan ada 2 yaitu:
Pertama : Tabarruk
yang berkaitan dengan dzat.
Seperti, Tabarruk dengan air zam-zam, kurma,
zaitun, madu,
Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ مَاءٍ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ مَاءُ زَمْزَمَ، فِيْهِ
طَعَامُ الطَّعْمِ، وَشِفَاءُ السَّقْمِ.
”Sebaik-baik air yang terdapat di muka bumi adalah zam-zam. Di dalamnya
terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit.” (HR. Thabrani di
dalam Mu’jam al-Ausath 3912,di hasankan Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihah
1056).
Keberkahan
kurma, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً، لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ،
وَلَا سِحْرٌ.
“
Barangsiapa di pagi hari memakan tujuh butir kurma ajwa, maka ia tidak akan
terkena racun dan sihir pada hari itu.”(HR. Bukhari
5779, Muslim 2047).
Adapun tabarruk (mencari barakah) dengan peninggalan Rasulullah sallallahu’alaihi
wa sallam ada dua macam yaitu:
1)
Mengamalkan sunnah Beliau.
Tabarruk dengan sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan
mengamalkannya. Yang dimaksud dengan sunnah di sini adalah seluruh ajaran
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sesungguhnya dalam setiap ajaran
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ada barakah dan
kebaikan yang sangat banyak. Seandainya manusia mau mengamalkannya, akan
menjadi keselamatan dan kebaikan yang yang besar.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
إِنِّي
قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا: كِتَابَ اللَّهِ
وَسُنَّتِي.
“Aku
telah tinggalkan pada kamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama berpegang
kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnahku.” (HR. Al-Hakim
di dalam mustadraknya 319, Disahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam Sahihul
Jami’ 2937).
2)
Peninggalan Beliau.
Peninggalan Beliau seperti pakaian Beliau, rambut Beliau, bejana atau
tempat minum Beliau dan lain-lain yang masih terkait dengan diri Beliau.
Umu salamah menyimpan rambut Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, yang
ditempatkan di bejana yang terbuat dari perak, apabila ada sahabat yang sakit
maka rambut tersebut direndam dengan air kemudian diminumkan kepada orang yang sakit
kemudian dengan ijin Allah sembuh. (lihat Syarah Riyadhus Shalihin bab Tahrimi Inaaidz dzahabi wa
inaail fidhdzati, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin)
Ke dua : Tabarruk (mencari berkah)
secara maknawi.
Tabarruk dengan amalan, seperti
membaca Al-Qur’an, shalat, membaca Bismillah.
Allah ta’ala berfirman:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ
وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ .
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Qs. Shaad [38]: 29)
Tabarruk dengan tempat
seperti shalat di Masjidil haram, masjid Nabawi, dan masjidil Aqsha, begitu
pula Makkah dan Madinah itu sendiri.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى
بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى
الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ.
“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya
(Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami
berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda
(kebesaran) Kami..” (QS. Al-Isra’[17]:1).
Tabarruk dengan waktu, malam
Lailatul Qadar, I'tikaf di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ.
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.” (Qs. Ad-Dukhan[44] : 3
Semua ini merupakan barakah
maknawi, untuk mendapatkan kebarakahnya hendaknya seseorang melakukan ketaatan
kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Ke dua : Tabarruk yang bid’ah.
Tabarruk kepada makhluk dengan keyakinan bahwa hal itu dapat
mendatangkan pahala karena telah mendekatkan pada Allah, namun dirinya tetap meyakini bahwa pemberian manfaat dan menolak
madharat hanya Allah ta’ala bukanlah makhluk tersebut.
Seperti tabarruk yang dilakukan orang jahil dengan
mengusap-usap kain ka’bah, dengan menyentuh dinding ka’bah, dengan menyentuh
maqam Ibrahim dan hujrah nabawiyah, atau meminum air
di suatu tempat dimana di yakini air itu berbeda dengan yang lainnya, ini semua
dilakukan dalam rangka meraih berkah dari Allah, tabarruk semacam ini adalah
tabarruk yang bid’ah (tidak ada tuntunannya dalam ajaran islam), bahkan bisa
menghantarkan kepada kesyirikan.
Adapun terhadap orang shalih hendaknya di rinci, jika mencari
barakah kepada mereka dengan mengambil ilmunya, mengamalkan petunjuknya yang
benar hal ini dibenarkan, adapun yang dimaksud tabarruk dengan orang shalih dengan
dzat mereka seperti keringat mereka, air bekas minum mereka, air wudhu mereka,
pakaian mereka, tempat yang mereka singgahi (petilasan), maka hal ini adalah
perkara yang tidak benar, sebagaimana hal ini telah dijelaskan banyak para
ulama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memerintahkan, demikian
pula para sahabat tidak pernah melakukan hal itu kepada selain Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam.
Rasulullah sallallahu’alaihiwa
sallam bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا
مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. مَنْ عَمِلَ عَمَلاً
لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.
“Barangsiapa yang menciptakan dalam perkara kami ini apa-apa
yang bukan merupakan bagian darinya, maka hal tersebut ditolak.” “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari
kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Bukhari 2697, Muslim
1718).
Ke tiga : Tabarruk yang syirik.
Tabarruk yang syirik yaitu
mengharapkan keberkahan kepada makhluk seperti kuburan, pohon, batu yang
dianggap keramat, maka seperti ini termasuk syirik akbar (syirik besar).
Karena perbuatan semacam ini sebagaimana perbuatan orang musyrik dahuulu yang
mereka lakukan pada berhala atau sesembahan mereka.
Oleh karena itu syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab di dalam kitab Tauhid, bab yang ke 9, beliau
membawakan firman Allah ta’ala:
أَفَرَأَيْتُمُ
اللَّاتَ وَالْعُزَّىٰ . وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَىٰ . أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الْأُنْثَىٰ . تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَىٰ .إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا
أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا
الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ ۖ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَىٰ.
“Maka
apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza, dan
Manat yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?
Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?
Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan apa pun untuk (menyembah)nya. Mereka hanya mengikuti dugaan, dan apa yang diingini oleh keinginannya. Padahal sungguh, telah datang petunjuk dari Tuhan mereka.(QS. An-Najm [53]: 19-23).
Ayat ini menunjukkan
pengingkaran terhadap orang musyrik Qurais dimana mereka mengagungkan Lata, ‘Uzza
dan Manat bahwa berhala tersebut dapat
mendatangkan keberkahan.
Latta adalah batu yang diukir,
dahulu dia adalah seorang penumbuk gandum yang diberikan kepada orang berhaji.
‘Uzza adalah pohon yang
dinaungi tirai, dan takbir yang berada di Thaif.
Adapun Manah terletak di musyalal
daerah Qadid antara Makkah dan Madinah. (tafsir Ibnu Katsir
QS-An-Najm[53]:10-23).
“Dari Abu Waqid
al-Laitsi radhiyallahu’anhu,
dia menceritakan:
كُنَّا
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحُنَيْنٍ وَنَحْنُ
حَدِيثُو عَهْدٍ بِكُفْرٍ فَمَرَرْنَا عَلَى شَجَرَةٍ يَضَعُ الْمُشْرِكُونَ
عَلَيْهَا أَسْلِحَتَهُمْ يُقَالُ لَهَا: ذَاتُ أَنْوَاطٍ فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ فَقَالَ:
" اللَّهُ أَكْبَرُ قُلْتُمْ كَمَا قَالَ أَهْلُ الْكِتَابِ لِمُوسَى
عَلَيْهِ السَّلَامُ {اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ} [الأعراف: 138]
" ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّكُمْ
سَتَرْكَبُونَ سَنَنَ مَنْ كَانَ قلَكُمْ.
“Kami keluar bersama Rasulullah sallallhu ‘alaihi wa
sallam menuju Hunain, sedang kami baru saja meningalkan kekafiran, kami melewati
sebuah pohon dimana orang-orang musyirik menggantungkan pedang-pedang mereka, pohon
tersebut dinamakan, “Dzatu Anwath”, mereka
menggelantungkan senjata-senjata mereka pada pohon tersebut. Lalu, kami
berkata, “wahai Rasulullah jadikanlah untuk kami Dzatu Anwath sebagaimana
mereka memiliki Dzatu Anwath.” Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Allahu akbar,
kalian telah mengatakan seperti perkataan ahli kitab kepada Musa ‘jadikanlah
untuk kami ilah(sembahan) seperti halnya mereka mempunyai ilah(QS. Al-A’raf[7]:138),
sesungguhnya kalian akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kalian.” (HR.
Abu Dawud 1443, Tirmidzi 2180 di sahihkan Syaikh al-Albani di dalam al-Miyskah
5369).
Dari pelajaran di atas kita
mengetahui bahwasanya orang-orang musyrik menjadikan pohon dan batu untuk
disembah, dengan menjadikannya wasilah ataupun diambil bearakahnya.
3.
Kekliruan sebagian kaum
muslimin.
Kaum muslimin saat ini mereka ikut-ikutan
apa yang dilakukan orang-orang jahil, mereka turut mendatangi tempat-tempat
yang dianggap mendatangkan barakah apa yang tidak ada dasarnya sama sekali dari
Al-Qur’an maupun Hadits.
Diantara bentuk mereka tabarruk (mencari berkah) sebagian kaum
muslimin yaitu :
Pada tempat-tempat
tertentu seperti: kuburan dimana sekarang banyak
dijadikan wisata, Alas purwa (pepohon yang dianggap keramat), punden (batu yang
ditata), gunung (seperti gunung kawi, gunung kemukus Merapi dll), pantai
selatan, gua atau sumur yang dikeramatkan, patung-patung, sungai tempuran dan
lain-lain.
Waktu seperti: kebiasaan orang-orang untuk melakukan ritual dibulan Sura, cuci
gaman, kirab kerbau, naik kepuncak gunung, maupun di pantai-pantai,
ditempat-tempat dan pada waktu itu dianggab bisa mendatangkan
keberkahan.
Pada hewan sepert:
dianggap dapat mendatangkan manfaat dan menjauhkan madharat, seperti sapi
sebagaimana hal ini terjadi di India, kerbau di Indonesia, burung, ular,
kucing, dan lain-lain.
Pada benda seperti: seperti keris, akik, tombak, sabuk, kulit
hewan, tulang, taring, batu dan lain-lain, dimana benda-benda ini pada saat
tertentu diberi saji berupa minyak wangi ataupun bunga, kemudian diyakini hal
itu dapat mendatangkan manfaat dan menolak madharat.
Perbuatan diatas merupakan
perbuatan yang menjerumuskan pelakunya di dalam kesyirikan.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ
اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ
الظَّالِمِينَ.
“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa
yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain
Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu
kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.”
(QS. Yunus [10]: 106).
4.
Bahaya dan keburukan yang ditimbulkan oleh kesyirikan.
1) Apa bila mati dalam keadaan musyrik, maka pelakunya akan
kekal di dalam neraka.
إِنَّ اللَّهَ لَا
يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ.
“Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.”(QS. An Nisaa [4]: 48)
2) Menghapuskan
pahala amal kebaikan seseorang.
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
“Dan Sesungguhnya telah
diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi.”
(QS. Az Zumar [39]: 65)
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang Telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am [6]: 88)
3) Kemusyrikan sumber petaka di dunia dan akhirat.
Sebagaimana banyak di sebutkan
bahwa umat-umat terdahulu mereka dihancurkan karena mereka menyukutukan Allah
ta’ala, maka demikian pula berbagai bencana saat ini terjadi tidak lain karena manusia banyak menyekutukan
Allah. Allah ta’ala berfirman:
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ
السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ.
“Jikalau penduduk kota-kota beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.” (QS.
Al A’raf [7]: 97)
مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ
شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ وَقُلْتُ أَنَا وَمَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ
شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّة.
“Barang siapa mati dalam keadaan
menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam neraka, barang siapa mati tidak
menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam surga.” (HR. Bukhari 4227, Muslim 92).
5.
Allah mengampuni semua dosa.
Allah
ta’ala berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ
الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ
إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
“Katakanlah (Nabi Muhammad), "Wahai hamba-hamba-Ku
yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar[39]:53).
6.
Allah akan mengumpulkan orang beriman dan tidak
melakukan kesyirikan di dalam surga bersama keluarga mereka.
Allah
ta’ala berfirman:
جَنَّاتُ
عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ
وَذُرِّيَّاتِهِمْ.
“(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama
orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.” (QS. Ar-Ra‘du[13]: 23)
Ibnu
Katsir rahimahullah mengatakan: “Allah menghimpunkan mereka bersama
kekasih-kekasih mereka di dalam surga, yaitu bapak-bapak mereka, keluarga
mereka, dan anak-anak mereka yang layak untuk masuk surga dari kalangan kaum
mukmin, agar hati mereka senang. Sehingga dalam hal ini Allah mengangkat
derajat orang yang berkedudukan rendah ke tingkat kedudukan yang tinggi sebagai
anugerah dari-Nya dan kebajikan-Nya, tanpa mengurangi derajat ketinggian
seseorang dari kedudukannya. Hal ini sama dengan yang diungkapkan oleh Allah ta’ala
dalam firman-Nya:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ
ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ
مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شِيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ.
“Dan orang-orang yang
beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami
pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak
mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat
dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath-Thur[52]:
21),
Demikianlah semoga kita dan keluarga
kita dijauhkan dari berbagai macam bentuk kesyirikan dan bisa berkumpul bersama
keluarga kita di dalam surga-Nya Aamiin.
Sragen 02-08-2023.
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar