Nikmat kemerdekaan adalah nikmat yang Allah karuniakan kepada
kita, hendaknya kita mensyukuri nikmat tersebut yaitu dengan mencari keridhaan
Allah ta’ala. Lantas bagai mana sikap kita sebagai seorang muslim..?
1.
Mensyukuri nikmat.
Yaitu menggunakan tersebut senantiasa pada keridhaan Allah ta’ala,
bukan justru bermaksiat kepada Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ
لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku
akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim [14]:7).
2. Bagaimana dengan
hukum memperingati hari-hari nasional..?
Dari sini ada perbedaan, namun sebagai seorang muslim
hendaknya kita mengembalikan setiap perselisihan kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
Allah ta’ala berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي
الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى
اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا.
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa’ [4]: 59)
3. Pengertian id.
Sebelum kita masuk pada inti permasalahan, hendaknya kita
dudukkan dulu permasalahan tersebut.
Perlu di ketahui setiap sesuatu yang diulang-ulang baik itu
setiap tahun, bulan atau pekan semua itu masuk dalam sebutan Id, oleh karena
itu Id, memiliki arti, sesuatu yang diulang-ulang pelaksanaannya atau peringatannya.
Sebagaimana hadits Zaid bin Arqam radhiallahu
anhu bahwa Muawiyah bin Abu Sofyan radhiallahu anhu bertanya
kepadanya:
شَهِدْتُ مُعَاوِيَةَ سَأَلَ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ:
أَشَهِدْتَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِيدَيْنِ
اجْتَمَعَا فِي يَوْمٍ؟ قَالَ: نَعَمْ قَالَ: كَيْفَ صَنَعَ؟ قَالَ: صَلَّى
الْعِيدَ ثُمَّ رَخَّصَ فِي الْجُمُعَةِ فَقَالَ: مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّيَ
فَلْيُصَلِّ.
“Apakah anda menyaksikan bersama Rasulullah
sallallahu alaihi wa sallam dua hari raya bertemu dalam satu hari?" Beliau
menjawab: "Ya" Beliau (Muawiyah) berkata: "Apa yang
dilakukannya?" Beliau berkata: “Nabi sallallahu’alaihi wa sallam
shalat Id kemudian memberikan dispensasi (keringanan) dalam shala Jum'at.
Kemudian beliau bersabda: “Barangsiapa yang ingin shalat (Jum'at) dipersilahkan
menunaikannya.” (HR. Ahmad 19318, Abu Dawud 1070, Nasa’I 1806, Ibnu Majah 1310,
di shahihkan Syaikh al-Albani).
4.
Memperingati hari-hari besar termasuk
ibadah atau adat (kebiasaan).
Apakah memperingati hari-hari besar nasional ini termasuk
katagori ibadah atau hanya adat (kebiasaan)..?
Sehingga kalau hal ini merupakan ibadah tentu harus mengikuti
tuntunan syari’at sedangkan adat boleh dilakukan sewaktu-waktu dimana seseorang
berada karena hukumnya mubah, selama tidak ada larangan.
Meskipun disini ada perbedaan sedikit ulama’ yang
mengkatagorikan adat, namun pendapat mayoritas dan yang kuat justru ini
merupakan ibadah, dimana Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا، وَهَذَا عِيدُنَا.
“Sesungguhnya
setiap kaum memiliki hari raya, sedangkan hari raya kita adalah ini .” (HR. Bukahri 952, Muslim 892).
Dari sini
kita mengetahui bahwasanya berhari raya atau id, merupakan ibadah, sedangkan
ibadah hendaknya ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti sunnah) Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam.
Allah ta’ala
berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ
الدِّينَ حُنَفَاءَ.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus.”
(QS. Al-Bayyinah[98]:5)
Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا
اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى.
“Hanya saja
setiap amal itu tergantung pada niatnya, dan seseorang akan mendapatkan apa
yang diniatkan.”
Tampaklah titik terang oleh orang-orang yang menghendaki
keselamatan bahwasanya ‘Id yang menjadi ciri kaum muslimin adalah hanya ‘Idul
Adha dan ‘Idul Fithri, maka ‘Id yang lain adalah ciri dari kaum selain kaum
muslimin.
Lebih jelas lagi bagaimana Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa
sallam menghentikan kebiasaan hari raya orang-orang madinah dengan
menggantikan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Itulah sebabnya para ulama
menghukumi perayaan-perayaan semacam ini, dan lainya sebagai tasyabbuh (menyerupai suatu kaum).
Lihat (Fatwa Lajnah Daimah Lil Buhuts Wal Ifta‘, fatwa no. 9403, juz 3 hal. 87- 89)di bawah.
Adapun tasyabbuh sudah jelas dan tegas hukumnya disebutkan
dalam sebuah hadits:
مَنْ
تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Orang yang menyerupai suatu kaum, maka ia bagian dari kaum
tersebut.” (HR. Abu Daud, 4031, di hasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam
Al-Irwa’ 2384).
5.
Waspadai perkara bid’ah dan maksiat.
Berbagai macam perayaan di dunia ini muncul, hendaknya sebagai
seorang muslim berhati-hati dan menutup pintu-pintu kerusakan, jangan sampai
terjerumus dengan berbagai macam bid’ah dan maksiat.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا
مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ
أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.
“Barangsiapa yang menciptakan dalam perkara kami ini apa-apa
yang bukan merupakan bagian darinya, maka hal tersebut ditolak.” “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari
kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Bukhari 2697, Muslim
1718).
6.
Menjahui taklid (fanatik) buta.
Sebagai seorang muslim hendaknya memiliki
hati yang lembut, sikap berserah diri terhadap syari’at, dan bangga dengan
ajaran islam, mengikuti kebenaran dimanapun berputar, bukan kaku, keras, dan fanatik
terhadap kesukuan, golongan dan lain-lain.
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ
الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ
أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.
"Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil
kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka
ialah ucapan, ‘Kami mendengar dan kami patuh.’ Mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (QS
An-Nur [24]: 51).
قُلْ
إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ.
Katakanlah, "Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian,"
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Imran [3]: 31).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ
أَبَى. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟
قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي
دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى.
“Setiap umatku akan masuk ke
dalam surga kecuali yang enggan. Mereka para sahabat bertanya, “Siapa yang enggan?” Beliau
berkata, “Barangsiapa mentaatiku dia masuk ke dalam surga, dan
barangsiapa bermaksiat padaku maka dia telah enggan.” (HR.
Bukhari 7280, Ahmad 8714).
7.
Banyaknya
kemungkaran di dalam peringatan tersebut.
Berbagai kemungkaran kita
saksikan dalam acara-acara peringatan, diantaranya:
1) Mengeluarkan wanita dengan bersolek dan tabarruj (tampak aurat).
2) Menjadikan wanita sebagai tontonan.
3) Perlombaan yang sangat jorok ( bahasa jawa saru).
4) Mendatangkan musik-musik.
5) Lomba makan
dengan berdiri.
6) Menginjak-injak
kawan hanya untuk mendapatkan dunia.
7) Berbaur laki-laki
dan perempuan tanpa ada pembatas.
Dan masih banyak lagi
kemaksiatan-kemaksiatan yang lain.
8. Hendaknya sebagai
seorang muslim memiliki gagasan yang kreatif.
Kita bisa memeriahkan hari raya kita seperti idul fitri
maupun idul Adha.’
Dengan perlombaan ketangkasan, kesehatan, dan apa yang di
bolehkan oleh syari’at sehingga menjadikan sehat, prestasi dan berpahala buat kitat
dan anak-anak kita.
Demikianlah sedikit goresan pena ini, semoga menjadikan tahu
orang yang belum tahu, dan meninggalkan apa yang tidak pantas dan kurang
bermanfaat.
----------00000----------
Sragen
20-08-2023.
Junaedi
Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar