Orang-orang jahiliyah dahulu selalu melibatkan dukun (Kahin) dalam
setiap keperluan mereka, seperti mau pernikahan, bepergian dan berbagai masalah
lainnya.
Para dukun dan tukang sihir mereka mengelabuhi
masyarakat dengan nama-nama yang lain, seperti orang pintar, pengobatan
alternatif, para normal, orang tua, tabib, dan lain sebagainya.
Dari sini banyaknya masyarakat yang tertipu dengan nama samaran tadi, sehingga mereka
berduyun-duyun rela antri untuk datang, baik yang sehat ataupun yang sakit,
miskin ataupun kaya, yang sudah sukses ataupun yang baru buka usaha, orang berpangkat
ataupun orang biasa, dari para pejabat sampai rakyat jelata, bahkan orang yang
dianggap berilmu sampai yang awamnya.
Mau pangakat naik pergi kedukun, menjaga wibawa pergi
kedukun, mau hajatan pergi kedukun, mau buka toko pergi kedukun, kehilangan
barang pergi kedukun, bersaing dagang pergi kedukun, pingin rezki lancar kedukun, sampai berselisih dengan
keluarga mereka juga kedukun.
Padahal agama ini sangat melarang keras mendatangi dukun,
namun karena kejahilan mereka tak menghiraukan hal ini.
Adapun larangan dan keburukan mendatangi dukun dan sejenisnya
yaitu:
1. Tidak
diterima shalatnya 40 hari.
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ
شَيْءٍ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً.
“Barang siapa mendatangi dukun atau peramal, maka tidak diterima
shalatnya 40 hari.” (HR.Muslim 2230, Ahmad 16638, Thabrani, Mu’jam
al-Ausath 1453).
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Al-‘Arraf adalah
sebutan bagi kahin, munajjim, dan rammal, serta yang sejenis dengan mereka, yang berbicara
dalam hal mengetahui perkara-perkara semacam itu dengan cara-cara semacam ini.”
(Kitab
Tauhid syaikh Muhammad bin Abdul wahhab ).
2.
Mendatangi dan mempercayai dukun, dapat
menjadikan kufur terhadap apa yang di
bawa Rasulullah sallallahu ‘alaihii wa sallam).
Rasulullah sallallahu ‘alaihii wa sallam bersabda:
مَنْ أَتَى كَاهِنًا، أَوْ عَرَّافًا، فَصَدَّقَهُ
بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ.
“Barangsiapa
mendatangi dukun atau peramal lalu memercayai apa yang dia katakan, maka dia
telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu alaihi wa
sallam.” (HR. Ahamd 9536, Tirmidzi 135, Ibnu Majah 639, Abu
Daud 3904, Disahihkan syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 3387).
3.
Sihir yang dilakukan para dukun adalah kekufuran yang dapat membinasakan.
Allah ta’ala berfirman:
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ
وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ
السِّحْرَ.
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh
syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa
Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).” (QS.
Al-Baqarah[2]:102).
Setelah
setan-setan itu mulai berdusta kepada mereka (para dukun) dan memasukkan
hal-hal yang lain ke dalam berita yang dibawanya; mereka menambah tujuh puluh
kalimat pada setiap kalimatnya. Lalu orang-orang mencatat omongan itu ke dalam
buku-buku hingga tersiarlah di kalangan Bani Israil bahwa jin mengetahui hal
yang gaib.
Kemudian
Nabi Sulaiman mengirimkan utusannya kepada semua orang untuk menyita buku-buku
itu. Setelah terkumpul, semua buku dimasukkan ke dalam peti, lalu peti itu
dikuburnya di bawah kursi singgasananya. Tiada suatu setan pun yang berani
mendekat ke kursi tersebut melainkan ia pasti terbakar. Nabi Sulaiman berkata,
"Tidak sekali-kali aku mendengar seseorang mengatakan bahwa setan-setan
itu mengetahui hal yang gaib melainkan aku pasti menebas batang lehemya
(sebagai hukumannya)."
Setelah
Nabi Sulaiman meninggal dunia dan semua ulama yang mengetahui perihal Nabi
Sulaiman telah tiada, lalu mereka diganti oleh generasi sesudahnya, maka
datanglah setan dalam bentuk seorang manusia. Setan itu mendatangi segolongan
kaum Bani Israil dan berkata kepada mereka, "Maukah kalian aku tunjukkan
kepada suatu perbendaharaan yang tidak akan habis kalian makan untuk selama-lamanya?"
Mereka menjawab, "Tentu saja kami mau." Setan berkata, "Galilah
tanah di bawah kursi singgasananya."
Setan
pergi bersama mereka dan memperlihatkan tempat tersebut kepada mereka,
sedangkan dia sendiri berdiri di salah satu tempat yang agak jauh dari tempat
tersebut. Mereka berkata, "Mendekatlah kamu ke sini." Setan menjawab,
"Tidak, aku hanya di sini saja dekat dengan kalian. Tetapi jika kalian
tidak menemukannya, kalian boleh membunuhku."
Mereka
menggali tempat tersebut dan akhimya mereka menjumpai kitab-kitab itu. Ketika
mereka mengeluarkannya, setan berkata kepada mereka, "Sesungguhnya
Sulaiman dapat menguasai dan mengatur manusia, setan-setan, dan burung-burung
hanyalah melalui ilmu sihir ini." (lihat Tafsir Ibnu Katsir QS.
Al-Baqarah[2]:102).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
اجْتَنِبُوا
السَّبْعَ المُوبِقَاتِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ:
الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ
إِلَّا بِالحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ اليَتِيمِ، وَالتَّوَلِّي
يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ المُحْصَنَاتِ المُؤْمِنَاتِ الغَافِلاَتِ.
“Jahuilah oleh kalian tujuh
perkara yang membinasakan, kami bertanya, “ Ya Rasulullah apa itu..? beliau
berkata, “Berbuat syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan
Allah melainkan dengan alasan yang benar, memakan harta riba, memakan harta
anak yatim, berpaling dari medan perang dan menuduh seorang wanita muslimah
yang terhormat dengan tuduan yang keji.” (HR. Bukhari 2766, Muslim 89, Abu Daud 2874).
Tukang sihir dan dukun terkadang mereka
satu, mereka bekerja sama dengan syaitan untuk memperdaya manusia.
4.
Para dukun adalah
wali-wali syaitan yang suka berdusta.
Meskipun dukun menampakkan pakaian kyai,
ustadz ataupun orang shalih lainnya, namun tatacara dan praktek yang dipakai
adalah dukun maka mereka adalah dukun, karena hakekatnya itulah yang dihitung.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَنْ
تَنَزَّلُ الشَّيَاطِينُ . تَنَزَّلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ . يُلْقُونَ السَّمْعَ
وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ.
“Maukah Aku beritakan kepadamu, kepada siapa
syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang
banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaithan) itu, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.” (QS. Asy-Syu’araa[26]: 221-223).
Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha berkata,
orang-orang bertanya kepada Rasullullah sallallahu ‘alaihii wa sallam
tentang perdukunan beliau berkata:
لَيْسَ بِشَيْء, فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَا
أَحْيَانًا بِشَيْءٍ فَيَكُونُ حَقًّا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تِلْكَ الكَلِمَةُ مِنَ الحَقِّ، يَخْطَفُهَا مِنَ
الجِنِّيِّ، فَيَقُرُّهَا فِي أُذُنِ وَلِيِّهِ، فَيَخْلِطُونَ مَعَهَا مِائَةَ
كَذْبَةٍ.
“(para dukun itu) tidak ada apa-apanya,
mereka berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya dukun-dukun itu biasa
menuturkan kepada kami lantas kami jumpai bahwa apa yang mereka katakan itu
benar.” Maka Nabi menjawab, “Itu adalah ucapan benar yang dicuri dengar oleh
jin (syaitan) kemudian dia bisikkan ke telinga walinya (dukun) dan dia pun
menambahkan dengan seratus kedustaan di dalamnya.” (HR. Bukhari 5762,
Muslim 2228).
Mereka banyak menipu manusia yang sedang
mendapat musibah, bahkan sebagian mereka memeras pasiennya dengan
mengatasnamakan jasa, jasa pengobatan, pelaris, wibawa, kecantikan, pagar diri,
kekuatan, pengasihan, tolak bala dan lain-lain.
5.
Batilnya praktik perdukunan dan orang yang
mengklaim mengetahui perkara gaib.
Siapapun yang mengaku mengetahui perkara gaib, baik dukun, tukang
ramal, tukang sihir, ataupun kyai, ustadz, orang pintar, bila mereka mengklaim
mengetahui perkara yang gaib, semua itu merupakan kebatilan, karena tidak ada
yang mengetahui perkara gaib tersebut kecuali hanya Allah semata.
Allah ta’ala berfirman:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ
وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا
يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ
إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan
di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya
(pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak
sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata
(Lauh Mahfudz)" (QS.
Al-An’am[6]:59).
Allah Ta’ala berfirman,
قُل
لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ.
“Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang
mengetahui perkara yang gaib kecuali hanya Allah.” (QS. An-Naml[27]: 65)
Allah Ta’ala juga berfirman tentang
Nabi-Nya,
وَلَوْ
كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ.
“Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat
kebajikan sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-A’raf[7]: 88).
Terkadang
Allah menampakkan kegaiban tersebut kepada para rasul yang sesuai yang Allah
kehendaki setiap saat.
عَالِمُ
الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَداًلَّا مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ
فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَداً.
“(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang gaib itu kecuali kepada rasul
yang diridhai-Nya. Maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat)
di muka dan di belakangnya.” (QS. Al-Jin[72]: 26-27)
6.
Ciri-ciri dukun atau tukang sihir.
1)
Menampakkan kekufuran kepada Allah ta’ala, seperti pembakaran dupa,
kemenyan, bunga, gambar makhluk bernyawa atau patung yang dipuja.
2)
Meminta syarat-syarat yang tak bisa di nalar tidak pula dibenarkan
syari’at, seperti minta bunga 3 macam, ayam hitam mulus, mandi bunga, tengah
malam.
3)
Menanyakan sesuatu yang tak ada kaitannya dengan penyakit pasien, seperti
kelahiran suami, istri, pakaian, foto, rambut dan lain-lain.
4)
Melakukan ritual penyembuhan tidak mau ditemani dan ditempat sepi,
seperti ditengah malam, di kebun, disumur, dikamar sendirian.
5)
Melakukan ritual penyembuhan dengan melakukan perbuatan tidak
senonoh, seperti suruh membuka baju, mencabuli, menggauli dan lain-lain.
6)
Menggunakan jimat-jimat, seperti menggoyangkan kerisnya, batu
menyerupai manusia, patung ular, patung perwayangan dan lain-lain.
7)
Memanggil-manggil jin (kadamnya) untuk disuruh.
8)
Melakukan tawsul dan meminta-minta kepada orang yang telah mati, Ya syaikh Fulan…. Aku memohon kepadamu agar
kau mintakan kepada Allah…
9)
Menggunakan rapalan doa yang tidak bisa di mengerti dan bukan dari
Al-Qur’an dan Sunnah.
10)
Menggunakan kata-kata keras, kaku, kasar, dan kejam, seperti, sakiti
dia, bunuhlah dia, jangan biarkan hidup.
11)
Memerintahkan pasien untuk menanam benda-benda yang telah dirajai
ditempat usahanya, atau di tempat saingannya.
12)
Membuat miniatur manusia yang akan disakiti kemudian menusuk-nusuk
dengan paku, jarum dan selainnya.
13)
Menunjukan keanehan pada benda, buah, telur dan lain-lain, karena
terkadang diisi oleh sidukun berbagai benda yang kemudian ditunjukkan kepada
pasien.
14)
Menuliskan rajah-rajah di kain mori, kulit, maupun kertas, kemusian
disuruh menyimpan.
15)
Memerintahkan untuk mengambil tanah kuburan dan membuangnya ditempat
saingan dagangnya dan lain-lain.
7.
Bagaimana kita membentengi diri dari dukun dan
tukang sihir.
Sebagaimana di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah[2]:102) dukun dan
sihir tidaklah mampu menyakiti seseorang kecuali atas ijin Allah ta’ala.
وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ
أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ
“Mereka tidak akan
dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah” (QS. Al-Baqarah[2]:102).
Diantara yang
harus kita lakukan untuk selamat dari dukun dan sihir yaitu:
1) Berlindung kepada
Allah dari kejahatan sihir dan perdukunan.
2) Membaca doa
dzikir pagi dan petang.
3) Memakan kurma
azwa 7 butir tiap pagi.
4) Membacakan rumahnya
dengan surat Al-Baqarah, karena syaitan lari dari rumah yang dibacakan surat
Al-Baqarah.
5) Menjauhkan gambar-gambar
dan patung bernyawa dirumah.
6) Membakar benda
yang dicurigai dipakai untuk sarana sihir, seperti buhul-buhul (tali yang
dililit-lilit).
7) Tidak sering
melamun, dan menghayal.
8) Tidak mempraktekan
dirumah untuk memanggil jin maupun syaitan.
9) Tidak melakukan
sesajen dirumah, apa yang bisa mengundang jin.
10)
Tidak melakukan ritual sihir karena bisa mengundang
balasan.
Demikianlah semoga bermanfaat aamiin.
Sragen 24-07-2023
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar