MEWUJUDKAN
BAHAGIA LAHIR DAN BATIN.
Bagaimana kita
mewujudkan bahagia lahir batin.
Setiap orang
menghendaki untuk bahagia lahir batin, namun banyak yang tidak dapat
mewujudkannya.
Hendaknya memahami
hal-hal berikut ini:
1.
Memperbaiki perkara internal (dalam
rumah).
Dimana hal
ini mencakup :
1)
Perbaikan ubudiah (ibadah) kepada
Allah.
Seseorang takkan
bisa medapatkan kebahagiaan apa bila menyampingkan hal ini.
Allah ta’ala
berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ
لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan barang siapa berpaling dari
peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami
akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.”
(QS.Thaha[20]:124).
Ini mencakup perbaikan aqidah
yang benar, ibadah, adab, dan lain-lain.
Begitu pula tidak lepas dari
tiga hal:
1.
Bersyukur
ketika mendapatkan nikmat.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا بِكُمْ مِنْ
نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah
(datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka Hanya kepada-Nya-lah
kamu meminta pertolongan.” (QS. An Nahl [16]:53)
لَئِنْ شَكَرْتُمْ
لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku
akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim [14]:7).
2.
Bersabar
ketika mendapatkan ujian.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ
وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ
الصّٰبِرِيْنَ.
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar
gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah[2]:155).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ
أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ
أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ
صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah
baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin.
Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan
kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka
yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim 2999).
3.
Bertaubat
jika tergelincir di dalam maksiat.
Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah
kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya.” (QS.At-Tahrim[66]:8).
إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا
وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ
الرَّحِيمُ.
“Kecuali mereka yang telah bertaubat, mengadakan perbaikan dan
menjelaskan(nya). Mereka itulah yang Aku terima taubatnya, dan Akulah Yang Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(QS Al-Baqarah[2]: 160).
وَالَّذِينَ إِذَا
فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا
لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى
مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ.
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu
memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni
dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang
mereka mengetahui.” (QS. Al-Imran[3]:135).
Jika hal ini tidak dilakukan
niscaya akan mengenainya musibah, baik mengenai harta, badan, maupun agama.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ
تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ
فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ.
”Bila kamu melihat Allah memberi
pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada
dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj
(jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145. Syaikh
Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan dilihat dari jalur
lain).
Allah Ta’ala berfirman,
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا
بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا
أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُون.
“Maka tatkala mereka melupakan
peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua
pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan
apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al
An’am [6]: 44)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا
أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ
وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ
قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى
قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) .
“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan
dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun
serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat),
maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah “ar raan”
yang disebutkan Allah di dalam firman-Nya, “Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.”(QS. Al-Mutaffifin[83]:14) (HR Tirmidzi 3334, Ibnu Majah 4244,
dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihul Jami’ 1670).
Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Yang
dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah dosa di atas tumpukan dosa sehingga bisa
membuat hati itu gelap dan lama kelamaan pun mati.” Demikian pula yang
dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, Ibnu Zaid dan selainnya.
Banyak orang yang meremehkan dosa yang mereka selalu mengulur-ulur
untuk bertaubat akhirnya mereka mati dalam keadaan su’ul khatimah, sebagaimana
firman Allah ta’ala:
فَلَمَّا نَسُوا مَا
ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا
فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ.
“Maka ketika mereka melupakan
peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu
(kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang
telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika
itu mereka terdiam putusasa.” (QS.
Al-An’am[5]:44)
2)
Perbaikan
muamalah terhadap sesama anggota keluarga.
Hal ini mencakup komunikasi yang
baik, menunaikan hak dan kewajiban setiap anggota keluarga.
أَلاَ إِنَّ لَكُمْ عَلَى
نِسَائِكُمْ حَقًّا وَلِنِسَائِكُمْ عَلَيْكُمْ حَقَّا.
“Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kalian memiliki hak atas isteri-isteri kalian dan
isteri-isteri kalian juga memiliki hak atas kalian.” (HR Tirmidzi 1163, dihasankan syaikh
al-Albani di dalam Sunan Ibni Majah 1851)
Memberi nasehat yang baik, dan
juga memerintahkan untuk berakhlaq yang baik.
Allah ta’ala berfirman:
وَإِنَّكَ
لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ.
“Sungguh,
kamu mempunyai akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam [68]: 4).
Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ.
“sesungguhnya Allah itu lembut,
mencintai kelembutan.”
(HR, Bukhari 6927).
Dari Aisyah bahwa Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda.
إذاَ
أرَادَ الله بأِهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا أدْخَلَ عَلَيْهِمُ الرِّفْقَ .
“Jika Allah menghendaki suatu keluarga kebaikan maka Allah
memasukkan kepada mereka sikap lemah lembut.” (HR Ahmad 6/71, 104)
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ
الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ.
"Tidak ada
sesuatupun yang lebih berat dalam timbangan (amalan) seorang mukmin pada hari
kiamat dari pada akhlaq yang mulia."
(HR. Tirmidzi 2002, di hasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Tirmidzi
2/194)
2.
Meperbaiki perkara external. (Luar rumah).
Selain menunaikan
kewajiban kita kepada orang-orang yang memiliki haq, juga berlaku baik dengan
yang orang lain.
Diantaranya :
1). Bermuamalah
kepada orang lain yang baik.
Allah ta’ala
berfirman:
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ.
“Barang siapa
mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri
balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Nahl[16]:97).
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ
ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ
مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ.
“Dan sampaikanlah
kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa
untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata,
“Inilah rezeki yang diberikan kepada kami dahulu.” Mereka telah diberi
(buah-buahan) yang serupa. Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan
yang suci. Mereka kekal di dalamnya.” ( QS Al-Baqarah[2]:25).
2). Bersedekah kepada
fakir miskin.
مَثَلُ الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ
سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ
لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah[2]:261).
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ
مِنْ مَالٍ.
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim 2588).
Dari Abu Hurairah, ia
berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ
الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ
أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا
تَلَفًا.
“Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua malaikat yang turun
dan berdoa, “Ya Allah berikanlah ganti pada orang yang berinfak.” Malaikat yang
lain berdoa, “Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah.” (HR. Bukhari 1442 Muslim 1010).
3). Berteman dengan orang-orang yang baik.
Allah ta’ala
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ.
“Wahai orang-orang
yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang
yang benar.” (QS. At-Taubah
[9]:119).
Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ
فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.
“Seseorang bisa
dilihat dari perilaku beragama sahabatnya. Hendaklah kalian memperhatikan
bagaimana sahabatmu dalam beragama.”
(HR Ahmad 8417, Tirmidzi 2378, Abu Dawud 4833, di shahhiihkan Syaikh al-Albani
di dalam Ash Shahihah 927).
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ
وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ.
“Permisalan teman
yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang
pandai besi.” (HR. Bukhari 5534, Muslim 2628).
4). Menghadiri
tempat-tempat yang dimuliakan .
5). Mengunjungi orang-orang yang shalih.
6). Memberi maaf dan meminta maaf terhadap
kesalahan kita.
Allah ta’ala
berfirman:
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّـهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.
“…Orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.” (QS
Al-Imran[3]: 134).
Demikianlah sedikit tulisan ini untuk
mewujudkan kebahagiaan lahir maupun batin. Semoga bermanfaat aamiin ya rabbal ‘alamiin.
Sragen 06-Juli 2023.
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar